Dr. Slamet Muliono Redjosari
Dunia disediakan Allah untuk menanam kebaikan guna menuai kemuliaan, namun kebanyakan manusia justru terjerumus dalam kehinaan. Kenikmatan dunia yang demikian banyak justru membuat manusia terpesona, sibuk dengannya hingga terlalaikan dari tugas mulianya. Alih-alih mengantarkan manusia meraih kebahagiaan hakiki, manusia justru terpeleset hingga terhina oleh dunia. Tugas dan misinya sebagai khalifah terlupakan hingga menjadi budak di muka bumi. Manusia telah dibuai oleh angan-angan kosong, yang diciptakan setan, hingga menyeretnya ke dalam kehancuran.
Godaan Dunia
Dunia seringkali menggoda dan menggiurkan, sehingga membuat manusia lalai terhadap tugas utamanya. Berbagai fasilitas dunia telah menghantarkan manusia untuk lebih jauh dan lebih dalam menikmatinya. Angan-angan manusia yang panjang membuat manusia mimpi besar hingga ingin mewujudkannya.
Impian yang besar itu menggerakkan manusia untuk terus mewujudkannya sehingga seluruh hidupnya dikerahkan. Bahkan citi-cita dan langkahnya disatukan untuk meraih keuntungan di dunia. Allah pun membuka peluang kesuksesan atas keinginan besar manusi untuk merealisasikan angan-angannya. Hal ini digambarkan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيۡهِمۡ أَعۡمَٰلَهُمۡ فِيهَا وَهُمۡ فِيهَا لَا يُبۡخَسُونَ
Artinya:
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. (QS. Hūd : 15)
Fokusnya pada dunia mengantarkan manusia sukses menggapai harapan. Kekayaan harta dan kesuksesan hidup pun tercapai. Oleh karena kesibukan dunia yang demikian besar dan padat, hingga melalaikan kehidupan hakikinya di akherat. Oleh karena fokusnyapada dunia, maka Allah mengganjarnya dengan ketiadaan bagian di akherat. Hal ini dipaparkan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَٰطِلٞ مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
Artinya:
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan . (QS. Hūd : 16)
Inilah tragedi kemanusiaan terbesar yang akan dialami bagi siapa pun yang fokus pada dunia. Nasibnya sangat mengenaskan. Betapa tidak, kesuksesan hidup di dunia, namun mendapatkan ancaman tidak akan memperoleh kebaikan di akherat.
Angan-Angan Kosong
Al-Qur’an menggambarkan bahwa dunia merupakan tempat ujian sekaligus cobaan. Istilah permainan dan senda gurau merupakan istilah yang tepat untuk menggambarkan dunia. Bagi mereka yang mengalami sukses hidup di dunia. Bagi mereka yang fokus pada dunia dan mengalami kesuksesan akan mengalami beberapa tahapan.
Oleh karena sukses di dunia, harta dan kekayaan melimpah, maka manusia sibuk untuk menikmati hidup. Mereka pun bermegah-megahan. Hidupnya untuk bersenang-senang, sekaligus berbangga-banggaan. Mereka mempertontonkan kekayaan berupa harta dan anak. Mereka tak sadar bahwa keduanya akan mati dan lenyap.
Al-Qur’an membuat personifikasi bahwa dunia ini seperti tanah yang hijau setelah hujan menyiraminya. Tanam-tanamannya pun hidup dan tumbuh hingga mengagumkan para pemiliknya. Namun tanaman itu kemudian mengalami kekeringan, hingga warnanya menguning hingga menjadi hancur. Melihat tanaman yang hancur itu manusia mengalami kebingungan dan hidup tanpa arah. Hancurnya tanaman itu membuat hati manusia kalut dan tak tahu harus berbuat apa.
Kekalutan manusia itu tidak seberapa dengan ketika mengalami siksaan dan adzab ketika di akhirat kelak. Mereka baru menyadari bahwa kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Sementara kehidupan abadi hanyalah di akherat. Hal ini digambarkan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمٗا ۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٞ ۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
Artinya:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan, dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Ĥadīd : 20)
Dunia yang dipenuhi dengan berbagai kenikmatan telah menipu manusia. Mereka hidup bersenang-senang mengikuti angan-angan kosong yang ada di benaknya. Al-Qur’an menggambarkan dengan sangat baik ketika mengilustrasikan penyesalan orang-orang munafik. Mereka menghadapi kenyataan pahit ketika melihat siksa yang akan menimpanya di akherat.
Ketika di dunia mengejek dan menghina orang-orang mukmin, hingga berniat untuk mencelakakan orang-orang beriman. Orang-orang munafik mengambil jalan lain dari jalan yang ditempuh orang-orang beriman. Orang munafik tertipu oleh angan-angan kosong. Al-Qur’an menarasikan hal itu sebagaimana firman-Nya : .
يُنَادُونَهُمۡ أَلَمۡ نَكُن مَّعَكُمۡ ۖ قَالُواْ بَلَىٰ وَلَٰكِنَّكُمۡ فَتَنتُمۡ أَنفُسَكُمۡ وَتَرَبَّصۡتُمۡ وَٱرۡتَبۡتُمۡ وَغَرَّتۡكُمُ ٱلۡأَمَانِيُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمۡرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ
Artinya:
Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata, “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami), dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu. (QS. Al-Ĥadīd : 14)
Itulsh dunia, indah dan mempesona tapi tidak sedikit manusia yang tertipu. Setan telah memperindah hingga melalaikan manusia dari tujuan sebenarnya. Hakekat tujuan manusia ke akherat guna menghadap Tuhannya, tetapi setan telah menghadang dengan angan-angan kosong sehingga manusia seolah-olah hidup di dunia saja.
Surabaya, 17 September 2025