Kendal, 16 Agustus 2025 – Hari kedua Praktik Hisab Rukyat (PHR) 2025 menjadi ruang epistemologis bagi mahasiswa semester 7 Prodi Ilmu Falak Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya untuk memperdalam sekaligus mengonstruksi pemahaman mereka tentang observasi astronomi. Bertempat di Promas Greenland Nglimut, Gonoharjo, Kabupaten Kendal, rangkaian kegiatan menghadirkan integrasi antara teori, teknologi, dan praktik yang menjadikan pengalaman belajar lebih utuh. Agenda ini dirancang sebagai salah satu puncak dari keseluruhan kegiatan karena memadukan aspek analisis, keterampilan teknis, serta refleksi ilmiah yang memperkaya tradisi akademik falak.

Materi pertama dibawakan oleh M. Nur Iskandar Fajri, M.H., yang memperkenalkan tiga aplikasi dan perangkat penting dalam dunia astronomi dan pengolahan citra. Pertama, AstroImage, aplikasi pemrosesan citra astronomi yang dapat menggabungkan (stacking) beberapa foto langit, mengurangi noise, serta meningkatkan kualitas gambar sehingga objek-objek langit seperti bintang, planet, nebula, dan galaksi dapat terlihat lebih jelas. Kedua, Caesium, sebuah aplikasi yang digunakan untuk melakukan kompresi gambar agar ukuran file menjadi lebih kecil tanpa mengurangi kualitas secara signifikan, sangat bermanfaat untuk efisiensi penyimpanan maupun berbagi hasil observasi. Ketiga, Unihedron Sky Quality Meter (SQM), yaitu perangkat yang digunakan untuk mengukur tingkat kecerlangan langit malam. SQM membantu menentukan tingkat polusi cahaya di suatu lokasi sehingga para astronom dapat menilai kelayakan tempat tersebut untuk kegiatan observasi maupun astrofotografi.
Setelah memperoleh pembekalan teknologi, mahasiswa mengikuti materi kedua bertajuk Dasar Kepenulisan Jurnal Ilmiah yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Himmatur Riza, M.H.. Dalam penyampaiannya, beliau menegaskan bahwa kemampuan observasi harus diimbangi dengan kecakapan menulis, karena sebuah hasil pengamatan akan bernilai ketika dapat diartikulasikan secara ilmiah. Mahasiswa dilatih memahami struktur penulisan, teknik menyajikan data secara sistematis, dan etika publikasi akademik. Dengan demikian, pengalaman observasi dapat ditransformasikan menjadi karya tulis yang bisa memperkaya literatur falak nasional maupun internasional.
Selepas istirahat siang, mahasiswa melaksanakan praktik analisis hasil pengamatan Fajar dan Syafaq. Data yang telah diperoleh dari simulasi dan diskusi kemudian diolah dan diinterpretasikan dengan pendekatan ilmiah. Sore harinya, seluruh peserta dipandu kembali oleh M. Nur Iskandar Fajri, M.H. untuk menyiapkan instrumen pengamatan. Menjelang petang, mahasiswa melaksanakan observasi Syafaq secara langsung di lapangan terbuka. Suasana kawasan pegunungan Nglimut yang sejuk memberikan atmosfer akademik yang mendukung, sementara dinamika cahaya senja yang berubah perlahan menjadi objek pembelajaran empiris bagi mahasiswa.
Malam harinya, mahasiswa kembali terlibat dalam sesi intensif melalui materi Astrofotografi yang dipandu oleh Moch. Mailan Nahdloh, S.H.. Sesi ini memperkenalkan teknik fotografi langit dengan teleskop dan kamera digital, mulai dari pengaturan kamera, fokus, hingga integrasi hasil tangkapan dengan perangkat lunak pengolah citra. Astrofotografi bukan hanya sarana dokumentasi, tetapi juga representasi visual ilmiah yang mampu memperlihatkan keindahan kosmos sekaligus memberi nilai tambah dalam kajian falak. Walaupun kondisi cuaca sempat berubah-ubah, mahasiswa tetap berkesempatan mencoba praktik pemotretan langit serta belajar mengolah data visual dengan perangkat yang relevan.
Hari kedua PHR 2025 menjadi fase intensif bagi mahasiswa semester 7 Prodi Ilmu Falak untuk mengonstruksi epistemologi observasi. Dari penguasaan aplikasi astronomi, keterampilan menulis, analisis fajar dan syafaq, hingga dokumentasi visual melalui astrofotografi, mahasiswa mengalami pengalaman akademik yang komprehensif. Kegiatan ini memperlihatkan bahwa menjadi ahli falak tidak cukup hanya dengan menguasai teori, tetapi juga membutuhkan kejelian observasi, kedisiplinan menulis, dan kesiapan menghadapi kondisi alam. Dengan pengalaman yang diperoleh pada hari kedua, mahasiswa semakin disiapkan menjadi generasi penerus yang mampu menjaga tradisi ilmiah falak sekaligus menjawab tantangan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Reportase: George As’ad Haibatullah El Masnany
Redaktur: George As’ad Haibatullah El Masnany