Fakultas Ushuludin & Filsafat
November 27, 2025

FUF UINSA Selenggarakan Terapi Kelompok AF-RCBT bagi Mahasiswa UINSA dan UNAIR

FUF UINSA Selenggarakan Terapi Kelompok AF-RCBT bagi Mahasiswa UINSA dan UNAIR

Surabaya — Senyum lega tampak menghiasi wajah para peserta ketika sesi terakhir program terapi kelompok AF-RCBT ditutup. Selama enam pertemuan, sepuluh mahasiswa dari UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) dan Universitas Airlangga (UNAIR) saling berbagi perjalanan emosional mereka: mulai dari rasa cemas, pikiran penuh tekanan, hingga upaya menemukan kembali ketenangan batin. Mereka datang dengan latar belakang yang berbeda, namun pulang membawa satu pengalaman yang sama — perasaan bahwa mereka tidak lagi sendirian.

Dalam rangka memperkuat dukungan terhadap kesehatan mental mahasiswa, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UINSA menyelenggarakan program terapi kelompok Al-Fatihah Religious Cognitive Behavioral Therapy (AF-RCBT) pada 13–31 Oktober 2025. Kegiatan ini berpusat di Laboratorium Qalbun Salim UINSA dan sebagian dilaksanakan di Masjid Fakultas Kedokteran UNAIR serta Biro Lestari.

Program dipandu oleh dua fasilitator: Dra. Khodijah, M.Si, dosen FUF sekaligus Ketua Pengabdian kepada Masyarakat, serta Arizka Indah Puspitasari, M.Psi., Psikolog, dosen Fakultas Psikologi UNAIR. Kedua fasilitator didukung oleh tim pengabdian yang beranggotakan Muhammad Nikmal Anas Alhadi, M.A. dan Dita Kurnia Sari, M.Pd.

Menurut Khodijah, tantangan emosional mahasiswa saat ini bukan hal yang bisa dianggap remeh. “Mahasiswa sering berada dalam tekanan akademik, sosial, dan eksistensial. AF-RCBT membantu mereka menemukan kembali kompas psikologis dan spiritual, sehingga mereka dapat melihat bahwa masa depan selalu menawarkan kemungkinan untuk pulih,” ujarnya.

Melalui enam sesi intensif, para peserta diajak mengenali pikiran negatif, memahami pola emosional, hingga belajar membangun respon adaptif berdasarkan nilai-nilai QS. Al-Fatihah. Teknik restrukturisasi kognitif dikombinasikan dengan refleksi spiritual, latihan dzikir, serta pembuatan thought record dan safety plan. Proses ini tidak hanya memberi bekal psikologis, tetapi juga menciptakan ruang aman bagi peserta untuk bercerita dan saling menguatkan.

Fasilitator Arizka menjelaskan bahwa pendekatan ini memberikan dua kekuatan sekaligus: pemahaman diri secara kognitif dan penguatan makna secara spiritual. “Setiap mahasiswa layak untuk didengar, didukung, dan diselamatkan. Melalui AF-RCBT, kampus bukan hanya menjadi tempat belajar — tetapi menjadi ruang aman yang mengakui kerentanan manusia,” tuturnya.

Salah satu peserta mengaku merasakan perbaikan signifikan dalam cara ia memandang dirinya sendiri. “Saya merasa lebih tenang dan tahu harus mulai dari mana saat pikiran negatif datang,” ujarnya.

Evaluasi program menunjukkan capaian yang kuat dalam aspek psikologis dan spiritual. Pengukuran dengan Beck Suicide Ideation Scale (BSIS) menunjukkan penurunan skor rata-rata dari 15.5 (kategori sedang) menjadi 7.4 (kategori rendah). Penurunan sebesar 52% ini menandakan berkurangnya risiko ide bunuh diri di kalangan peserta. Sementara itu, Spiritual Well-Being Scale (SWBS) mencatat peningkatan skor dari 61.5 menjadi 81.6, atau naik 32.7%, menandakan meningkatnya rasa syukur, ketenangan batin, dan kedekatan spiritual peserta.

Secara kualitatif, peserta menunjukkan perkembangan positif berupa peningkatan keterbukaan, kemampuan menantang pikiran irasional, serta kebiasaan baru seperti menulis jurnal syukur dan membentuk rutinitas spiritual. Suasana kebersamaan yang kuat juga terlihat pada sesi-sesi akhir ketika peserta saling memberikan dukungan emosional.

Salah satu capaian penting dari kegiatan ini adalah terbentuknya komunitas peer support berbasis sinergi antara AF-RCBT dan pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development). Komunitas ini akan menjadi wadah berkelanjutan bagi mahasiswa untuk memperoleh dukungan sebaya dalam menghadapi tekanan akademik dan kehidupan sehari-hari.

Tim pengabdian merencanakan tindak lanjut berupa pembentukan peer counselling group di UINSA sebagai bagian dari keberlanjutan program. Kelompok ini diharapkan menjadi ruang pendampingan ringan sekaligus ruang aman bagi mahasiswa untuk berbagi ketika mengalami tekanan emosional.

Kegiatan ditutup dengan refleksi bersama yang diwarnai suasana hangat dan penuh keakraban. Foto bersama yang diambil pada akhir sesi menggambarkan kedekatan dan keceriaan para peserta — tanda bahwa program ini tidak hanya memberikan pemulihan, tetapi juga pengalaman kolektif yang memperkuat rasa solidaritas.

Program AF-RCBT ini menunjukkan komitmen FUF UINSA dalam meningkatkan kesehatan mental dan spiritual mahasiswa melalui pendekatan ilmiah, religius, dan berbasis empati. Dengan capaian kuantitatif dan kualitatif yang kuat, program ini diharapkan menjadi model pendampingan yang dapat diterapkan di berbagai lingkungan kampus lainnya.

Spread the love

Tag Post :

Categories

Berita