Hari sabtu (21/1/2023) seorang ultranasionalis, ekstremis sayap kanan dan politisi rasis, Rasmus Paludan membakar kitab suci Islam Alquran. Aksinya dilakukan di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm di tengah inersia pasukan keamanan Swedia. Paludan, seorang warga negara Swedia dan pemimpin partai politik Denmark Stram Kurs (Garis Keras), telah meminta izin pejabat Swedia untuk membakar Alquran. Kemudian pejabat Swedia mengizinkan Paludan yang pernah terjerat kasus rasisme di negara asalnya, Denmark. Pemerintah Swedia telah menyatakan bahwa tindakan memalukan dan tidak sopan ini merupakan kebebasan berekspresi.
Sebuah video juga beredar di media sosial pada Senin (23/1/2023) menunjukkan, Edwin Wagensveld, seorang politisi sayap kanan Belanda dan pemimpin kelompok Islamofobia Pegida, merobek sejumlah halaman al-Qur’an di Den Haag. Video tersebut kemudian memperlihatkan Wagensveld membakar sobekan halaman kitab suci itu di dalam panci.
Dilansir Agence France-Presse (AFP) sebuah kantor berita internasional yang berkantor pusat di Paris, Prancis. Pada 31 Juli lalu, ada dua pria membakar al-Qur’an dalam aksi protes di Stockholm, Swedia. Dua pria itu Salwan Momika dan Salwan Najem. Salah satu pria tersebut, adalah pengungsi Irak yang berbasis di Swedia, Salwan Momika, juga membakar kitab suci umat Islam tersebut di luar masjid utama di Stockholm. Pada akhir Juni dan awal bulan ini, dia menginjak al-Qur’an di luar kedutaan Irak.
Aksi pembakaran al-Qur’an lagi-lagi terulang kembali terjadi di wilayah Swedia. Kali ini, seorang wanita kelahiran Iran yang tinggal di Swedia membakar beberapa halamannya. Dalam aksi protes yang dilindungi oleh polisi setempat. Seperti dilansir Middle East Monitor, Senin (7/8/2023), wanita bernama Bayrami Marjan yang berusia 47 tahun tersebut membakar kitab suci agama Islam itu di pantai Angbybadet, yang ada wilayah Bromma, tepi Danau Malaren.
Dari ke empat kejadian pembakaran al-Qur’an di atas, yang cukup menarik adalah dua aksi pembakaran terakhir, justru dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari negara dengan mayoritas umat Islamnya. Meskipun akhirnya aksi pembakaran al-Qur’an yang dilakukan atas nama kebebasan berpendapat dan berekspresi ini kemudian menuai kecaman keras di seluruh dunia, termasuk Indonesia dan negara dengan populasi Muslim terbesar dunia. Pemerintah Indonesia mengecam keras aksi pembakaran al-Qur’an tersebut dan sejumlah kalangan, termasuk MUI dan warganet pun mengutuknya. Apakah anda juga termasuk di dalamnya?”…
Penistaan al-Qur’an, hujatan dan penghinaan sesungguhnya tidak terjadi pada abad ini saja. Tapi semenjak al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad, dan disampaikannya kepada orang-orang kafir Quraisy. Dari mulai caci maki yang merendahkan, bahwa al-Qur’an subtansinya hanyalah kitab kisah-kisah yang sudah usang/kuno. Sebagaimana firman Allah swt dalam surah an-Nahl ayat 24. Selain itu orang-orang kafir mengatakan, bahwa al-Qur’an hanyalah sebuah dusta/kebohongan dan sesuatu yang dibuat-buat, yang dibuat oleh Muhammad. Dalam mengumpulkannya dia dibantu oleh kaum Ahli Kitab yang lain yang masuk Islam setelah itu (Surah Al Furqan :4). Di ayat yang lain orang-orang musyrik Quraisy bahkan meminta Nabi Muhammad untuk mengganti al-Qur’an dengan kitab yang lain. Karena mereka merasa tersinggung dengan ayat-ayat yang telah disampaikan nabi Muhammad sebagaimana dijelaskan Syekh Ali As-Shabuni dalam kitab shofwah at-tafasir surah Yunus ayat 15.
Nabi Muhammad sang penyampai ayat-ayat al-Qur’an juga terkena getahnya, dengan menuduhnya sebagai tukang tenung/dukun dan orang gila. Orang-orang kafir juga berkata, Dia (Muhammad) adalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakaan, seperti musibah atau kematian menimpanya. (Surah at-tur ayat 29-30). Tuduhan-tuduhan yang disematkan kepada nabi Muhammad saw sebagai tukang tenung/dukun, orang gila, dan penyair. Selain itu orang-orang kafir juga mengatakan bahwa, orang ini (Muhammad), adalah benar-benar pesihir yang nyata, dan yang dibawanya (al-Qur’an) adalah sihir. Sehingga membuat orang-orang yang mendengarkannya bisa terhipnotis untuk mengikuti seruannya. (Yunus ayat:2).
Penistaan dan tuduhan-tuduhan hina yang diarahkan kepada al-Qur’an. Serta nabi Muhammad hanyalah upaya orang-orang kafir untuk menutupi kelemahan dan ketidak berdayaan mereka dihadapan al-Qur’an. Termasuk pengokohan al-Qur’an sebagai sesuatu yang mampu melemahkan berbagai tantangan untuk penciptaan karya sejenis. Dari mulai susunan kalimatnya yang indah, berbeda dengan susunan yang ada dalam bahasa orang – orang Arab, terdapat uslub unik yang berbeda dengan semua uslub bahasa, yang dapat berpengaruh kepada hati pengikut dan musuhnya, bentuk undang – undang yang detail lagi sempurna melebihi setiap undang – undang ciptaan manusia, tingkat akurasi yang tinggi dalam redaksinya dan tidak bertentangan dengan pengetahuan- pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya dan mengandung prinsip – prinsip ilmu pengetahuan.
Bagaimana seharusnya kita sebagai umat Islam menyikapi aksi-aksi penistaan tersebut ?. Pertanyaan lain Apakah dengan dinistanya al-Qur’an dan nabi Muhammad saw akan menurunkan derajat kemulian al-Qur’an dan nabi Muhammad ?.
Allah berfirman dalam surah al an’am ayat :108, dari penafsiran ayat tersebut bisa difahami bahwa Allah melarang keras untuk menghina, mencaci maki atau menghujat sesembahan selain sembahan Allah. Karena niscaya mereka akan melakukan penghinaan, caci makian yang lebih bahkan melampaui batas. Selain itu sesungguhnya penistaan, penghinaan atau caci makian dan hujatan terhadap sesembahan orang lain. Suatu tindakan yang menunjukkan, bahwa itu suatu kelemahan dihadapan sesembahan yang dihina dan di caci makinya. Begitu juga ketika seorang seperti Rasmus Paludan, Edwin Wagensveld, Salwan Momika, Salwan Najem, dan Bayrami Marjan membakar al qur’an. Sebenarnya mereka lemah dihadapan al-Qur’an, tidak memiliki kemampuan untuk mendebat ayat-ayat dan kandungan kebenaran orisinalitas autentisitas al-Qur’an, mereka hanya bisa membakarnya. Ditegaskan oleh Allah dalam surah al-hajj ayat 8: dan diantara manusia ada yang berbantahan tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab (wahyu) yang memberi penerangan.
Para penista al-Qur’an ini tidak menyadari bahwa ayat-ayat al-Qur’an semakin hari semakin menunjukkan kebenaran dan autentisitasnya. Seorang dosen matematika (misionaris) dari Toronto University, dengan sombongnya mengatakan bahwa al-Qur’an hanyalah kitab yang memuat kisah-kisah usang/kuno yang tidak relevan dan otentik dengan zaman kekinian. Dia diberi tugas untuk mencari kelemahan-kelemahan yang ada dalam al-Qur’an, dengan cara membaca, menelaah ayat per ayat. Sampailah pada surat al-Anbiya’ ayat 30. Dosen matematika ini tersentak heran, ayat 30 surah al anbiya’ ini ternyata ada kesesuaian dengan teori big bang tahun 1927, yaitu teori awal terciptanya alam semesta.
Menurutnya teori ini telah memberikan penjelasan paling komprehensif dan akurat yang didukung oleh metode ilmiah beserta pengamatan. Begitu juga diperkuat dengan kesimpulan Prof. Dr Alfred Kroner Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences Johannes Gutenberg University, Mainz. Mengatakan bahwa ayat 30 surah al-anbiya tidaklah mungkin perkataan Muhammad, melihat begitu sulit dan rumit penelitian dengan menggunakan rumus-rumus yang tidaklah mudah, selanjutnya Dr. Alfred yakin bahwa ini adalah perkataan dari yang levelnya diatas Muhammad. Kemudian akhirnya membuat sang dosen dan pakar geologi memutuskan untuk masuk Islam. Masih banyak lagi bukti-bukti ilmiah lainnya yang membuktikan orisinalitas, otentisitas al-Qur’an, dan yang menunjukkan kedigdayaan Al Qur’an.
Untuk umat Islam, sejatinya tidak perlu terpancing emosi dari aksi pembakaraan al-Qur’an tersebut. Apalagi melakukan tindakan-tindakan anarkis, yang justru akan merugikan umat Islam itu sendiri. Apapun yang dilakukan oleh mereka para pembenci Islam. Mereka melakukan aksi pembakaran al-Qur’an sama sekali tidak akan menurunkan kemuliaan dan kedigdayaan al-Qur’an. Karena Allah telah menegaskan dalam surah al waqi’ah ayat 77-78: dan sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia, dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuz).
Prof Quraish Shihab dalam Kitab tafsir Al Misbah, menafsirkan, bahwa kemuliaan Alquran tercantum dalam kata karim yang ada pada akhir ayat ke-77 surah al-waqi’ah. Karim digunakan untuk menggambarkan terpenuhinya segala yang terpuji sesuai objek yang disifatinya. Sebagai kitab suci, Al-qur’an memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki kitab-kitab agama samawi lainnya. Tuntunan yang jelas dan menyeluruh terkandung dalam al-Qur’an sekaligus bukti-bukti kebenarannya. Pembuktian ini abadi hingga akhir zaman. Selanjutnya Prof. Quraish mengatakan bahwa al-Qur’an sudah terbukti menjadi sumber inspirasi dan ilmu. Orang awam memahaminya sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan, para ilmuwan menggali misteri yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an sehingga dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Kitab suci yang terdiri dari 30 juz dan 114 surah ini pun memberi sesuatu yang baru bagi generasi demi generasi.
Umat Islam harus terus mengkampanyekan gerakan cinta al-Qur’an, dengan cara terus-menerus membaca dan mengajarkannya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya, dimulai dari diri sendiri, keluarga serta melibatkan masyarakat muslim sekitarnya. Setelah itu mengkajinya secara komprehensip, untuk memahami kandungan ayat-ayatnya, baik tekstual ataupun kontekstual, untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Membuktikan bahwa al-Qur’an kitab yang universal / rahmatan lil’alamiin, yang mencakup aspek ekonomi, politik, social, hukum (keadilan), ilmu pengetahuan dan akhlak. Demikianlah Al-Qur’an, yang telah teruji kedigdayaannya. Tak seoarangpun sanggup bahkan seorang pakar penyair arab terbaik pun pasti akan menjadi lemah dihadapannya. Tak ada kemampuan untuk menirunya walau hanya satu ayat saja, dan senantiasa terjaga orisinalitas serta otentisitasnya. Wallahu’alam Bis Shawab.