Berita
SPI Lakukan BIMTEK Pengenalan Aksara Jawa dan Pegon

Program Studi (Prodi) Sejarah dan Peradan Islam  (SPI) telah melakukan Bimbingan Teknis (BIMTEK) pada Senin pagi  (7/11) di ruang pertemuan lantai 9 gedung Fakultas Sains dan Teknologi (SAINTEK). Acara tersebut diikuti oleh sejumlah mahasiswa SPI, mulai dari pukul 9 pagi sampai pukul 12 siang. Ada dua pemateri yang mengisi acara BIMTEK tersebut,  yakni Goenawan Agoeng Sambodo, SS, M.T., selaku Ahli Epigrafi Indonesia, dan Dr. Masyhudi, M.Ag. yang merupakan dosen SPI sendiri.

Dalam acara BINTEK ini, Goenawan Agoeng Sambodo, SS, M.T., yang bertugas menjadi pemateri pertama menyampaikan materi mengenai Aksara Jawa (Kawi). Dalam materinya beliau menjelaskan mengenai beberapa poin. Diantaranya menjelaskan tentang huruf kuno (Jawa, Semit, Nagari dan lain sebagainya), prasasti Plumpungan, dan tentang naskah Merbabu. Untuk semakin menunjang kegiatan pembelajaran BIMTEK, pihak panitia juga memberikan lampiran aksara Kawi pada setiap mahasiswa yang datang. 

Sesi penjelasan pemateri tentang aksara Kawi berlangsung begitu seru & informatif, sebab para mahasiswa begitu antusias dalam mengikuti jalannya pembelajaran. Terutama saat pemateri menjelaskan cara penyebutan aksara Kawi dan penulisan aksara Kawi.

Setelah sesi materi aksara Kawi selesai, pada pukul 11 siang, Dr. Masyhudi, M.Ag., selaku pemateri kedua mulai menjelaskan materinya. Fokus materi beliau menjelaskan tentang aksara Pegon, yang mana isi materinya menbahas mengenai bentuk-bentuk aksara Pegon, alih tulisan (transliterasi) aksara Pegon, cara penulisan aksara Pegon, serta cara membaca aksara Pegon. Setelah sesi penyampaian materi selesai, bapak Juma’ M.Hum selaku moderator mempersilahkan mahasiswa untuk menyampaikan pertanyaan terkait penjelasan yang sudah dijelaskan oleh masing-masing pemateri. 

Dalam akhir sesi penyelenggaraan pembelajaran BIMTEK, pemateri tamu Goenawan Agoeng Sambodo, SS, M.T. memberikan pesan kepada mahasiswa SPI. Beliau berkata bahwa masih banyak aksara Kawi dan Pegon (dalam Prasasti atau naskah) yang perlu dikaji. Beliau juga menambahkan apabila nanti ada mahasiswa SPI yang melakukan kajian terhadap naskah-naskah kuno, agar tidak hanya mempelajari bahasa Inggris atau Arab saja. Tapi sebaiknya juga mempelajari berbagai bahasa, seperti bahasa Belanda, Prancis, dan bahasa-bahasa lain yang mungkin sudah mati (jarang digunakan). (Sah)