Madiun — Dosen Program Studi Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) UIN Sunan Ampel Surabaya, Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid, M.Hum., berhasil meraih penghargaan sebagai pemakalah terbaik dalam Seminar Nasional HISKI (Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia) yang diselenggarakan oleh Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) Kampus Madiun pada Sabtu, 4 Oktober 2025.

Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Lantai 2 UKWMS Kampus Madiun, Jl. Manggis No. 15–17, Kota Madiun, ini mengusung tema besar “Sastra dan Indonesia dalam Perspektif Pramoedya Ananta Toer”. Seminar tersebut digelar dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer (1925–2025), novelis legendaris yang banyak memberi warna pada perkembangan sastra Indonesia modern.
Seminar Nasional HISKI menghadirkan sejumlah pembicara dari dalam dan luar negeri, antara lain Dr. Rhoma Dwi Aria, M.Pd. (Universitas Negeri Yogyakarta), Dr. Gabriel Fajar Sasmita Aji (Universitas Sanata Dharma sekaligus Ketua HISKI Komisariat USD), Dr. Nuno da Silva Gomes (Universitas Nasional Timor Lorosa’e), dan Dr. Vincente Paulino (Direktur Pusat Penelitian Budaya dan Seni, Universitas Nasional Timor Lorosa’e). Setelah sesi panel utama, kegiatan dilanjutkan dengan sesi paralel yang terbagi dalam tiga subtema, yaitu: (1) Identitas, Poskolonialitas, dan Politik, (2) Gender, Patriarki, dan Relasi Sosial, serta (3) Nasionalisme, Sejarah, dan Budaya.



Dalam kesempatan tersebut, Mochammad Nginwanun mempresentasikan makalah berjudul “Representasi Politik Islam dalam Narasi Sejarah Pramoedya Ananta Toer” pada kelas dengan subtema Identitas, Poskolonialitas, dan Politik. Artikel ini mengkaji representasi politik Islam dalam karya-karya Pramoedya dengan menggunakan pendekatan sejarah sebagai ilmu sebagaimana dirumuskan oleh Kuntowijoyo (1994).
Menurut Nginwanun, kajian terhadap karya-karya Pramoedya selama ini banyak berfokus pada isu kolonialisme, nasionalisme, dan kesadaran kelas, sementara aspek Islam politik masih jarang menjadi perhatian utama. Dengan menelaah novel Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1981), dan Larasati (2000), serta menggabungkan pendekatan historiografi sastra dan teori wacana Michel Foucault (1980), penelitian ini menunjukkan bahwa Pramoedya cenderung menampilkan Islam sebagai identitas sosial-budaya, bukan sebagai kekuatan politik transformatif.



Ketiadaan figur Islam politik sebagai aktor utama dalam narasi sejarah yang dibangun Pramoedya, menurutnya, mencerminkan pilihan ideologis sang penulis yang menempatkan humanisme sekuler dan perjuangan kelas sebagai poros emansipasi manusia. Temuan ini memberikan kontribusi terhadap kajian sejarah politik Islam dalam sastra Indonesia modern, sekaligus membuka ruang refleksi kritis terhadap hubungan antara sastra, ideologi, dan produksi wacana sejarah dalam konteks pascakolonial.
Pada akhir acara, panitia mengumumkan daftar pemakalah terbaik dari masing-masing subtema. Mochammad Nginwanun terpilih sebagai best presenter/paper berkat gagasan yang dinilai menghadirkan perspektif baru dan menarik untuk dikaji lebih lanjut. Ide-idenya mendapat sambutan positif dari moderator maupun peserta lain, terutama karena berhasil menjembatani dialog antara sastra dan sejarah melalui pendekatan interdisipliner yang segar dan reflektif.
