
UINSA Newsroom, Rabu (24/12/2025); UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya resmi mengukuhkan tujuh Guru Besar pada Selasa, 23 Desember 2025. Pengukuhan ini menggenapi total jumlah Guru Besar UINSA Surabaya sebanyak 112 Profesor.
Tujuh Guru Besar yang dikukuhkan dalam Sidang Senat Terbuka yang digelar di Gedung KH. Syaifuddin Zuhri Sport Center and Multipurpose Kampus A. Yani UINSA Surabaya antara lain Prof. Dr. Umi Hanifah, M.Pd.I.; Prof. Dr. Sanuri, S.Ag., M.Fil.I.; Prof. Dr. Drs. Sokhi Huda, M.Ag.; Prof. Dr. Hanun Asrohah, M.Ag.; Prof. Dr. Ahmad Nur Fuad, MA.; Prof. Dr. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag.; dan Prof. Dr. Muflihah, S.Ag., MA.

Hadir dalam kesempatan ini, tamu undangan dari berbagai kalangan. Diantaranya Prof. Dr. M. Arskal Salim GP., M.Ag., Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama (Sesditjen Kemenag); juga Menteri Agama Periode 2014-2019, Dr. (H.C.) K.H. Lukman Hakim Saifuddin.
Sesditjen Kemenag dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan ucapan selamat atas pengukuhan guru besar di UINSA. Menurut Sesditjen Kemenag, UINSA menjadi satu dari sedikit PTKIN di Indonesia yang memiliki guru besar lebih dari 100 Profesor. “Kalau kita perhatikan, progress dari peningkatan jumlah guru besar ini sangat fantastik,” ujar Prof. Arskal. Disampaikan Sesditjen Kemenag, bahwa saat ini tercatat hampir 1.500 guru besar bidang agama.

Sesditjen Kemenag juga mengapresiasi para guru besar yang kendatipun diangkat dalam bidang keilmuan agama, tapi perspektifnya yang digunakan adalah integrasi dengan keilmuan sains dan teknologi. “Disinilah maka UINSA kedepannya tidak akan mengembangkan pardigma keilmuan yang dikotomis, antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu keislaman. Tapi juga menjadikannya sebuah fondasi yang dapat mengakomodasi dua bidang keilmuan itu,” terang Prof. Arskal.
Sementara itu, Rektor UINSA, Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D., dalam sambutan usai orasi ilmiah para guru besar menyampaikan, bahwa jabatan guru besar memiliki implikasi besar untuk menjaga marwah kampus dengan memperkuat posisi guru besar sebagai sumber ilmu pengetahuan dan teladan.

Rektor mengajak kepada segenap guru besar untuk senantiasa menjaga diri. Karena yang dibutuhkan mahasiswa saat ini adalah role model. “Kalau sekadar sumber informasi, sudah bisa digantikan oleh IT,” imbuh Prof. Muzakki.
Dalam sidang senat terbuka ini, para guru besar diberikan waktu penyampaian orasi ilmiah. Orasi Pertama disampaikan Prof. Dr. Umi Hanifah, M.Pd.I., Guru Besar ke-106 dalam ranting ilmu/kepakaran Teknologi Pembelajaran Bahasa Arab. Dengan Judul Orasi: ‘Akselerasi Digitalisasi Pembelajaran Bahasa Arab Pasca Pandemi: Integrasi Model TPACK Dalam Pembelajaran Adaptif di Era Kecerdasan Buatan.’

Orasi Kedua oleh Prof. Dr.Sanuri, S.Ag., M.Fil.I., Guru Besar ke-107 dalam ranting ilmu/kepakaran Pemikiran Hukum Ekonomi Syari’ah dengan Judul Orasi ‘Epistimological Transformation Of Urf In The DSN-MUI Fatwa on E-Commerce: A Maqasid Al-Shari’ah Based Analysis.’ Selanjutnya Orasi Ketiga dari Prof. Dr. Drs. Sokhi Huda, M.Ag., Guru Besar ke-108 dalam ranting ilmu/kepakaran Dakwah Sufistik. Judul Orasi ‘Hidayah Dalam Dakwah dari Misteri ke Konsep dan Teori.’
Selanjutnya Orasi Keempat bersama Prof. Dr. Hanun Asrohah, M.Ag., Guru Besar ke-109 dalam ranting ilmu/kepakaran Sosiologi Kelembagaan Pendidikan Islam dengan Judul Orasi ‘Kelembagaan Pendidikan Islam: Perspektif Struktur Network, dan Ekologi dalam Studi Organisasi Madrasah.’ Orasi Kelima dari Prof. Dr. Ahmad Nur Fuad, MA., Guru Besar ke-110 dalam ranting ilmu/kepakaran Sejarah Intelektual Islam Modern dengan Judul Orasi ‘Dialektika Islamisme, Pasca Islamisme dan Sekularitas Religius: Perspektif Sejarah Intelektual.’

Kemudian Orasi Keenam bersama Prof. Dr. Amir Maliki Abitolkha, M.Ag., Guru Besar ke-111 dalam ranting ilmu/kepakaran Tasawuf Sunni dengan Judul Orasi ‘Desakralisasi Tarekat: Perubahan Perilaku Keagamaan Tarekat Qodiriyah Wa Naqsavandiyah di Rejoso Jombang.’ Dan Orasi Ketujuh oleh Prof. Dr. Muflihah, S.Ag., MA., Guru Besar ke-112 dalam ranting ilmu/kepakaran Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab dengan Judul Orasi ‘Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Arab Berbasis Sensitivitas Gender dan Diferensiasi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Multimedia Interaktif.’ (Nur/Humas)
Redaktur: Nur Hayati
Editor Foto: MN. Cahaya
Highlight: Rian/Mualam
