Fakultas Ushuludin & Filsafat
October 24, 2025

Fenomena Kebesaran Allah dan Gagalnya Akal Mengenal Tuhan

Fenomena Kebesaran Allah dan Gagalnya Akal Mengenal Tuhan

Dr. Slamet Muliono Redjosari

Pemaparan kebesaran Allah dalam bentuk penciptaan yang pada alam semesta bukan menyuburkan akal untuk mengenal Tuhannya, tetapi justru gagal mengenal-Nya. Melihat fenomena kebesaran Allah bukannya mengagungkan-Nya, tetapi justru mengagungkan makhluk-Nya. Besarnya langit dan bumi dilihat, air hujan turun dirasakannya serta berbagai fenomena kekuasaan Allah diakuinya. Alih-alih menyembah Tuhan, tetapi manusia justru memberhalakan tuhan lain yang tak pernah diajarkan oleh Sang Pencipta. Fenomena ini menunjukkan gagalnya fungsi akal dalam mengenal Tuhan, sehingga membuat manusia lalai berbuat baik kepada dirinya.

Langit-Bumi

Secara umum, manusia mengakui adanya Tuhan. Bahkan Tuhan diakui sebagai pencipta dan pemelihara apa pun yang di alam semesta. Demikian pula adanya langit dan bumi merupakan hasil ciptaan-Nya. Manusia juga mengakui bahwa makhluk terbesar seperti langit dan bumi merupakan hasil ciptaan Allah.

Ketika melihat air turun dari langit, manusia juga mengakui bahwa Allah yang menurunkannya. Dengan air itu maka tumbuh berbagai macam tumbuhan dan berbagai jenis hewan. Demikian pula adanya hembusan angin hingga bisa membawa kapal di tengah samudera yang luas, tidak lepas dari kekuasaan-Nya.

Allah pun menunjukkan kebesaran-Nya bahwa makhluk terbesar hingga terkecil semuanya atas kehendak-Nya. Bahkan Allah bisa menghidupkan bumi yang tadinya kering dan mati, namun bisa hidup kembali, karena kekuasaan Allah. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِيْ تَجْرِيْ فِى الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ مِنْ مَّاۤءٍ فَاَحْيَا بِهِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيْهَا مِنْ كُلِّ دَاۤبَّةٍۖ وَّتَصْرِيْفِ الرِّيٰحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ۝١٦٤

Artinya :

Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan siang bahtera yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi manusia, apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengannya Dia menghidupkan bumi setelah mati (kering), dan Dia menebarkan di dalamnya semua jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti. (QS. Al-Baqarah : 164)

Tanda kebesaran Allah itu ditampakkan tidak lain, kecuali agar manusia mau tunduk dan patuh serta muncul kesadaran untuk menyembah-Nya. Betapa tidak, kebesaran Allah yang demikian agung membuat siapa pun bergetar hatinya serta muncul ketakutan bilamana tidak mendekatkan dirinya.

Allah menggugah hati manusia dengan mempertontonkan kebesaran-Nya. Hal ini agar manusia tergerak untuk mengagungkan dan mengikuti apa pun yang diperintahkan-Nya. Namun kebanyakan manusia akalnya mengalami disfungsi sehingga tidak mampu menggerakkan hatinya untuk menyembah kepada-Nya.

Disfungsi Akal

Organ akal diharapkan bisa memberi pertimbangan kepada hati manusia untuk  melakukan hal-hal yang baik. Akal yang sehat tentu akan mengarahkan hatinya untuk mengakui kekuasaan Allah dengan adanya penciptaan langit dan bumi.

Akal akan memberi informasi bahwa tidak akan ada Dzat yang bisa menciptakan makhluk besar seperti langit dan bumi. Dari langit bisa mengeluarkan air hujan, dan dari bisa menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan jenis binatang. Bahkan Allah menciptakan bulan dan bintang serta benda-benda di langit yang tak kalah besarnya.

Semua itu untuk menunjukkan keperkasaan dan kekuataan Allah sekaligus menunjukkan bahwa Allah maha segalanya. Alih-alih menyembah dan mengagungkan Allah, kebanyakan manusia justru menyembah kepada selain Allah. Fenomena kebesaran Allah berupa penciptaan langit-bumi, kehidupan-kematian diperlihatkan dengan jelas. Namun manusia justru melakukan penyembahan kepada selan-Nya. Hal ini sebagaimana terekam di dalam Firman-Nya :

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِۙ وَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ ۝

Artinya :

Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah : 165)

Ayat ini menunjukkan kontradiksi, dimana dalam pemaparan adanya makhluk terbesar, langit dan bumi, namun tidak menggerakkan akal untuk menggerakkan hati manusia untuk menyembah hanya kepada-Nya. Manusia justru mencari jalan menyimpang dengan mencari  tandingan-tandingan lain untuk dicintai sebagaimana mereka mencintai Allah.

Penyembahan kepada Allah akan mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan mencegah berbuat buruk di muka bumi. Mereka akan menolong agama Allah dengan menegakkan keadilan dan menjauhi kedzaliman. Karena semua perbuatan itu diyakini akan dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya kelak.

Betapa banyak manusia yang berbuat korupsi, membunuh orang lain serta hilang empati sosialnya ketika melihat penderitaan orang lain. Bahkan mereka hidup menumpuk harta kekayaan tanpa kontrol, dan kehidupannya dihiasi dengan bersenang-senang dan berfoya-foya. Bagi mereka yang berkuasa, perbuatan dzalimnya tak terkontrol, memutuskan persaudaraan dan kekerabatan.

Kesenangan dunia telah menutup mata hati dan akal akan adanya akherat, serta menghilangkan informasi akan adanya balasan seluruh perbuatan manusia. Al-Qur’an menggambarkan para pelaku dosa yang tertutup mata hati dan akalnya, mengalami ketakutan ketika melihat azab (pada hari Kiamat). Pada saat itu, mereka baru menyadari bahwa Allah benar-benar memiliki kekuatan itu dan adzab-Nya sangat keras bagi mereka yang dalam hidupnya tidak pernah menyembah kepada-Nya.

Surabaya, 23 Oktober 2025

Spread the love

Tag Post :

Categories

Articles, Artikel, Column, Column UINSA