Fakultas Ushuluddin dan Filsafat (FUF) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali menggelar kegiatan akademik bertaraf internasional melalui Pelatihan Penelitian Etnografi yang menghadirkan antropolog dan peneliti agama asal Selandia Baru, Dr. Christopher M. Joll, Ph.D. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu, 16 Oktober 2025, bertepatan Ruang Lab B1 FUF yang diikuti oleh mahasiswa pascasarjana, para dosen, serta peneliti yang tertarik memperdalam metode penelitian lapangan dengan studi etnografi.
Pelatihan ini menjadi bagian dari komitmen FUF dalam memperkuatkapasitas riset sivitas akademika, terutama di bidang studi agama dan masyarakat. Dalam sambutan pembukaan, Khalimatu Nisa S.IP., M.A. menyampaikan bahwa kemampuan etnografis sangat penting bagi mahasiswa dan peneliti yang menekuni bidang ilmu keagamaan, sosial, dan budaya. Ia berharap dengan melalui pelatihan ini, peserta diharapkan tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menerapkan teknik penelitian lapangan secara praktis dan sistematis.
Sebagai narasumber utama, Dr. Christopher M. Joll, Ph. D membuka sesi dengan gaya interaktif dan penuh semangat. Ia mengajak seluruh peserta untuk saling mengenal, berdialog, dan berbagi motivasi mengikuti pelatihan. “Saya tidak di sini untuk memberi tahu Anda apa yang harus dilakukan. Saya di sini untuk membantu Anda menemukan apa yang Anda butuhkan dalam penelitian,” ujarnya.
Menurut Dr. Joll, inti dari penelitian etnografi terletak pada pemahaman mendalam terhadap realitas sosial, bukan hanya pada pengumpulan data. Ia menjelaskan bahwa banyak orang tidak selalu melakukan apa yang mereka katakan, dan tidak selalu mengatakan apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu, peneliti harus benar-benar hadir di lapangan, mengamati, mendengarkan, dan berinteraksi langsung dengan komunitas yang diteliti. “Itulah mengapa kerja lapangan sangat penting dalam etnografi,” tegasnya.
Dalam sesi berikutnya, Dr. Joll memperkenalkan berbagai keterampilan dasar dalam penelitian etnografi, mulai dari teknik observasi partisipan, pencatatan lapangan, hingga pengelolaan manajemen data digital. Ia juga menunjukkanbagaimana cara menggunakan perangkat lunak seperti Adobe Bridge untuk membantu proses manajemen data penelitian, seperti penamaan berkas, pengarsipan, dan pencadangan data. Peserta diajak mempraktikkan langsung dengan perangkat PC maupun Mackbook dengan bagaimana menyusun sistem pengelolaan berkas yang logis dan konsisten agar mudah dilacak saat analisis data.
Pelatihan semakin menarik ketika peserta diajak berdiskusi mengenai tantangan penelitian lapangan. Beberapa peserta mengemukakan kendala seperti pengelolaan data wawancara, transkrip, hingga masalah etika penelitian. Dr. Joll menanggapi setiap pertanyaan dengan contoh nyata dari pengalaman risetnya di Asia Tenggara, termasuk dalam kajiannya tentang komunitas Muslim di Thailand Selatan dan Indonesia. Ia menekankan bahwa etnografi bukan sekadar metode, tetapi juga sikap ilmiah yang menghargai pengalaman dan perspektif masyarakat yang diteliti.
Selain itu, Dr. Joll juga menyinggung pentingnya netnografi atau etnografi digital di era modern. Menurutnya, perkembangan teknologi dan media sosial telah membuka ruang baru bagi peneliti untuk mempelajari perilaku sosial dalam ruang digital atau daring. Namun, ia mengingatkan bahwa penelitian digital tetap memerlukan ketelitian,memperhatikan etika, serta kejujuran ilmiah yang sama seperti penelitian lapangan konvensional yang dilakukan dalam studi etnografi.
Suasana pelatihan berlangsung hangat dan partisipatif. Peserta tampak antusias mengikuti instruksi, berdiskusi dalam kelompok kecil, hingga melakukan praktik manajemen data secara langsung. Beberapa peserta juga berbagi rencana penelitian etnografi mereka, mulai dari studi tentang Muhammadiyah di Madura, penelitian gender dalam studi Islam, hingga riset netnografi di bidang media keagamaan. Dr. Joll memberikan tanggapan dan saran yang relevan terhadap setiap topik yang diangkat peserta.
Menutup sesi pelatihan tahap pertama sebelum dilakukan ISHOMA, Dr. Joll mengajak seluruh peserta untuk terus melatih kemampuan penelitian mereka melalui praktik yang konsisten. Ia menegaskan bahwa menjadi peneliti etnografi berartiharus dan siap untuk berkomitmen dalam memahami manusia secara utuh melalui pengalaman nyata. “Penelitian yang baik lahir dari keterlibatan, bukan sekadar pengamatan saja” pungkasnya.
Dengan terselenggaranya pelatihan ini, FUF UIN Sunan Ampel Surabaya menunjukkan komitmennya untuk terus memperkuat tradisi akademik yang kritis, inklusif, dan berbasis riset lapangan dengan studi etnografi. Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah penting dalam menyiapkan generasi peneliti yang tidak hanya faham dalam teori saja, tetapi juga terampil membaca realitas sosial secara empiris dan reflektif.
Penulis: Fariz Zakariya Fauzan
Editor: Nathasya Putri Aprilian