UIN Sunan Ampel Surabaya
September 15, 2025

KEAJAIBAN KOMUNITAS HEWAN DALAM AL QUR’AN DAN PELAJARAN DARINYA

KEAJAIBAN KOMUNITAS HEWAN DALAM AL QUR’AN DAN PELAJARAN DARINYA

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ

“Tidak ada seekor hewan pun (yang berada) di bumi, dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat (juga) seperti kamu.Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam kitab, kemudian kepada Tuhannya mereka dikumpulkan” (QS. Al An’am [6]: 38)

Dalam ayat ini tersirat macam-macam hewan. Ada yang berjalan dengan kaki, seperti manusia, kambing, ayam dan sebagainya. Ada juga yang berjalan dengan perut, seperti buaya, kadal, ular dan sebagainya, dan ada juga yang terbang dengan dua sayapnya, seperti burung, kupu-kupu, nyamuk, lebah, capung dan sebagainya. Dalam ayat lain, dijelaskan lebih detail,

وَاللّٰهُ خَلَقَ كُلَّ دَاۤبَّةٍ مِّنْ مَّاۤءٍۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰى بَطْنِهٖۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰى رِجْلَيْنِۚ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّمْشِيْ عَلٰٓى اَرْبَعٍۗ يَخْلُقُ اللّٰهُ مَا يَشَاۤءُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Allah menciptakan semua jenis hewan dari air. Sebagian berjalan dengan perutnya, sebagian berjalan dengan dua kaki, dan sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki. Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS. An Nur [24]: 45)

Dalam beberapa ayat lainnya disebutkan juga gajah, anjing, unta, sapi, kuda, keledai, babi, kera, serigala, belalang, nyamuk, lebah, burung gagak, kutu, lalat, rayap, katak, ular, laba-laba, semut, dan ikan, bahkan sebagian dijadikan nama-nama surat Al Qur’an.

Dalam ayat ini dikatakan, semua hewan itu memiliki sistem kehidupan bersama (ummah, umam) seperti manusia. Antara lain pada aspek instink, komunikasi, proses berketurunan, dan sebagainya. Semut, misalnya, berbagi tugas antara lain membangun rumah dengan kamar-kamar berventilasi yang sehat, sekaligus gudang untuk penyimpanan makanan. Semut lainnya bertugas mencari sumber makanan, lalu memberi informasi segera kepada rekan-rekannya. Khusus untuk membangun rumah, semut memerintah para budak, yaitu semut yang kalah dalam perang untuk membantunya secara penuh. Dalam sebuah perjalanan bersama pasukannya, Nabi Sulaiman pernah tertawa mendengar komunikasi antar semut (QS. An Naml [27]: 18, 19).

Kehidupan lebah diceritakan dalam surat An Nahl: 68-69 terutama tentang cara mencari makanan dan rute perjalanan yang amat jauh.  Ia termasuk jenis serangga yang hidup berkoloni dengan struktur yang terorganisir. Antara lain diangkatnya satu lebah betina sebagai ratu dalam setiap koloni yang beranggotakan 20.000 – 60.000 lebah. Yang terbanyak adalah lebah betina, dan merekalah yang bertugas mencari makan dan bertugas menyengat para pengganggu. Sangat sedikit lebah jantan, dan hanya satu lebah jantan yang mengawini ratu lebah dengan cara yang unik. Ratu terbang tinggi 6-7 mil dengan cepat, dan lebah jantan yang berhasil mengejarnya, dialah yang berhak mengawini. Ratu hanya sekali kawin dan biasanya si jantan mati setelah itu. Mereka membuat sarang dan melewati rute perjalanan pulang pergi sampai sembilan kilometer dari sarangnya atas komando Allah, sehingga tidak tersesat.

Nabi SAW memerintah kita untuk belajar dari lebah. Ia serangga yang hanya makan yang manis dan harum, tidak pernah yang buruk atau pun busuk. Ia tak pernah membuat kerusakan di mana pun ia hinggap. Ia bekerja keras untuk mencari makan dan membersihkan sarang agar bisa memberi madu terbaik, serta tidak mengambil sari dari bunga yang sudah dijadikan lahan oleh temannya.

عَنْ عَبدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَالَّذِيْ نَفْسِي بِيَدِهِ اِنَّ مَثَلَ الْمْؤْمِنِ كَمَثَلِ النَّحْلَةِ اَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِرْ وَلَمْ تُفْسِدْ رواه احمد

“Demi Tuhan yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, sungguh perumpamaan mukmin adalah seperti lebah. Ia makan yang baik, menghasilkan yang baik (madu), dan hinggap tanpa membuat patah atau kerusakan” (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amru, r.a)

Bagaimana dengan gajah? Ia juga hewan berkoloni dengan pimpinan betina yang tertua. Ia suka bersenang bersama keluarga di tepi sumber air, dan berinteraksi sesamanya dengan suara, sentuhan, penglihatan, penciuman, serta menggunakan infrasonik dan komunikasi seismik untuk jarak jauh. Jika lahan hidup mereka terganggu, mereka dengan koloninya melawan pengganggunya termasuk manusia. Konflik dengan manusia inilah yang sering terjadi di Indonesia, Afrika dan negara-nagara lainnya. Di Sumatra, pernah sekelompok gajah merobohkan rumah orang yang telah mengganggu anggotanya.

Semua kehidupan hewan itu telah tercatat secara detail dalam buku besar (lauh mahfudh) di sisi Allah. Jadi, tidak benar jika dikatakan lauh mahfudh hanya berisi catatan tentang perjalanan hidup manusia. Kehidupan hewan pun tertulis secara lengkap di dalamnya. Semuanya diciptakan dan diatur oleh Allah untuk memberi kenyamanan hidup manusia. “Dialah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untukmu” (QS. Al Baqarah [2]: 29). 

Ayat ini juga menjelaskan bahwa semua hewan itu dibangkitkan pada hari kiamat (lihat juga QS. At Takwir [81]: 5). Tujuannya bukan untuk diadili dan dimasukkan ke surga atau neraka seperti manusia, melainkan untuk proses pengadilan singkat.  Nabi SAW bersabda, “Sungguh  besok pada hari kiamat, semua hak akan dikembalikan kepada pemiliknya. Kambing yang tak bertanduk (yang pernah ditanduk) akan diberi kesempatan Allah menanduk hewan bertanduk yang pernah menandukknya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah r.a).

Setelah melakukan pembalasan, masing-masing hewan akan hancur menjadi debu. Itulah yang membuat orang kafir iri, pengadilannya sangat cepat dan lenyap jadi debu. Berbeda dengannya yang proses pengadilannya terus berkelanjutan sampai ke neraka. Mereka berkata,

وَيَقُوْلُ الْكٰفِرُ يٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ تُرٰبًا ࣖ

“Dan orang kafir berkata, “Oh, (betapa senangngya) seandainya saja aku menjadi tanah.” (QS. An Naba’ [78]: 40) (Surabaya, 1 Juli 2025)

Spread the love

Tag Post :

Categories

Column, Column UINSA