
UINSA Newsroom, Senin (29/09/2025); Sabtu pagi, 27 September 2025, suasana di layar Zoom mendadak riuh. Terdengar tepuk tangan virtual dan sorak gembira ketika nama Yusron Nafi’ Putra Daeva, mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, diumumkan sebagai Juara 1 INKSPIRE Essay Competition (INESCO) 2025 yang digelar UIN Raden Mas Said Surakarta. Nilai yang diraihnya, 89,5 poin, menjadi yang tertinggi, mengungguli puluhan peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Namun kemenangan ini bukan sekadar soal angka. Bagi Yusron, yang kini menjabat Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FEBI UINSA periode 2025–2026, prestasi ini adalah bukti nyata bahwa idealisme aktivis mahasiswa bisa berjalan beriringan dengan kecemerlangan akademik.
INKSPIRE Essay Competition (INESCO) 2025 bukan kompetisi biasa. Lomba ini menjadi ajang adu gagasan mahasiswa tentang isu-isu strategis bangsa, dengan bobot penilaian bukan hanya pada tulisan, tetapi juga pada presentasi dan argumentasi.
Dalam final, Yusron tampil percaya diri memaparkan esainya yang berjudul “Model Sinergitas Bank Sampah: dari tabungan sampah ke literasi café ekonomi Hijau.” Ide ini berangkat dari keresahannya terhadap persoalan ganda yang dihadapi Indonesia: krisis lingkungan dan ketimpangan ekonomi.
“Pembangunan kita masih sering terjebak pada eksploitasi, padahal akar kekuatan bangsa ada di komunitas lokal,” ujar Yusron dalam presentasinya.

Ia menawarkan konsep inklusif dan berbasis komunitas. Dimana ekonomi hijau tidak sekadar jargon kebijakan, tetapi harus diwujudkan lewat pemberdayaan desa, pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan, serta dukungan teknologi tepat guna bagi usaha kecil.
Para juri terpukau dengan cara Yusron menjelaskan gagasannya. Tidak sekadar memamerkan teori, ia membungkusnya dengan data, kisah lapangan, dan refleksi pribadi sebagai aktivis mahasiswa yang sering bersentuhan dengan isu pemberdayaan masyarakat.
“Indonesia punya bonus demografi, punya modal sosial, dan punya kekayaan alam. Yang kita butuhkan adalah keberanian untuk menata ulang cara pandang pembangunan,” tegasnya saat sesi tanya jawab.
Salah satu juri, yang juga akademisi senior di bidang ekonomi pembangunan, menyebut presentasi Yusron sebagai kombinasi kritis, argumentatif, sekaligus visioner. Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama FEBI, Achmad Room Fitrianto, Ph.D., menilai Yusron sebagai sosok yang lengkap. Ia idealis sekaligus humanis, seorang aktivis yang tidak pernah mengabaikan akademis. “Gagasannya penuh ide cemerlang, dan ia teguh hingga ambisi serta perfeksionismenya tercapai,” tegas Achmad Room Fitrianto, Ph.D.
Mahasiswa FEBI lain melihat kemenangan Yusron sebagai inspirasi. “Kak Yusron itu contoh nyata kalau sibuk organisasi tidak harus melupakan kelas. Justru makin aktif, makin banyak ide yang bisa dipetik,” kata Nurul, juniornya di Ilmu Ekonomi.
Tahun lalu, Yusron memimpin Himpunan Mahasiswa (HIMA) Ilmu Ekonomi FEBI. Dari sanalah ia mengasah keterampilan organisasi, belajar memimpin kolektif, dan membangun kultur kerja sama. “Semua atas kerja keras seluruh anggota HIMA IE,” begitu kalimat yang ia ulang setiap kali ditanya tentang rahasia keberhasilan organisasinya.

Bagi Yusron, kemenangan ini bukan puncak, melainkan pintu awal. Esai yang ia tulis hanya satu dari sekian banyak gagasan yang ia harap bisa diimplementasikan. “Percuma kalau hanya berhenti di podium. Esai ini harus menjadi bahan advokasi, bahan kajian, bahkan mungkin bahan kebijakan,” ujarnya.
Ia ingin menjadikan DEMA FEBI sebagai ruang kolaborasi, di mana mahasiswa bisa melanjutkan diskusi tentang ekonomi hijau, pemberdayaan desa, dan isu-isu keberlanjutan. “Kampus adalah laboratorium sosial. Gagasan harus diuji di sana sebelum diterapkan di masyarakat luas,” tambahnya.
Cerita Yusron menyiratkan satu pesan penting: aktivisme tidak harus membuat akademik terbengkalai, dan akademik tidak harus membuat mahasiswa pasif. Justru keduanya bisa berjalan seiring, saling melengkapi.
Ia membuktikan bahwa mahasiswa bukan sekadar penerima ilmu, tetapi juga penghasil ide yang relevan dengan tantangan bangsa. Prestasinya adalah cermin bahwa generasi muda punya peran strategis dalam membangun Indonesia berkelanjutan. (FEBI)
Reportase: FEBI
Redaktur: Nur Hayati