Surabaya, 23 Oktober 2025 – Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Sunan Ampel Surabaya menjadi magnet nasional bagi para akademisi dan praktisi ilmu falak melalui penyelenggaraan Muktamar Falak 2025 yang dirangkaikan dengan Pertemuan Asosiasi Program Studi Ilmu Falak Indonesia (APFI). Kegiatan bergengsi ini digelar pada Kamis, 23 Oktober 2025 di Amphiteater Kampus 1 UINSA Surabaya dan dihadiri oleh para pakar falak, peneliti, serta perwakilan lembaga keislaman dari berbagai daerah di Indonesia.

Acara dibuka pukul 08.00 WIB dengan tilawah Al-Qur’an, menyanyikan Lagu Indonesia Raya, serta Hymne UINSA. Hadir dalam kesempatan tersebut Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya, Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D., bersama Dekan FSH UINSA, jajaran pimpinan fakultas, serta sejumlah tokoh falak nasional. Dalam sambutannya, Prof. Muzakki menegaskan bahwa UINSA memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk menjadi pusat inovasi keilmuan Islam yang berpijak pada tradisi namun terbuka terhadap kemajuan sains modern. “Ilmu falak adalah jembatan yang mempertemukan keduanya,” ujarnya.
Sementara itu, Dekan FSH UINSA menyatakan bahwa Muktamar Falak 2025 menjadi momentum strategis untuk memperkuat jejaring akademik dan meneguhkan peran FSH sebagai pusat pengembangan ilmu falak di Indonesia. “Muktamar ini bukan sekadar forum ilmiah, tetapi ruang sinergi untuk menata arah baru pengembangan ilmu falak secara kolaboratif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Rangkaian acara berlanjut dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara FSH UINSA dan tiga lembaga strategis: Southeast Asian Association of Islamic Astronomers (SAAIA), Asosiasi Dosen Falak Indonesia (ADFI), dan Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur. Penandatanganan dilakukan oleh Dekan FSH UINSA, Prof. Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag., selaku Ketua Umum ADFI dan SAAIA, bersama Ust. Syamsul Ma’arif dari Lembaga Falakiyah PWNU Jawa Timur. Dalam kesempatan yang sama juga dideklarasikan Komunitas Falak Perempuan Indonesia (KFPI) oleh Dr. Siti Tatmainul Qulub, M.S.I., sebagai upaya memperkuat peran perempuan dalam pengembangan ilmu falak di Indonesia dan dunia Islam.
Kegiatan ilmiah dilanjutkan dengan dua sesi seminar dan diskusi. Sesi pertama menghadirkan Prof. Dr. KH. Ahmad Izzuddin, M.Ag. dengan materi “Merajut Kesepahaman Kriteria Imkanurrukyat Menuju Standar Global”, serta KH. Abdul Muid Zahid dengan topik “Revitalisasi Kitab Falak Pesantren sebagai Warisan Keilmuan dan Sinerginya dengan Kriteria Nasional Awal Bulan Kamariah”, dimoderatori oleh Elly Uzlifatul Jannah, M.H.. Sesi kedua menampilkan KH. Ismail Fahmi, S.Ag. dan Dr. Siti Tatmainul Qulub, M.S.I., yang membahas penguatan peran perempuan serta prospek harmonisasi kriteria penetapan awal bulan kamariah di tingkat nasional.
Menjelang sore, peserta mengikuti kunjungan ilmiah ke Observatorium Astronomi Sunan Ampel (OASA) untuk melihat langsung fasilitas observasi dan instrumen astronomi milik UINSA. Kegiatan ini menjadi ajang berbagi pengalaman dan memperkuat posisi UINSA sebagai salah satu pusat studi falak modern di Indonesia.
Sebagai penutup, malam harinya dilaksanakan Pertemuan Asosiasi Program Studi Ilmu Falak Indonesia (APFI) yang mempertemukan perwakilan berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Pertemuan tersebut menjadi langkah penting dalam memperkuat sinergi akademik, riset, dan kolaborasi pengembangan kurikulum ilmu falak nasional. Melalui kegiatan ini, FSH UINSA menegaskan komitmennya untuk terus menjadi motor penggerak dalam pengembangan ilmu falak yang berwawasan global, berakar kuat pada tradisi Islam, dan relevan dengan kemajuan ilmu pengetahuan modern.
Reportase: George As’ad Haibatullah El Masnany
Redaktur: George As’ad Haibatullah El Masnany