Program Studi (Prodi) Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), UIN Sunan Ampel Surabaya (UINSA) menyelenggarakan Workshop Kurikulum Outcome-Based Education (OBE) pada Rabu, 7 Mei 2025 melalui Zoom Meeting. Workshop tersebut dibuka oleh Dekan FISIP UINSA, Prof. Dr. H. Abd. Chalik, M.Ag. dan menghadirkan Drs. Bambang Wahyu Nugroho, M.Si., Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai narasumber, dengan Kaprodi Hubungan Internasional UINSA, Rizki Rahmadini Nurika, S.Hub.Int., M.A. sebagai moderator.
Drs. Bambang Wahyu Nugroho, M.Si. menjelaskan bahwa sebelum OBE, terdapat kurikulum nasional sebelumnya, yaitu MBKM, KKNI, KPT, Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan Kurikulum Berbasis Isi yang belum terstruktur. Juga terdapat kurikulum internasional FIBAA lebih banyak menanyakan praktik pembelajaran. Sedangkan Kurikulum OBE menekankan pada outcome, yaitu hasil pembelajaran yang relevan dan bermanfaat, bukan sekedar output atau luaran. Dengan kata lain, dalam OBE ada tagihan outcome tertentu bagi mahasiswa dan dosen.
Nilai adalah kuantifikasi hasil. Sehingga, OBE menuntut kuantifikasi keseluruhan proses belajar sehingga setiap mahasiswa, setiap kelas dan setiap mata kuliah. Selain itu, OBE juga menuntut validasi eksternal, misalnya setiap mahasiswa bertugas publikasi di jurnal ilmiah minimal SINTA 4. Produknya bagus karena dosen bisa menulis bersama mahasiswa dan diterbitkan di berbagai jurnal.
Dalam menyusun kurikulum OBE, Visi Prodi perlu memiliki distingsi, misalnya bidang atau di kawasan spesifik di tahun tertentu. Sedangkan Misi adalah cara untuk mewujudkan visi. Misalnya, dengan mengimplementasikan pembelajaran, penelitian dan pengabdian Prodi Hubungan Internasional yang berbasis Ilmu-ilmu ke-Islaman. Strategi mengacu pada Visi, bukan kegiatan. Apakah UINSA sudah punya Renstra jangka Panjang? Karena Renstra Prodi dibuat berdasarkan Renstra universitas, misalnya menuju generasi emas 2050.
Rumusan Tujuan Pendidikan (Programme Education Objective) ditentukan berdasarkan profil lulusan, misalnya penatalaksana HI, praktisi HI, dan analis HI. Terdapat peluang merumuskan profil lulusan sebagai praktisi berbasis bisnis internasional, misalnya bekerja di bidang ekspor-impor, berhubung banyak cabang MNC di Surabaya. Dalam profil UINSA uraian Islamic Negotiator perlu ada tentang bisnis.
Dalam kurikulum OBE, Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) maksimal 15 poin. Jika terlalu banyak CPL, akan sulit mengukur proses dan kuantifikasinya. Setiap profil lulusan dimatrikulasi dengan CPL. Misal, Sikap religius, sikap pribadi dan sikap sosial; Keterampilan Umum sebagai calon sarjana; Pengetahuan yang meliputi penguasaan pada kajian konflik internasional dan studi Kawasan; serta Keterampilan Khusus sebagai calon sarjana Hubungan Internasional. Hindari membuat CPL yang sulit diukur, karena akan diuraikan menjadi Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK).
Penetapan bahan kajian juga perlu mempertimbangkan integrasi keilmuan Hubungan Internasional berbasis Islam. Islamisasi Ilmu Pengetahuan ada tiga tahapan, yaitu mengkaitkan dengan Islam, interdisipliner, serta transdisipliner yang menggali dari kekayaan nilai-nilai Islam untuk diterapkan di dunia modern. Sebagai contoh, prinsip halal yang awalnya diterapkan untuk makanan dapat dikembangkan dalam hubungan kerja, pinjaman, dsb. Terakhir, implementasi kurikulum OBE perlu didukung Learning management system (LMS) yang canggih. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta telah mengembangkan LMS berbasis LINUX sebagai implementasi kuantifikasi proses perkuliahan. Aplikasi tersebut dapat merekap absensi perkuliahan, upload materi perkuliahan, serta menampung data tugas yang dikumpulkan oleh mahasiswa. Diharapkan kedepannya UINSA dapat memiliki LMS yang mendukung implementasi kurikulum OBE dalam kegiatan pembelajaran (NLH).