Column

Dr. Mierrina, M.Si., Psikolog (Koordinator Pusat Konseling LPM-UINSA)

Dalam lingkungan akademik yang kompetitif, menjaga kesehatan mental sering kali menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa. Tuntutan untuk meraih prestasi tinggi, menghadapi ujian yang berat, serta tekanan dari tenggat waktu yang ketat dapat memicu kecemasan, stres, bahkan burnout. Pada titik inilah konsep self-compassion atau belas kasih terhadap diri sendiri menjadi sangat relevan. Self-compassion dapat membantu mahasiswa untuk tetap menjaga keseimbangan antara produktivitas akademik dan kesejahteraan mental, menjadikannya sebagai salah satu kunci penting dalam meraih kesuksesan yang berkelanjutan.

Apa Itu Self-Compassion? Menurut Dr. Kristin Neff, seorang pelopor dalam penelitian tentang self-compassion, konsep ini terdiri dari tiga komponen utama: self-kindness, common humanity, dan mindfulness. Ketiga aspek ini saling terkait dalam membantu individu mengatasi tekanan hidup dengan lebih baik.

  1. Self-Kindness: Komponen ini menekankan pentingnya berbaik hati pada diri sendiri, terutama ketika dihadapkan pada kegagalan atau kesalahan. Seringkali, ketika seseorang mengalami kegagalan, mereka justru cenderung mengkritik diri dengan keras, memperburuk rasa cemas dan stres. Namun, dengan self-kindness, individu diajarkan untuk lebih sabar dan penuh pengertian terhadap diri mereka, sebagaimana mereka akan memperlakukan orang lain yang mengalami kesulitan.
  2. Common Humanity: Komponen ini mengingatkan bahwa penderitaan dan kegagalan adalah bagian dari pengalaman hidup manusia yang universal. Mahasiswa yang merasa sendirian dalam menghadapi masalah cenderung mengalami lebih banyak tekanan psikologis. Dengan memahami bahwa orang lain juga menghadapi kesulitan yang serupa, perasaan keterasingan dapat dikurangi, dan ini membantu seseorang merasa lebih terhubung dengan orang lain, serta lebih mampu menerima kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran.
  3. Mindfulness: Ini adalah kemampuan untuk tetap hadir dan sadar terhadap emosi dan pikiran yang muncul tanpa memberi penilaian. Mindfulness mengajarkan untuk tidak terlalu terjebak dalam penyesalan masa lalu atau kekhawatiran tentang masa depan, tetapi lebih pada fokus pada momen saat ini. Bagi mahasiswa, mindfulness membantu mengurangi rasa kewalahan ketika menghadapi tuntutan akademik yang tinggi dengan menjaga perhatian pada tugas-tugas yang sedang dikerjakan, daripada merasa tertekan oleh semua tugas yang harus diselesaikan.

Mengapa Self-Compassion Penting dalam Sukses Akademik?

Dalam dunia akademik, mahasiswa seringkali menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri mereka sendiri. Ketika mereka tidak memenuhi harapan tersebut, reaksi yang umum adalah mengkritik diri sendiri dengan keras. Sikap ini dapat memicu kecemasan akademik yang lebih besar dan mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan. Self-compassion memberikan ruang bagi mahasiswa untuk memandang kesalahan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Ketika mereka bersikap lebih lembut terhadap diri sendiri, mereka lebih mampu memulihkan diri dari kegagalan dan bangkit kembali dengan semangat baru untuk memperbaiki diri.

Penelitian menunjukkan bahwa self-compassion berperan penting dalam meningkatkan ketahanan terhadap stres dan kecemasan. Mahasiswa yang menerapkan self-compassion cenderung lebih produktif dan efektif dalam menghadapi tekanan, karena mereka tidak terus-menerus membebani diri dengan kritik yang merusak. Mereka dapat menavigasi tantangan akademik dengan lebih tenang, karena mampu melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, bukan sebagai bukti kegagalan pribadi.

Cara Menerapkan Self-Compassion dalam Kehidupan Akademik

  1. Berhenti Mengkritik Diri Sendiri: Mengkritik diri sendiri secara berlebihan hanya akan memperburuk stres. Mahasiswa sebaiknya memandang kegagalan sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri dan berkembang.
  2. Sadari Emosi dengan Penuh Kesadaran: Latih diri untuk menyadari perasaan negatif yang muncul, namun tanpa membiarkan perasaan tersebut mengambil alih atau menilai diri secara berlebihan. Penerimaan terhadap emosi tanpa penghakiman akan membantu mahasiswa menghadapi stres dengan lebih baik.
  3. Luangkan Waktu untuk Self-Care: Rutinitas akademik yang padat sering kali membuat mahasiswa mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Meluangkan waktu untuk istirahat, melakukan hobi, atau aktivitas yang menyenangkan bisa memberikan energi baru untuk kembali menghadapi tugas-tugas akademik.

Self-Compassion sebagai Penyeimbang Antara Prestasi dan Kesejahteraan

Dengan menerapkan self-compassion, mahasiswa diajak untuk tidak lagi memandang keberhasilan sebagai satu-satunya ukuran diri, tetapi juga kesejahteraan psikologis sebagai hal yang penting. Pendekatan ini menekankan bahwa kesuksesan akademik bisa dicapai tanpa mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan mental. Dengan self-compassion, mahasiswa dapat meraih pencapaian yang lebih seimbang, di mana mereka tidak hanya menjadi produktif, tetapi juga merasa damai dan bahagia dalam prosesnya.