
Acara reunian Fakultas Dakwah IAIN (sekarang UIN) Sunan Ampel Surabaya Angkatan 1991 di Jombang (20/4) membludak. Hampir separuh dari total alumni hadir. Mereka datang berombongan dari beberapa Kabupaten dan Kota di Jatim.
Kali ini penulis sungguh-sungguh mencermati bagaimana kondisi kesehatan teman-teman yang sebagian baru muncul setelah 30 tahun berpisah. Pertanyaan ringan tentang problem fisik mereka di usia kepala 5 pun penulis utarakan di sela-sela acara ramah tamah.
Ternyata tidak sedikit dari mereka mulai mengeluhkan gangguan kesehatan, seperti tingginya kadar asam urat, kolesterol, tensi darah, juga gula darahnya. Bahkan sudah ada 21 nama alumni berstatus Almarhum atau Almarhumah setelah sakit lama.
Padahal kalau melihat kondisi fisik Nabi di usia kepala 5, justru menjadi puncak kekuatan stamina. Nabi Bersama sahabat Abubakar mampu berjalan kaki, menempuh perjalanan (hijrah) dari Makkah ke Madinah naik-turun gunung bebatuan licin, panas, dan gersang sepanjang 434,4 kilometer. Belum lagi ketika beliau memasuki usia 63 tahun bersama ribuan sahabatnya menunaikan Haji Wada’, PP Madinah – Makkah.
Mobil Balap di Parkiran Pasar
Ketika menjalani medical general check up di RSUD Suwandi Surabaya sebelum menjalankan tugas ke luar negeri akhir 2017 lalu, penulis diingatkan oleh dokter spesialis jantung untuk kembali olahraga, karena organ tubuh penulis terlanjur “seperti” atlet. “Mesin”nya sudah terkondisikan layaknya mobil balap, tetapi lama terparkir di tengah pasar tradisional.
Ya, ketika mahasiswa S1 (1991-1995) penulis adalah atlet half marathon. Pagi atau sore rutin lari/ jogging mengelilingi jalanan Gang Lebar – Margorejo – Ahmad Yani – Ngawinan – Jemursari, sebelum kembali melewati Margorejo, dan finish di Pesantren Darul Arqom, tempat nyantri penulis dekat kampus.
Lomba lari Siduma RRI 10K (kilometer), TVRI 10K, Brawijaya 10K, TNI AL 10K, dan lain-lain di Surabaya selalu penulis ikuti. Capaian waktu terbaik lari 10K penulis adalah 40 menit. Sementara rekor terbaik untuk lari 10K oleh Robi Syianturi pada PON 2024 adalah 31 menit 1,45 detik.
Sayangnya, setelah menikah, punya anak, sibuk mengajar di kampus, dan seterusnya, penulis sudah jarang latihan, bahkan pensiun dini dari semua lomba lari 10K Surabaya. Maka hasil kajian elektrokardiogram (EKG) dan/atau ekokardiografi (USG jantung) oleh dokter spesialis jantung dinyatakan kondisi organ tubuh penulis terdeteksi seperti “mobil balap” di atas.
Use it or Lose it
Sepulang dari tugas luar negeri, penulis langsung tancap gas, mengikuti Gym di Celebrity Fitness Tunjungan Plasa. Entah mengapa, latihan berbayar mahal itu hanya penulis ikuti 3 – 4 bulan saja. Bahkan, alat olahraga Fitmaster 300 dari Kettler di rumah pun sering nganggur.
Untungnya, penulis tersadar kembali, bahwa usia boleh terus bertambah, fungsi organ tubuh bisa menurun alami, kematian pun mungkin saja makin dekat, dan seterusnya, tetapi sehat adalah pilihan. Maka penulis pun kembali Latihan.
Dahlan Iskan dalam banyak kesempatan berkata, bahwa musuh utama kesehatan orang dewasa adalah rapuhnya kaki (tumpuan tubuh). Tidak ada cara lain untuk mempertahankan masa otot kita di kaki dan lain-lain, kecuali dengan olahraga.
Use it or lose it (dipakai atau hilang). Kalau kita rajin menggerakkan otot tubuh, maka otot akan terus berfungsi. Sebaliknya, kalau kita malas olahraga, jangan berharap otot selalu lentur.
Kursus Lari
Setidaknya ada tiga jenis latihan (olahraga) yang harus rutin kita lakukan, yaitu kardio, beban, dan kelenturan tubuh. Latihan kardio paling murah dan ampuh adalah lari. Dengan lari, organ vital seperti jantung dan paru-paru bakal sehat, tubuh pun lebih bugar.
Sedangkan latihan beban adalah untuk menambah kekuatan fisik. Jenis olahraga yang paling efisien dan powerfull pada latihan ini adalah Calisthenics (mengangkat beban tubuh sendiri), seperti push up, sit up, pull up, dan lain-lain. Khusus untuk melatih kelenturan tubuh, menurut banyak ahli, Yoga adalah paling ideal.
Ketiganya harus kita latih. Setidaknya enam hari dalam sepekan. Off-nya sehari atau maksimal seminggu 3 hari saja, niscaya tubuh kita makin prima: terbebas penyakit kronis, lebih bugar, kuat, dan lentur, plus panjang umur. Ketiga jenis latihan di atas bisa kita lakukan di tempat kebugaran (Gym) atau di rumah via Workout 7 minutes yang banyak tayang di youtube.
Supaya lebih teratur dan terukur, latihan sebaiknya didampingi Coach, minimal di awal memulai latihan. Coach seperti pemandu jalan. Ia bisa mempersingkat waktu tempuh, dari seratus tahun menjadi dua hari. Sebagaimana dikatakan Jalaluddin Rumi: “Whoever enters the Way without a guide will take a hundred years to travel a two-day journey.” (William C. Chittick, 1983).
Maka dalam latihan lari pun, penulis tanpa ragu meng-hire Coach dan berlatih rutin di lapangan KONI Kertajaya Surabaya dua kali seminggu.
Selain menambah banyak kenalan baru di lapangan, penulis bisa lebih semangat, karena sang Coach meyakinkan penulis dengan schedule yang dibuatnya, bahwa awal 2026 nanti penulis tangguh mengikuti Maybank Marathon Bali 42K.
Semua berharap, kelak ketika perjumpaan dengan Sang Maha Kekasih di Surga, kondisi spiritual, sosial, finansial, termasuk fisik kita adalah yang terbaik, bukan dalam kondisi yang terlegrek. Hehe..