Hari ini, Rabu 18 Desember 2024, di ruang sidang lantai tiga Tower KH Mahrus Ali, berlangsung sidang disertasi terbuka yang dihadiri oleh berbagai kalangan akademis, mahasiswa, serta praktisi pendidikan. Acara ini menjadi sorotan utama dalam dunia pendidikan, terutama di bidang pendidikan agama Islam, di mana Toha Makhshun, seorang calon doktor, memaparkan hasil penelitiannya yang inovatif mengenai pengembangan alat ukur literasi digital bagi calon guru pendidikan agama Islam.
Acara dimulai dengan sambutan hangat dari Ketua Sidang, Prof. Dr. H. Muhibbin Zuhri, M.Ag yang menyampaikan pentingnya penelitian ini dalam konteks pendidikan modern. Dalam sambutannya, Prof. Muhibbin menekankan bahwa literasi digital adalah keterampilan yang sangat diperlukan di era informasi saat ini, terutama bagi guru yang akan mendidik generasi muda. “Kita hidup di zaman di mana informasi dapat diakses dengan mudah melalui teknologi. Oleh karena itu, calon guru harus memiliki kemampuan literasi digital yang baik untuk dapat mengajar dengan efektif,” ujarnya.
Setelah sambutan, Toha Makhshun mengambil alih panggung untuk mempresentasikan hasil penelitiannya. Dengan percaya diri, ia menjelaskan latar belakang penelitiannya yang berfokus pada pentingnya literasi digital dalam pendidikan agama Islam. Toha mengungkapkan bahwa literasi digital tidak hanya berkaitan dengan kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga mencakup kemampuan untuk mengevaluasi, menganalisis, dan memanfaatkan informasi secara etis dan efektif.
Dalam presentasinya, Toha membagi penelitiannya menjadi beberapa bagian kunci. Pertama, ia menjelaskan tentang konsep literasi digital dan relevansinya dalam konteks pendidikan agama Islam. Menurutnya, guru pendidikan agama Islam tidak hanya bertugas untuk mengajarkan materi agama, tetapi juga harus mampu membimbing siswa dalam menghadapi tantangan informasi yang ada di dunia maya.
Selanjutnya, Toha menjelaskan metodologi yang digunakan dalam penelitiannya. Ia melakukan studi R&D dengan produk akhir berupa situational judgment digital literacy (Sijadilis). Ia juga melakukan analisis terhadap alat ukur yang sudah ada dan mengidentifikasi kekurangan yang ada.
Hasil dari penelitian ini adalah pengembangan alat ukur literasi digital yang dirancang khusus untuk calon guru pendidikan agama Islam. Toha memaparkan bahwa alat ukur ini tidak hanya mengukur kemampuan teknis dalam menggunakan teknologi, tetapi juga menguji pemahaman calon guru tentang etika digital, keamanan informasi, dan kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran agama.
Toha menunjukkan contoh item-item dalam alat ukur tersebut, yang mencakup berbagai aspek literasi digital. Ia menjelaskan bahwa alat ukur ini telah diuji coba dan mendapatkan umpan balik positif dari para ahli di bidang pendidikan dan teknologi. “Saya berharap alat ukur ini dapat menjadi referensi bagi institusi pendidikan dalam menilai kemampuan literasi digital calon guru,” ungkap Toha dengan penuh harapan.
Setelah presentasi, sesi diskusi dan tanya jawab dibuka. Para peserta sidang terlihat antusias untuk memberikan pertanyaan dan masukan. Penguji eksternal Prof. Rahayu, bertanya tentang bagaimana Toha melihat implementasi alat ukur ini di lapangan. Toha menjawab bahwa penting bagi institusi pendidikan untuk mengintegrasikan alat ukur ini dalam kurikulum pelatihan calon guru agar mereka dapat memahami dan mengembangkan keterampilan literasi digital sejak dini.
Penguji lain, Prof Titik, mengajukan pertanyaan mengenai tantangan yang dihadapi dalam penelitian ini. Toha menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah resistensi terhadap perubahan dari sebagian guru yang sudah terbiasa dengan metode konvensional. Namun, ia optimis bahwa dengan pelatihan dan sosialisasi yang tepat, para guru dapat beradaptasi dengan perkembangan teknologi.
Sidang disertasi ini ditutup dengan pernyataan dari ketua sidang dan co promotor yang mengapresiasi hasil penelitian Toha Makhshun. Pimpinan sidang menyatakan bahwa penelitian ini sangat relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini dan diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan pendidikan agama Islam di Indonesia. Dr. Syaifuddin sebagai co promotor mengatakan “Education is not preparation for life, but it is life itself” yang mengutip dari Dewey. Mengisyaratkan bahwa Toha tidak boleh berhenti untuk terus belajar.
Toha Makhshun pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua pihak yang telah mendukungnya dalam proses penelitian ini, termasuk para pembimbing, rekan-rekan sejawat, dan keluarga. Ia berharap bahwa alat ukur literasi digital yang telah dikembangkannya dapat digunakan secara luas dan memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
Dengan berakhirnya sidang disertasi ini, Toha Makhshun tidak hanya berhasil meraih gelar doktor, tetapi juga telah memberikan sumbangsih yang berarti bagi kemajuan pendidikan agama Islam di era digital. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan literasi digital dan pendidikan, serta mendorong calon guru untuk lebih siap menghadapi tantangan di dunia pendidikan yang terus berkembang.