Berita

Kelompok Magang Merdek Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi telah melakukan pemetaan hingga perencanaan kampung di Kampung Pinggir Rel Dupak Magersari selama 3 bulan. Kelompok ini beranggotakan 4 mahasiswa yaitu Diva Tifany Erina Miroslove, Balgis Bachmisd, Sharla Nabighah Azlya Syahrazad, dan M. Ahyar yang dibimbing oleh Dosen Pembimbing Lapangan yaitu Nihlatul Falasifah, M.T. dan Dosen Pamong yaitu Rosifatul Umamah, S.Sos. Perlu diketahui bahwa kampung Dupak Magersari menjadi salah satu dari 72 kampung marginal yang terletak di pinggir rel kota Surabaya. Terbentuk sejak tahun 1960 di atas tanah sengketa dengan PT. KAI dan di tahun 2010-2015 terdapat isu penggusuran yang sempat mencuat pasca kejadian kereta anjlok. Hingga kini PT. KAI hanya memberikan peringatan dan pembersihan barang yang mengganggu operasional kereta api.  Sengketa dengan PT. KAI membuat warga juga dihantui perasaan cemas jika sewaktu-waktu akan digusur. Selain itu, status tanah yang ditempati ilegal, juga membuat warga tidak memiliki payung hukum yang menaungi untuk bertahan di tanah tersebut dan tidak ada bantuan sosial atau infrastruktur dari pemerintah yang turun. Kampung Dupak Magersari juga bagian dari salah satu kampung dampingan Arkom Jatim sehingga terorganisir dari segi warga dan kampungnya. 

Tantangan lainnya bahwa kampung marginal Dupak Magersari ini terancam akan terkena dampak perubahan iklim. Beberapa ciri-cirinya yaitu, kepadatan penduduk tinggi, infrastruktur terbatas, dan kondisi ekonomi warga yang tidak stabil. Hal ini sesuai dengan realita yang ada di Dupak Magersari bahwa kepadatan penduduknya memang sangat tinggi, pada RT 01 ada 373 jiwa dengan total rumah hanya 40. Jadi pada 1 rumah pun ada yang ditinggali 4 KK. Selain itu kerentanan mereka terhadap dampak iklim adalah banjir dan genangan air, kenaikan suhu, kekurangan air, kerawanan pangan, dan risiko penyakit menular.

Tetapi meskipun dengan keadaan begitu, nilai kekompakkan antar masyarakat Dupak Magersari patut diacungi jempol. Berdasarkan hasil pengamatan tim MBKM PMI UINSA, mereka memiliki banyak aset dan potensi yang dimiliki, diantaranya sebagai daya jual kampung. Aset sumber daya manusia bahwa masyarakat memiliki kemampuan dalam segi kreativitas. Ditandai dengan rasa senang belajar akan hal baru dan mau berproses bersama. Selain itu mereka juga punya aset UMKM diantaranya beberapa usaha dandang yang telah sampai pada pasar nasional. Terdapat juga pembuatan lilin aroma terapi dari minyak jelantah bekas yang dibuat oleh ibu-ibu Dupak Magersari atau nama komunitasnya Ibu-Ibu Srikandi Kapirel. Munculnya harapan supaya menjadi kampung marginal yang ramah iklim bermula dari kegiatan Akar komunitas Surabaya. Akar atau Akademisi Arsitektur Komunitas adalah Salah satu program dari Arkom Jatim yang bertujuan untuk belajar memahami kampung berbasis partisipatif serta perencanaan tata kampung. Acara ini diadakan selama 3 hari pada tanggal 23-25 Februari 2024. Pada kegiatan ramu kampung tanggal 2 maret 2024, kami melakukan Focus Group Discusion (FGD) bersama 30 warga Dupak Magersari untuk mengetahui kebutuhan, aset, hingga masalah yang dimiliki warga guna mewujudkan kehidupan kampung yang sejahtera dan ramah iklim. Saat itu kami melakukan FGD dengan memetakan harapan, potensi, dan tantangan yang ada di Dupak Magersari. Beberapa tantangan yang sering diutarakan adalah tidak adanya penghijauan di kampung, kepadatan penduduk, dan kurangnya penerangan jalan pada malam hari. Setelah kami petakan bersama barulah pada tanggal 1 maret, tepat pelaksanaan MBKM kami ingin turun lapangan untuk menemukan solusi atas masalah-masalah tersebut bersama warga

Setelah memetakan aset, potensi, dan masalah, barulah kami mengkoordinir warga untuk menemukan apa solusi yang bisa kita lakukan bersama-sama demi mengurangi ancaman perubahan iklim tersebut. Dimulai dari tahap perencanaan kampung, Arkom Jatim dan tim MBKM PMI UINSA menggandeng mahasiswa-mahasiswi arsitek Universitas 17 Agustus Surabaya untuk mendamping dan membantu dalam proses tata kampung ini. Dari pertemuan tersebut akhirnya muncul ide-ide dan inovasi baru sebagai perencanaan tata baru kampung Dupak Magersari dalam jangka pendek dan panjang. Pada tanggal 6 Mei 2024, barulah kami menemukan sebuah inovasi untuk mendukung terwujudnya kampung marginal ramah iklim dan lingkungan dengan membuat lampu PJU solar panel. Lampu PJU ini sangatlah dibutuhkan karena penerangan jalan di kampung sangatlah minim, dan hak atas meminta bantuan pada pemerintah juga akan susah karena ada legalitas tanah. Sehingga saat itu bagaimana caranya, masyarakat bisa membuat lampu PJU yang didapat atas kerja keras mereka sendiri.

Proses perencanaan tata kampung bersama mahasiswa arsitek UNTAG Surabaya dan Arkom Jatim
Pelaksanaan workshop design PJU bersama Syahlaa Nabiilah, S.Ars.

Tim MBKM PMI UINSA membuat suatu workshop tentang membuat design lampu PJU yang ramah lingkungan dan informatif, yang apabila dilihat oleh orang luar kampung mereka akan tau bahwa masyarakat Dupak Magersari bisa membuat PJU solar panel secara mandiri. Kami melakukan FGD terlebih dahulu untuk merencanakan konsep kegiatan workshop tersebut. Lalu pada tanggal 20 Mei 2024 kami menghadirkam narasumber Syahlaa Nabiilah, S. Ars, alumni arsitek ITS Surabaya untuk mendampingi proses belajar memahami design PJU pada warga Dupak Magersari. Setelah proses workshop selesai, kami melakukan monitoring dan evaluasi yang membahas timeline pengerjaannya, list kebutuhan dan alat, serta komunitas pendiri PJU.

Proses merakit lampu PJU bersama warga Dupak Magersari
Pembuatan lilin aromaterapi bersama ibu-ibu srikandi kapirel

Tepat pada tanggal 26 Mei 2024 komunitas pendiri PJU mulai mengeksekusi program ini. Awalnya mereka harus menentukan titik berdirinya lampu PJU ini nantinya. Sebelum itu, para warga sudah pernah memetakan lokasi titik lampu PJU bersama Arkom Jatim. Setelah menentukan titik berdiri barulah warga bergotong royong untuk merakit lampu PJU ini dan pada tanggal 28 Mei lampu PJU diberdirikan dan diresmikan bersama-sama. Perlu diketahui bahwa mereka mendapat dana membuat PJU ini adalah hasil penjualan lilin aromateraphy hasil karya ibu-ibu srikandi kapirel. Dana hasilnya digunakan untuk kepentingan bersama termasuk berdirinya lampu PJU ini. Hal ini yang membuat kami tertarik melakukan proses pemetaan dari awal hingga akhir karena kerja sama yang menarik antara ibu-ibu dan bapak-bapak dalam menata kampung. Inilah yang menjadi salah satu bukti adanya kesetaraan gender di Kampung Dupak tanpa ada pembedaan satu dengan lainnya.

Lampu PJU Solar Panel Baru
Peresmian Lampu PJU baru bersama warga, Arkom Jatim, dan DPL