LP2M report, Sabtu, 30 November 2024
Target Presiden terkait angka prevalensi stunting Indonesia menjadi 14% di tahun 2024, membuat semua elemen Masyarakat bergerak bersama-sama. Tak terkecuali UIN Sunan Ampel Surabaya dan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Jawa Timur. Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Sunan Ampel Surabaya menyelenggarakan PRODAMAS CERUNTING (Program Pendampingan Masyarakat Cegah dan Turunkan Stunting) di Kabupaten Magetan. Acara ini digelar di RA Sidorejo, desa Sidorejo kecamatan Sidorejo kabupaten Magetan pada Jumat, 29 November 2024. Acara yang diselenggarakan oleh UIN Sunan Ampel Surabaya bersama BKKBN Provinsi Jawa Timur disambut antusias oleh warga Sidorejo Magetan. Hal ini mengingat Magetan termasuk kabupaten dengan prevalensi stunting yang tinggi.
Acara dibuka oleh Koordinator PSGA UINSA, Dr. Lilik Huriyah, M.Pd.I. Beliau juga menyampaikan tentang pentingnya sosialisasi pencegahan stunting. Tak lupa pula ia menjelaskan tentang pencegahan perkawinan anak, karena salah satu penyebab terjadinya stunting adalah perkawinan usia anak. Sebagai fasililator STRANAS PPA (Stretagi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak), Dr. Lilik mengajak komitmen bersama para warga Sidorejo Magetan untuk tidak menikahkan anaknya di bawah usia 19 tahun. Sekitar 50 orang tua atau wali di desa Sidorejo bertandatangan untuk berjanji tidak akan menikahkan anaknya di usia anak. “Tahun depan saya akan kesini lagi, saya lihat nama bapak ibu dibawah tanda tangan ini, siapa yang sudah ngunduh mantu”, kelakarnya disambut gelak tawa para peserta.
Selanjutnya acara dilanjutkan dengan sosialisasi pencegahan stunting oleh Ibu Nidya, A.Md. Kes, pegawai kesehatan ahli nutrisi dari Sidorejo Magetan. Ibu Nindya menjelaskan kepada ibu-ibu muda cara mencegah stunting, mulai dari masa kemahilan. Apa yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil, oleh anak usia 0-6 bulan, anak usia 6 bulan keatas, satu tahun keatas, bahkan hingga anak masuk sekolah. Beliau juga menghimbau agar ibu-ibu tetap rajin ke posyandu desa meskipun anaknya sudah sekolah. “Ibu-ibu jangan malu untuk lapor ke perangkat desa kalau anaknya terindikasi stunting ya. Ini demi masa depan anak bapak ibu semua”, ungkapnya.
Peserta tak hanya di dari unsur ibu-ibu saja, tapi juga hadir beberapa bapak-bapak yang membawa anaknya. Salah satunya bapak peserta menceritakan tentang gejala Kesehatan anaknya nomor 1 dan anaknya nomor 2 yang menderita stunting. Dengan cerita panjang lebar tentang anak stuntingnya, akhirnya PSGA UINSA dan BKKBN Jawa Timur memberikan big Doorprize kepada peserta bapak muda tersebut berupa sumbangan dana tunai sebesar satu juta rupiah. Sedangkan untuk peserta lainnya juga diberikan doorprize nutrisi stunting. Acara berlangsung sangat meriah. Para peserta antusias berdiskusi dan bertanya tentang stunting dan kasus-kasus pernikahan anak, seperti anak perempuan yang sudah hamil terlebih dahulu sebelum menikah, sementara ia masih sekolah, dan berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat Magetan lainnya. Melalui forum ini, masyarakat mendapatkan edukasi dan berbagai alternatif solusi atas permasalahan mereka. Mereka berharap UINSA dan BKKBN Jawa Timur hadir lagi di Magetan untuk program-program berikutnya.
(Renal-dhani).