Articles

Bulan Suci Ramadan merupakan bulan yang penuh keberkahan. Bulan yang mulia, agung dan suci karena di bulan ini begitu banyak kebaikan yang tidak hanya menjadi wacana akan tetapi juga nyata hadir di dalam kehidupan kita sehari-hari. Kehadiran bulan ini tentu saja menjadi berkah karena hampir semua umat muslim berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Di mana silaturahim terjalin juga hampir di setiap waktu, termasuk masjid menjadi pusat dalam aktivitas keagaaman selama sebulan penuh.

Akan tetapi Bulan Ramadan sebagai bulan yang suci, tidak lepas dari berbagai macam penyimpangan yang menjadi ujian bagi kita semua.  Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Di mana penyimpangan sosial ini dalam perspektif sosiologi dikenal dengan patologi sosial.

Secara bahasa patologi sosial berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata Phatos yang berarti penderitaan atau penyakit, dan Logos yang berarti ilmu. Sedangkan patologi sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dengan ilmu tentang Penyakit. Kemudian Sigmund Freud (1856-1939), mengatakan bahwa Patologi sosial adalah perilaku menyimpang yang ditandai adanya pola-pola kepribadian yang inadekuat disertai dengan pengalaman-pengalaman atau konflik-konflik ketidaksadaran antata komponen-komponen kepribadian ide, ego dan super ego. Dollard juga berpendapat bahwa Patologi sosial adalah penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh adanya agresif sebagai akibat rasa frustasi yang muncul karena ketidakpuasan dalam diri sendiri.

Di mana kita bisa memahami bahwa patologi sosial merupakan kegagalan sosialisasi norma-norma moralitas yang membuat masyarakat mudah sekali melakukan pelanggaran atau tindakan menyimpang dari kepatutan moral yang ada dalam agama maupun negara.

Bulan Ramadhan yang suci ini harus menjadi momentum kolektif untuk bergerak menyadari banyaknya masalah sosial yang muncul, terutama dalam ruang digital. Dengan kepedulian maka puasa kita di bulan Ramadhan ini akan menjadi sempurna dan mendapat berkah dari Allah SWT. Aamiin YRA.

Bulan ramadan yang penuh berkah ini jangan sampai kotor oleh penyakit moral sosial. Penyakit moral sosial bisa mengurangi nilai keberkahan bulan Ramadan, saat umat muslim melaksanakan ibadah puasa. Akibatnya, orang puasa yang dihinggapi penyakit moral sosial menjadi tidak berkualitas, hanya mendapat lapar dan dahaga. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam An-Nasai dan Ibnu Majah dalam Sunannya, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak—ia berkata: “Hadits ini shahih sesuai syarat keshahihan hadits menurut standar Imam Al-Bukhari”—. Hadits ini diriwayatkan juga dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad saw bersabda: رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلَّا السَّهَرُ

Artinya, “Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan hausnya saja. Berapa banyak orang yang bangun malam, tidak mendapat pahala kecuali hanya bangun malamnya saja.”

Bahkan kita sering mendengar seorang penceramah yang menyampaikan hadits Nabi SAW yang berbunyi:   كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوْع وَالْعَطْش

Artinya: “Berapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan sesuatu dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i).

Sebagaimana kita ketahui bahwa Bulan suci ramadhan selalu identik dengan berbagai macam aktivitas di dalamnya seperti buka puasa bersama dan ngabuburit. Kedua hal tersebut sudah sangat familiar di kalangan masyarakat luas terutama dikalangan para remaja yang sering mengadakan acara buka bersama yang di awali dengan ngabuburit. Tidak hanya kedua hal tersebut di atas yang sering terjadi pada bulan ramadhan, ada beberapa masalah sosial yang juga sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Berikut merupakan 6 masalah sosial yang sering terjadi selama bulan ramadhan.

Pertama, Ghibah atau  bergosip, berbohong, berkhalwat, Membicarakan keburukan orang lain, melakukan adu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan berbuat sumpah palsu merupakan hal yang dapat mengurangi pahala puasa sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Muhammad saw dalam hadits berikut:

خمسٌ يُفطِرن الصّائِم: الغِيبةُ، والنّمِيمةُ، والكذِبُ، والنّظرُ بِالشّهوةِ، واليمِينُ الكاذِبةُ

Artinya: Lima hal yang bisa membatalkan pahala orang berpuasa: membicarakan orang lain, mengadu domba, berbohong, melihat dengan syahwat, dan sumpah palsu (HR Ad-Dailami).

 

Kedua, Selalu ingin mendapat pujian orang lain (riya).  di mana perbuatan tersebut merupakan hal yang dapat mengurangi pahala puasa, seperti yang dikatakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:ومنْ صَامَ يُرائِي فقد أشرَكَ

 

Artinya: “Barang siapa yang berpuasa namun ia riya, maka dia telah berbuat syirik.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Thabrani)

Ketiga, mengumpat dan mencela. Di mana penyakit ini dapat berupa verbal lisan dan/atau nonverbal yang berwujud tindakan atau gerakan  tubuh (isyarat) negatif.

Keempat, harga kebutuhan bahan pokok naik. Di mana setiap datang bulan ramadhan atau menjelang hari raya idul fitri harga kebutuhan pokok selalu naik. Sehingga membuat masyarakat merasa sangat terbebani dengan harga yang melambung tinggi. Hal tersebut juga berdampak kepada masyarakat lain yang tidak bisa merayakan hari raya idul fitri.

Kelima, pengemis musiman. Setiap menjelang Ramadan atau menjelang idul fitri selalu muncul masalah sosial tahunan yakni munculnya pengemis musiman dengan jumlah hingga dua kali lipat dibandingkan dengan bulan lainnya. Hal ini tentunya akan menjadi perhatian khusus pihak departemen razia sosial untuk mengurai angka pengemis musiman yang ada.

Keenam, berburu tiket mudik. Setiap datang bulan Ramadan dan menjelang idul fitri salah satu barang yang paling di cari oleh masyarakat untuk mudik ke kampung halaman adalah Tiket mudik lebaran . Sehingga ada yang sudah membooking tiket dari jauh-jauh hari agar tidak kehabisan saat menjelang lebaran baik melalui website dan aplikasi online untuk memesan tiket mudik lebaran. Walaupun demikian tetap saja beberapa kalangan kesulitan untuk mendapatkan tiket. Sehingga di dalam mengatasi tersebut pihak pemerintah maupun swasta  memberikan jalan keluar dengan memberikan tiket mudik bareng gratis.

Di dalam menghadapi patologi sosial Ramadan di atas kita harus terus menguatkan solidaritas social dan mengembangkan dakwah inklusif, yang membawa misi kemanusiaan dan kesejahteraan dalam masyarakat. Tidak adanya rasa empati dan kegelisahan di dalam menyelesaikan problem patologi sosial tersebut. Rasanya akan sulit kita dapat bertahan ditengah semakin kompleksnya problem kemasyarakatan tersebut. Selamat menunaikan ibadah puasa 1445 H / 2024 M semoga ibadah puasa kita bisa mengantarkan kita ke pintu gerbang taqwa. (Muhammad Shodiq-Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya dan lebih popular dengan panggilan Wak Kaji Shodiq serta Pemilik Akun Youtube: Wak Kaji Shodiq TV, TikTok: @wakkajishodiq, Instagram: @wakkajishodiq dan SnackVideo: @wakkajishodiq)