Fakultas Adab & Humaniora
September 4, 2025

Dosen FAHUM UINSA Jadi Presenter Terpilih dalam Konferensi Internasional Bahasa dan Budaya di Surakarta

Dosen FAHUM UINSA Jadi Presenter Terpilih dalam Konferensi Internasional Bahasa dan Budaya di Surakarta

Surakarta – Dosen Fakultas Adab dan Humaniora (FAHUM) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali menorehkan prestasi akademik di kancah internasional. Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid, M.Hum., dosen Sejarah Peradaban Islam FAHUM UINSA, terpilih sebagai salah satu pemakalah pada The 3rd International Conference on Cultures and Languages (ICCL) yang diselenggarakan oleh UIN Raden Mas Said Surakarta, 3–4 September 2025. Konferensi ini menjadi bagian dari peringatan 33 tahun UIN Raden Mas Said Surakarta. Dari lebih 100 judul yang masuk, panitia hanya memilih 60 makalah untuk dipresentasikan secara luring di Syariah Hotel Solo. Seleksi ini menegaskan eksklusivitas forum yang dihadiri para akademisi, praktisi, dan peneliti lintas lembaga.

Acara konferensi dibuka pada Rabu, 3 September 2025, dengan rangkaian Opening Ceremony yang khidmat. Dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, dilanjutkan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne UIN Raden Mas Said Surakarta. Suasana semakin semarak dengan laporan dari Ketua Panitia, Dr. Aly Mashar, S.Pd.I., M.Hum., yang menekankan bahwa forum ini menjadi ajang strategis untuk menguatkan kontribusi akademisi dalam mengintegrasikan bahasa, budaya, dan pengetahuan global.

Selanjutnya Dekan Fakultas Adab dan Bahasa UIN Raden Mas Said Surakarta, Prof. Dr. H. Imam Makruf, S.Ag., M.Pd., menyampaikan sambutan hangat sekaligus mengapresiasi antusiasme peserta yang datang dari berbagai perguruan tinggi. Keynote Speaker konferensi disampaikan oleh Rektor UIN Raden Mas Said Surakarta yang diwakili Dr. H. Zainal Arifin, S.Pd., M.Pd. Dalam orasinya, ia menekankan pentingnya bahasa sebagai instrumen peradaban. “Bahasa dan budaya sangat penting dalam peradaban manusia. Apakah sebuah bangsa menjadi beradab atau tidak, sangat ditentukan oleh bahasa,” ungkapnya. Acara pembukaan ditutup dengan doa oleh Dr. Muh. Fajar Shodiq, M.Ag., setelah sebelumnya diwarnai penampilan seni Harokatuna dan Monolog Tentacle.

Memasuki Panel Session I, para pakar dari Universitas Tun Hussein Onn Malaysia menjadi pembicara utama. Prof. Madya Dr. Azmi Abdul Latiff, Prof. Madya Dr. Sazuliana Binti Sanif, dan Prof. Madya Siti Noor Fazelah Mohd Noor menyajikan gagasan inovatif seputar hubungan bahasa, budaya, dan globalisasi. Diskusi ini menjadi ruang refleksi akademik atas bagaimana keberagaman budaya dapat dikelola melalui pendidikan dan riset lintas disiplin.

Pada malam harinya, sesi paralel dimulai. Mochammad Nginwanun Likullil Mahamid, M.Hum. tampil sebagai salah satu pemakalah terpilih. Dalam forum tersebut, ia mempresentasikan penelitian berjudul “Wahdat Al-Wujud in Serat Wedhatama: Historical Roots, Javanese Contextualization, and Ontological Representation.” Makalah ini mengupas jejak historis konsep Wahdat al-Wujud yang dirumuskan Ibn ‘Arabi, bagaimana ia masuk ke Jawa melalui jalur intelektual dunia Islam, serta adaptasinya dengan tradisi lokal Jawa yang kental dengan pengaruh Kapitayan, Hindu, dan Buddha.

Lebih lanjut, Nginwanun menekankan bahwa ajaran Wahdat al-Wujud bukan sekadar adopsi teoretis, tetapi telah menyatu dengan kearifan lokal Jawa. Hal ini tercermin dalam Serat Wedhatama karya KGPAA Mangkunegara IV, yang mengintegrasikan simbol, praktik spiritual, dan pandangan ontologis khas budaya keraton. Dengan pendekatan deskriptif-analitis berbasis teori tasawuf Ibn ‘Arabi dan kerangka logika mantiq, penelitiannya menyajikan perspektif baru tentang relasi sufisme global dan budaya Jawa.

Hari kedua konferensi, Kamis, 4 September 2025, diisi dengan Panel Session II. Tiga pembicara lintas bidang hadir memberikan pemikiran inspiratif. Associate Professor Minako Sakai dari UNSW Sydney mengulas dinamika studi budaya Asia dalam perspektif global. KH. Muhammad Jadul Maula, Ketua Lesbumi PBNU, menekankan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai identitas bangsa. Sementara itu, Abbet Nugroho, S.A.P., pendiri Kampung Dolanan Nusantara, menyoroti inovasi pelestarian budaya melalui permainan tradisional.

Kehadiran dosen FAHUM UINSA dalam forum internasional ini diharapkan menjadi motivasi bagi sivitas akademika lainnya untuk aktif mengembangkan penelitian, memperluas jejaring global, sekaligus memperkuat kontribusi UINSA dalam kancah keilmuan dunia. Semangat ini juga menjadi bagian dari upaya FAHUM UINSA untuk mendorong lahirnya karya-karya akademik inovatif yang berbasis riset dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Spread the love

Tag Post :

Categories

Berita