
UINSA Newsroom, Rabu (12/11/2025); Rektor UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Prof. Akh. Muzakki, menjadi salah satu narasumber utama dalam International Conference on Cross-Cultural and Religious Literacy (ICCCRL) yang diselenggarakan di Jakarta pada 11–12 November 2025. Konferensi bertema “Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies” ini merupakan hasil kolaborasi antara Institut Leimena dengan berbagai lembaga pendidikan dan instansi pemerintah.
Dalam panel kelima bertema “Government and Civil Society: Synergy in Education to Promote Social Trust,” Prof. Muzakki menekankan peran strategis pendidikan dalam memperkuat kepercayaan sosial di tengah masyarakat multikultural. Ia mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki 87.397 madrasah, terdiri 83.351 swasta dan 4.046 negeri, yang menjadi modal sosial penting untuk membangun toleransi dan solidaritas lintas komunitas.
Dalam presentasinya, Prof. Muzakki memperkenalkan konsep “CollaborACTION for Inclusive Social Policy” yang menekankan kolaborasi reflektif dan berkelanjutan melalui empat tahap: Defining Together, Planning Together, Acting Together, dan Reflecting Together. Konsep ini menegaskan pentingnya kerja bersama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga pendidikan dalam memperkuat social trust.

Lebih jauh, penerima penghargaan Indonesia Most Inspiring And Visionary Leader 2025 itu juga mengajukan tawaran solusi kebijakan publik berbasis teknokrasi. Ia menilai bahwa pelembagaan nilai-nilai sosial dan moral melalui pendidikan harus dilakukan secara kolaboratif lintas sektor. Partai politik, pemerintah, masyarakat sipil, serta dunia bisnis perlu bersinergi untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang menanamkan nilai kejujuran, tanggung jawab, dan empati secara berkelanjutan.
Konferensi ICCCRL 2025, yang dibuka oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Prof. Mukti Ali serta Menteri Agama Prof. Nazarudin Umar, dihadiri 200 peserta luring dan 5.000 peserta daring dari 20 negara, melibatkan akademisi, tokoh agama, dan pembuat kebijakan. Forum ini menyoroti pengalaman Indonesia dalam pengembangan program LKLB sebagai contoh pembangunan kohesi sosial, sekaligus menegaskan peran pendidikan dalam menumbuhkan nilai kemanusiaan dan kepercayaan sosial di masyarakat majemuk.