Berita

UINSA Newsroom, Senin (12/12/2022); Perth. Di sela-sela melaksanakan tugas untuk berkunjung ke Curtin University dan Murdoch University, delegasi LPPM UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya melakukan penguatan hubungan dengan berbagai kalangan. Di antaranya adalah dengan tokoh-tokoh senior komunitas Indonesia di Australia, dan juga Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) di Perth. Bahkan, paling tidak sebanyak dua kali Tim LPPM UINSA menghadiri undangan pertemuan dengan mereka. Pertama pada Jumat (9/12) di Kedai Tempayan di Westralians Apartmens, dan kedua pada Sabtu (10/12) di KwikFud Café yang berada di kawasan Langford Avenue.

Pertemuan pertama di hari Jumat, ikut hadir bersama tim LPPM UINSA beberapa orang Indonesia yang sudah lama menetap dan ditokohkan, yaitu Yai As’ad, seorang pengusaha berasal dari Sidoarjo yang telah lama membangun bisnis di Australia. Ikut hadir Ade yang di samping menjalankan usaha cafenya juga aktif melakukan kegiatan-kegiatan sosial bagi semua kalangan. Pada pertemuan kedua di KwikFud Café milik Ade malah lebih meriah lagi karena dihadiri lebih banyak orang, yaitu Gus Anshori yang aktif di PCINU Australia, Gus Nanda Avelist yang bertugas di Konjen RI di Perth, Kang Udin, dan Yai Hanif.

Berbagai hal dibicarakan dengan hangat layaknya saudara yang sudah lama tidak berjumpa dalam dua pertemuan tersebut. Tentang pengalaman pribadi masing-masing mereka ketika memulai hidup di Australia, bahkan sampai pada harapan-harapan mereka terhadap dunia pendidikan dalam kaitannya dengan apa yang mereka jalankan sehari-harinya. Substansi dari saling tukar pikiran dalam pertemuan itu adalah perlunya ruang pembelajaran yang lebih intensif di perguruan tinggi dengan keberanian menyibak sekat lintas negara-bangsa. Terutama pada aspek penguatan pengalaman hidup bagi para mahasiswa sebagai bekal kehidupan setelah lulus.

Pada titik inilah ditemukan irisan yang sama antara keinginan Tim LPPM UINSA dengan komunitas Indonesia di Australia, yaitu peluang melakukan UCE di Australia dengan melibatkan berbagai kalangan. Ketika gagasan ini disampaikan, bak gayung bersambut, ternyata mereka sangat antusias menanti implementasi gagasan tersebut. Maka jelas, bahwa upaya internasionalisasi pendidikan tinggi yang dicanangkan UINSA tidak hanya disambut kalangan kampus luar negeri, tapi juga komunitas masyarakat luar negeri.

Karena mungkin saking gayengnya, dua pertemuan nonformal itu seakan enggan diakhiri. Baru lepas tengah malam dengan berat hati pertemuan itu harus diakhiri dengan saling berjabat erat antara satu dengan yang lainnya. Bahkan, selepas selesai, Gus Anshori beserta istrinya serta Kang Udin bersedia mengantar rombongan mampir ke Kings Park and Botanic Garden sebelum menuju penginapan. Padahal waktu sudah menunjukkan tengah malam dengan cuaca mencapai 16 derajat celcius. Sehari sebelumnya, Gus Nanda dan Yai As’ad berkenan mengantar rombongan kembali ke penginapan dari Kedai Tempayan yang ada di kawasan Langley Park. (B5-lppm-22)