
Katakanlah (Nabi Muhammad), “ya Tuhanku, masukkan aku (ke tempat dan keadaan apa saja) dengan cara yang benar, keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(-ku).
(QS Al-Israa [17]:80).
Rasul Muhammad bersabda; “Bertakwalah kepada Allah, Fatimah. Tunaikanlah kewajiban Tuhanmu dan laksanakanlah pekerjaan keluargamu. Jika engkau hendak berangkat ke pembaringan, berdoalah dengan membaca tasbih sebanyak 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali. Semuanya berjumlah 100. Itu semua lebih baik bagimu daripada pembantu rumah tangga.’ Fatimah berkata, Aku rela (rida) atas apa yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya.’ …”
(HR. Ahmad, Abu Daud, al-Turmudzi, dan Ibnu Majah).
Mengenali ekonomi keluarga dengan pendekatan kajian antropologi ekonomi Islam menjadi penting, karena Islam dihadirkan untuk melepaskan belenggu stigma jahiliyyah terutama pembebasan bagi perempuan dari pola perbudakan. Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra., putri Rasulullah Muhammad saw, sering kali dikenang sebagai simbol keteladanan dalam banyak aspek kehidupan, termasuk dalam hal keluarga dan ekonomi. Meskipun hidup di tengah tantangan besar dan sering kali dalam kondisi serba keterbatasan, Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. menunjukkan bahwa peran seorang perempuan dalam keluarga dapat dinyatakan sebagai penyangga kekuatan yang sangat mendalam, termasuk dalam aspek ekonomi. Keberanian, kedermawanan, kemandirian, dan semangat kerjanya telah menjadi inspirasi yang tak ternilai.
Keteguhan dalam Menghadapi Kesulitan Ekonomi
Kekuatan ekonomi keluarga menjadi salah satu aspek penting yang mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Keluarga melalui pendekatan antropologi ekonomi Islam dapat berfungsi sebagai inspirasi utama untuk memperkuat ekonomi keluarga. Penguatan ekonomi keluarga ini sangat erat kaitannya dengan teori pemberdayaan masyarakat, yang menekankan pentingnya partisipasi dan peningkatan kapasitas individu serta kelompok dalam mengelola sumber daya secara mandiri dan berkelanjutan. Dalam teori pemberdayaan, keberhasilan tidak hanya dilihat dari aspek finansial, tetapi juga dari peningkatan kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah ekonomi mereka secara mandiri. Keluarga dapat berkembang secara berkelanjutan, menciptakan peluang usaha, serta memiliki ketahanan terhadap berbagai macam guncangan ekonomi internal ataupun eksternal. Dalam kajian ekonomi selaras dengan konsep Human Capital (Kapital Manusia) yang dikemukakan oleh Gary Becker dalam penekanan pentingnya investasi pendidikan, pelatihan, dan keterampilan untuk meningkatkan produktivitas individu. Becker menyatakan manusia bukan sekedar sumber daya namun merupakan modal (capital) yang menghasilkan pengembalian (return) dan setiap pengeluaran yang dilakukan dalam pengembangan kualitas dan kuantitas modal merupakan kegiatan investasi.
Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. hidup dalam kondisi yang sangat sederhana, bahkan dalam beberapa kesempatan, dia dan suaminya, Sahabat Ali bin Abi Thalib kw., harus menghadapi keterbatasan ekonomi. Salah satu kisah yang terkenal adalah ketika sepasang suami istri ini yang hanya memiliki dua buah batu penggiling gandum dan digunakan untuk menumbuk gandum bagi keluarga dan juga bagi para pejuang kaum muslimin. Di dalam rumahnya memiliki dua buah tempat air yang terbuat dari kulit kambing, minyak wangi yang tidak banyak, serta bantal berbahan ijuk pohon kurma. Mereka tidak memiliki pembantu untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra.. Walaupun Sayyidina Ali bin Abi Thalib kw. kerap kali membantu mengerjakan pekerjaan rumah Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra., ia tetap saja masih merasa kelelahan bahkan membuat kedua tangannya menjadi kasar dan melepuh akibat menggiling gandum. Sehingga suatu saat ketika sang suami mengusulkan kepada istrinya untuk meminta seorang pembantu kepada ayahnya, yang tidak lain adalah Rasul kita Nabi Muhammad saw., agar pekerjaan rumahnya menjadi lebih ringan. Mengikuti arahan suaminya, Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. sowan menghadap kepada Ayahanda tercinta Rasulullah saw. dan saat itu Rasulullah saw. Dalam kondisi pulang dari sebuah perang mendapat banyak harta rampasan dan tawanan perang. Ketika sampai di hadapan ayahanda tercinta dan ditanya maksud kedatangannya, Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. diam seribu bahasa dan tidak kuasa untuk mengatakan maksud usulan keinginan suaminya, hingga Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. berkata, “Tidak ada, wahai Ayah utusan Allah,. aku ke sini hanya menyampaikan salam ta’dzim kepadamu,” lalu ia kembali ke rumahnya. Setibanya di rumah, suaminya sudah menunggu kabar hasil tentang usulannya tadi. Namun, Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. hanya bisa menjawab bahwa dirinya malu untuk meminta pembantu kepada Rasulullah saw. sehingga tidak mampu unuk mengatakannya.
Pada kesempatan yang lain Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. bersama suaminya memutuskan untuk kembali sowan bersama kepada Rasulullah SAW untuk meminta pembantu tersebut. Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. masih tidak berani berkata pada Rasulullah saw. hingga suaminya Sahabat Ali bin Abi Thalib kw. yang mengatakan dengan keberaniannya, “Wahai Rasulullah, setiap hari putri sholihahmu yang sekarang menjadi istriku memutar kincir angin hingga membekas pada tangannya. Menggiling gandum, menuangkan air dengan timba hingga membekas dan menjadikan tangannya melepuh, maka ketika hadir banyak para tawanan perang, aku menyuruhnya untuk mendatangimu dan meminta salah satunya sebagai pembantu yang akan menolong dalam menyelesaikan pekerjaannya dan menjaganya dari beratnya pekerjaan yang dilakukannya”. Di luar dugaan Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. dan Sahabat Ali bin Abi Thalib kw., Rasulullah justru memberi solusi dari kelelahan Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. setelah melakukan pekerjaan, terutama pekerjaan rumah yang melelahkan seharian tidak dengan memberi pembantu melainkan dengan. menganjurkan Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. untuk membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali, dan takbir 34 kali sebelum tidur sebagai obat lelah ketika ditimpa pekerjaan yang banyak di luar nalar manusia. Pesan Rasullullah ini sesungguhnya mengingatkan kepada kita bersama akan pentingnya menghadirkan Sang Khaliq dalam setiap sisi kehidupan, karena sesungguhnya apapun keberhasilan yang telah kita capai bukanlah karena kekuatan dan kehebatan kita semata, namun Allah Yang Maha segalaNya telah melimpahkan anugerah dan maunahNya tersebut untuk selalu kita syukuri dengan melanggengkan dzikir kepadaNya.
Sayyidah Fatimah al-Zahrah RA.. dapat dinilai sebagai inspirasi bagi perempuan di zaman modern yang sering kali dihadapkan dengan tantangan ekonomi keluarga. Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. mengajarkan kepada para perempuan, baik sebagai anak, istri dan atau ibu untuk dapat menjadi penyangga ekonomi keluarga dengan cara penuh kasih sayang serta pengorbanan, bukan hanya dengan materi, tetapi dengan kebijaksanaan dan keteguhan dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Dalam konteks pemberdayaan ekonomi keluarga, teori ini menggarisbawahi pentingnya pengembangan keterampilan dan pendidikan bagi anggota keluarga. Dengan memiliki keterampilan yang memadai, keluarga dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui pekerjaan yang lebih baik atau memulai usaha sendiri. Investasi dalam sumber daya manusia akan meningkatkan daya saing keluarga dalam pasar kerja atau pasar usaha.
Kedermawanan dan Kemandirian sebagai Sumber Kekuatan

Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. juga dikenal karena sifatnya yang sangat dermawan. Dalam kondisi kekurangan, ia tetap berbagi dengan orang lain yang lebih membutuhkan. Bahkan, dalam sebuah kisah yang masyhur, ketika Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. dan suaminya hanya memiliki sedikit makanan, mereka memilih untuk memberi makan orang lain yang lebih membutuhkan. Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. juga pernah memberikan perhiasannya untuk disedekahkan demi membantu kebutuhan orang miskin, meskipun dia sendiri masih menginginkan dan membutuhkan. Tindakan Ini adalah bentuk kekuatan ekonomi yang tidak berbasis pada harta benda, melainkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan kedermawanan. Kekayaan materi bukanlah ukuran utama dalam menjaga keharmonisan keluarga, tetapi sikap ikhlas dan peduli terhadap sesama yang menjadi prioritas. Perempuan seperti Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. mengajarkan bahwa meskipun kita hidup dalam keterbatasan materi, kekuatan ekonomi yang sesungguhnya terletak pada kemampuan kita untuk berbagi dan memberi manfaat bagi orang lain. Dalam konteks keluarga, ini adalah pelajaran tentang bagaimana solidaritas dan nilai-nilai sosial yang kuat dapat menguatkan ekonomi keluarga, meskipun dalam bentuk yang tidak selalu terlihat dalam angka atau materi. Nominal boleh beda tapi nilai tetap sama.
Dalam hal kemandirian, Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra.. memberikan contoh tentang pentingnya kemandirian dalam mengelola sumber daya keluarga. Pada masa itu, keluarga Rasulullah hidup dengan sangat sederhana, dan Fatimah sebagai istri Sahabat Ali bin Abi Thalib kw. sering kali terlibat langsung dalam pengelolaan rumah tangga, dari mulai pekerjaan rumah hingga membesarkan anak-anak mereka. Dia menunjukkan bahwa kemampuan untuk mengelola waktu, energi, dan sumber daya yang ada dengan bijak adalah kunci untuk menjaga kesejahteraan ekonomi keluarga. Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. mengajarkan bahwa meskipun dalam keterbatasan mampu menciptakan kemakmuran yang lebih besar dalam kehidupan sehari-hari melalui pengelolaan yang cermat, kerja sama, dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan ekonomi, baik dalam skala keluarga maupun masyarakat secara luas.
Melalui lensa teori ekonomi yang telah dipraktikkan oleh Sayyidah Fatimah al-Zahrah ra. proses kekuatan ekonomi keluarga tidak hanya fokus pada seberapa pendapatan keluarga yang didapatkan, tetapi juga pada bagaimana pembelanjaan pendapatan dan pengembangan kapasitas perempuan sebagai ‘menteri keuangan’ dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk kesejahteraan keluarga. Berdasar juga pada teori human capital akan dapat menciptakan keluarga yang lebih mandiri, memiliki ketahanan ekonomi yang kuat, dan mampu berkontribusi pada pembangunan ekonomi negara. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang bagaimana mengelola keuangan rumah tangga secara bijak, termasuk memprioritaskan tabungan dan investasi, serta menghindari hutang yang berlebihan akan mewujudkan pemberdayaan ekonomi keluarga dan menjadi salah satu langkah penting dalam mencipta masyarakat yang lebih sejahtera dan berdaya. Aamiiiin.
Selamat Hari Perempuan Internasional, 8 Maret 2025
#loveIndonesia #loveUINSA #ayokuliahdiFEBI
#dari lower menuju middle hingga high class
#senyumlahtandasyukur&bahagia
#happyenggagement
#mylifestyle
#ادى_فريضة_وانتظر_اخرى
اللهم_اختم_بحسن_الخاتمة#