Berita

(Minggu, 16 Oktober 2022). Bertempat di Desa Bringin, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban telah dilaksanakan dalam rangka merealisasikan program kerja Divisi Sosial dan Masyarakat, Kabinet Sahwahita, Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya 2022. Yang dimana dalam kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari ini bertujuan untuk memberikan edukasi melalui sosialisasi terkait pada Pendidikan politik dan partisipasi masyarakat Desa Bringin menuju Pemilu 2024.

Desa Bringin, Kecamatan Montong, Kabupaten Tuban dipilih menjadi tempat Pengabdian Masyarakat Himapol UINSA 2022, dikarenakan desa tersebut masih mengalami ketertinggalan daripada desa lain yang ada di Kecamatan Montong. Ketertinggalan ini menjadi acuan dan semangat untuk dapat membangun desa tersebut melalui beberapa program kerja yang telah direncanakan dan disepakati.

Berdasar pada analisis dan investigasi yang telah dilakukan oleh Divisi Sosial dan Masyarakat Himapol UINSA 2022, telah disepakati bahwasannya pemberian edukasi dan sosialisasi  Politik melalui Pengabdian Masyarakat akan mengarah pada kesadaran partisipasi politik masyarakat Desa Bringin itu sendiri. Kesadaran dan Pemahaman tentang politik menjadi tujuan utama diadakannya program kerja Pengabdian Masyarakat. Bekerja sama dengan Lembaga terkait yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU) Kabupaten Tuban.

Dengan mengusung tema “Sosialisasi Pemilih Cerdas, Menjadikan Masyarakat yang Cerdas dan Proaktif Menuju Pemilu 2024”, yang diisi oleh pemateri dari jajaran KPU Kabupaten Tuban yaitu Ibu Zakiyatul Munawaroh S. Pd, M. M, berjalan dengan antusias masyarakat yang sangat tinggi dibuktikan dengan penuhnya kursi audiens yang bertempat di Balai Desa Bringin dan beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh audiens kepada pemateri.

Pada penjelasan awal yang berfokus pada peran masyarakat dalam mewujudkan demokrasi yang baik dan sehat tanpa adanya intervensi dari pihak lain. Pembahasan merujuk pada penyuluhan tentang bagaimana proses politik di Indonesia yang menggambarkan kurang lebih dari kalender politik itu sendiri. Berlanjut pada bagaimana gambaran negara yang sangat membutuhkan peran pemuda dan masyarakat sebagai aktor dari pembangunan negara itu sendiri.

Setelah itu berlanjut pada penjelasan terkait dengan berbagai menfaat yang ada di pemilu, tentang bagaimana sarana perwujudan kedaulatan rakyat melalui pemilu, sarana untuk melakukan pergantian pemmimpin secara konstitusional, sarana bagi pemimpin untuk memperoleh legitimasi, dan yang terakhir tentang bagaimana pemilu adalah sebagai sarana bagi rakyat untuk berpartisipasi dalam proses politik.

Dijelaskan juga tentang bagaiamana ukuran terkait pemilu yang demokratis dengan atas dasar yang sangat memperhatikan Hak Asasi Manusia sebagai hak pemenuhan politik dengan hak untuk memilih maupun dipilih. Lalu ada juga penjelasan terkait bagaimana ukuran tentang kesuksesan penyelenggaraan pemilu secara aman, tertib, dan damai di setiap tahapan yang dilaksanakan. Yang dimana hasil atau substansi dari pemilu tersebut dapat menghasilkan pemimpin yang aspiratif.

Dalam pemamparan materi yang dilakukan selama Sembilan puluh menit tersebut juga menjelaskan tentang mitos dan fakta golput atau tidak menggunakan hak pilih pada pemilu. Tentang mitos yang banyak mengatakan bahwa golput adalah perlawanan terhadap sistem, solusi, dan sikap diri dalam berpolitik. Padahal pada fakta yang sebenarnya terjadi di lapangan berapapun jumlah golput itu pemilu akan tetap sah, tidak merubah apapun, dan golput merupakan sebuah bentuk ketidakpedulian trerhadap pembangunan negara kedepannya.

Hal ini yang akan terus ditekankan oleh Himapol UINSA dalam menyadarkan bangsa untuk pemahaman politik yang semakin dinamis yang membuat masyarakat menjadi tidak sadar bahwa mereka sedang dalam pengaruh politik. Harapan setinggi – tingginya dari Himapol UINSA adalah menyampaika pesan bahwa rakyat akan selamanya menjadi aktor penting dalam pembangunan negara dan masyarakat juga tidak boleh acuh pada proses politik itu sendiri.

Meskipun banyak cara yang dilakukan oleh aktor politik yang berkuasa, dan segala cara yang dilakukan untuk mendapatkan jabatan tersebut dianggap tidak sehat dan kotor oleh masyarakat. Jadi masyarakat sering memiliki pemikiran bahwasannya mereka tidak mau ikut – ikutan dalam proses yang tidak sehat dan kotor itu. Tetapi Himapol UINSA yang notabene adalah ranah mereka dalam mempelajari politik harus tetap memberikan wawasan dan pengetahuan terkait apa hakikat dari politik sendiri.