Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
November 4, 2025

Guru Madrasah di Era Digital Harus Adaptif dan Berkarakter, Pesan Dr. Najib Kusnanto di Bojonegoro

Guru Madrasah di Era Digital Harus Adaptif dan Berkarakter, Pesan Dr. Najib Kusnanto di Bojonegoro

Bojonegoro, 1 November 2025 — Guru madrasah di era digital tidak cukup hanya menguasai materi ajar. Mereka dituntut untuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi. Hal ini disampaikan oleh Dr. Najib Kusnanto, S.Ag., M.Si., Ketua Tim Guru Bidang Pendidikan Madrasah Kementerian Agama RI, dalam kegiatan Ngopi Kemenag – FTK UINSA Surabaya 2025 yang digelar di Bojonegoro, Jawa Timur.

Dalam kegiatan bertajuk “Strategi Peningkatan Kompetensi Guru Madrasah di Era Abad 21” tersebut, Dr. Najib menekankan bahwa tantangan pendidikan madrasah semakin kompleks di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan perubahan karakter peserta didik generasi Z dan Alpha.

“Guru madrasah tidak bisa lagi hanya menjadi pengajar. Mereka harus menjadi pembimbing karakter dan inovator pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan zaman,” ujarnya di hadapan para pendidik dan praktisi pendidikan yang hadir.

Transformasi Pendidikan Melalui Kurikulum Berbasis Cinta

Salah satu konsep yang menjadi sorotan dalam paparan Dr. Najib adalah Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) — gagasan transformasi pendidikan yang diinisiasi Kementerian Agama RI.
Kurikulum ini tidak mengubah dokumen kurikulum, tetapi mengubah pola pikir dan perilaku guru agar lebih humanis, spiritual, dan penuh kasih dalam mengajar.

“Pendidikan bukan sekadar mentransfer ilmu pengetahuan, tapi juga menumbuhkan kasih sayang, empati, dan tanggung jawab sosial,” jelasnya.

KBC berlandaskan “Panca Cinta”, yaitu cinta kepada Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, ilmu pengetahuan, lingkungan, dan bangsa. Melalui konsep ini, guru diharapkan mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual.

Kolaborasi Jadi Kunci Peningkatan Mutu

Selain guru, Dr. Najib juga menekankan pentingnya peran berbagai pemangku kepentingan dalam membangun pendidikan madrasah yang unggul.
Madrasah perlu menciptakan budaya inovasi, pemerintah harus memperkuat pelatihan dan ekosistem digital, sementara perguruan tinggi dapat menjadi mitra dalam riset dan pengembangan pembelajaran.

“Peningkatan mutu pendidikan Islam tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Harus ada kolaborasi lintas lembaga untuk membangun guru yang adaptif dan profesional,” tambahnya.

Guru Sebagai Pembelajar Sepanjang Hayat

Mengutip nilai-nilai Islam dari QS. Luqman [31]: 17 dan hadis Rasulullah SAW, Dr. Najib menegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan fondasi utama bagi guru madrasah.
Guru di abad 21 harus menjadi pembelajar sepanjang hayat (lifelong learner), menguasai literasi digital, sekaligus menjaga integritas moral dan spiritual.

“Pendidikan madrasah bukan hanya mencerdaskan otak, tapi juga menumbuhkan hati yang bersih, jiwa yang kuat, dan karakter yang luhur,” tutupnya.

Spread the love

Tag Post :

FTK JAYA, FTK UINSA, NGOPI BOJONEGORO, UINSA 2025

Categories

Berita