Column

*Siti Musfiqoh

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati mereka menjadi tenang dan tenteram.

(QS Ar-Ra’d [13]:28).

 … dan mendoakanlah atas kebaikan, sebab ketika itu  malaikat akan mengaminkan apa yang kalian ucapkan … “ampuni kesalahan kami, dan tinggikan derajat kami bersama orang-orang yang terpimpin dengan petunjukMu” ….

 (al-Hadits: diceritakan oleh Sahabat Zuhair ibnu Harb).

Mengelola merupakan istilah yang sudah tidak asing dibicarakan. Dalam berbagai kegiatan, mengelola menjadi kata kunci utama atas tanggung jawab keberlangsungan perjalanan sebuah aktifitas, baik yang bersifat individu maupun kelompok atau organisasi secara luas.  Pengelolaan ini adalah proses panjang dalam mengatur kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi target yang akan dicapai dalam sebuah kerjasama dengan optimalisasi sumber daya yang ada. Meminjam konsep dalam ilmu manajemen, pengelolaan ini termasuk dalam perencanaan, pengaturan, pelaksanaan/pengorganisasian, pengarahan/penggerakan, pengawasan dan evaluasi. Tahapan-tahapan ini merupakan seni untuk mencapai tujuan.

Minda sebagai Strategi

Dalam kajian antropologi ekonomi Islam, minda dapat merujuk kepada cara pemikiran, nilai, dan norma yang membentuk tingkah laku ekonomi masyarakat. Minda juga mencerminkan gabungan nilai-nilai spiritual, sosial, dan budaya yang memandu tingkah laku ekonomi. Memahami minda ini akan membantu dalam mengkaji bagaimana manusia berinteraksi dalam kegiatan ekonomi dan membentuk system yang mencerminkan prinsip serta nilai-nilai Islam.

Misalnya, ketika ada sebuah berita duka disampaikan secara mendadak namun menyisakan cerita panjang atas proses kejadian di luar kuasa prediksi, pasti orang akan bertanya tentang apa, kenapa, mengapa, bagaimana dan berbagai pertanyaan juga pernyataan lain akan muncul yang bisa jadi bernilai positif dan ada juga yang negatif. Pertanyaan dan ataupun pernyataan positif atau negatif muncul dari cara pemikiran, persepsi, dan pemrosesan berita yang beredar baik dari individu maupun komunitas itu sendiri. Elemen utama yang mempengaruhi sebuah pernyataan atau pertanyaan positif dan negatif sangatlah bergantung dari kesadaran, pemikiran kritikal, kreatifitas, emosi, memori, dan kognisi sosial yang dimiliki oleh masing-masing individu. 

Berikut contoh peta minda berbasis pada kajian Antropologi Ekonomi Islam.

Dengan berfikir jernih berdasar pada nilai positif atas kondisi yang dihadapi akan membangun serta menentukan pemahaman yang fokus, tanggung jawab dan berkelanjutan tentang bagaimana nilai, kepercayaan, dan praktik budaya memberikan wawasan yang lebih holistik dan  mempengaruhi aktifitas ekonomi dalam masyarakat. Instrumensasi dan transaksional hasil simpulan dalam kaitan fakta, gejala, fenomena, ataupun tragedi positif akan sangat bergantung dari bagaimana minda berbicara. Upaya merangkai kata yang bersinergi lurus dengan implementasi perbuatan kegiatan ekonomi akan mencipta sebuah minda, positif atau negatif. Minda positif akan mampu menstimulasi kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat akan tenang dan sejahtera bersama ekonomi Islam dalam terapan.

Sejahtera Menemukan Jati Diri

Sejahtera dapat dipahami sebagai keseimbangan keadaan, baik dalam kehidupan dunia maupun setelah kematian. Dalam banyak tradisi, dan juga kepercayaan kematian justru dilihat sebagai bagian dari siklus kehidupan. Dalam Islam, kematian juga dipandang sebagai awal pintu menuju kehidupan sejati. Sejahtera di akhirat sangat bergantung pada bagaimana seseorang menjalani kehidupan di dunia sesuai dengan nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Menemukan makna kematian dengan sebuah status sejahtera merupakan bagian dari identitas diri. Memahami kematian sebagai proses alami dan yang telah berdamai dengan kematian, cenderung akan mampu merasakan kesejahteraan secara dhahir dan bathin. Kematian sering menjadi refleksi tentang makna hidup itu sendiri. Sejahtera ditemukan ketika seseorang mampu menerima kematian sebagai bagian dari eksistensinya, serta tidak diliputi rasa takut, melainkan rasa penerimaan.  Sehingga sejahtera ini dikaitkan dengan pemenuhan tanggung jawab sosial-ekonomi selama kehidupan. Kehidupan yang diwarnai dengan amal yang baik, distribusi kekayaan yang adil, dan komitmen pada nilai-nilai etis Islam  akan berlanjut pada tahapan kehidupan akhirat.

Kesejahteraan ini dapat dimulai dari penciptaan rasa bahagia dalam setiap aktifitas yang dilakukan, terutama dalam kaitan kegiatan ekonomi yang terdiri dari produksi, konsumsi dan distribusi. Bahagia merupakan dambaan dan impian semua orang. Sebagaimana kesejahteraan didapatkan, kebahagiaan dapat diraih dari pengenalan atas jati diri. Dalam kajian antropologi ekonomi Islam mengenal jati diri melibatkan beberapa langkah dan pendekatan yang dapat membantu individu memahami nilai, kepercayaan, dan identitas masing-masing berdasar pada maqashid al-syariah yang berisi tentang berbagai perlindungan. Dengan melibatkan pemenuhan maqashid al-syariah ini akan muncul kesejahteraan yang memperlihatkan keseimbangan dalam menjaga dan memperoleh kehidupan dunia dan akhirat dengan baik. Langkah dan pendekatan pemenuhan kesejahteraan berbasis pada maqashid al-syariah dapat dilakukan dengan cara 1) literasi berkelanjutan atas konsep ekonomi Islam tentang kehidupan, 2) membangun kreatifitas dan inovasi dengan berjejaring sosial, 3) dialog dengan masyarakat terkait problematika ekonomi, 4) melakukan kajian lapangan bersama partisipasi dalam aktifitas ekonomi, 5) menghargai tradisi dan budaya lokal sebagai evaluasi. Individu dapat mengenal jati diri mereka dengan lebih mendalam dan menghubungkan diri dengan nilai-nilai serta kepercayaan yang mendasari tindakan ekonomi mereka.

Penemuan jati diri akan menjadi pengalaman yang mendalam dan membahagiakan serta mensejahterahkan proses kesadaran diri, keterhubungan dengan komunitas, pemahaman atas warisan budaya, penerapan prinsip etika, keseimbangan diri, perubahan kebaikan ataupun sebaliknya, dijadikan sebagai pembelajaran berkelanjutan atas proses perjalanan kehidupan dari perspektif yang berbeda. Perbedaan pandang diarahkan pada sisi positif sebagaimana contoh kematian sebab ‘kecelakaan’. Pola berfikir seimbang antara tuntutan jasmani dan rohani atau sering disebut dengan pemenuhan kebutuhan spiritual dalam berekonomi akan membawa pada ketenangan jiwa, kebahagiaan dan kesejahteraan yang lebih besar. Hal ini didasarkan pada adanya rukun iman yang ke 6 percaya pada qadla dan qadar baik dan buruk, apalagi ditambah dengan sebuah kepatuhan atas perintah agama untuk selalu meminta dan berdoa yang tentu akan dikabulkan pada saat yang sesuai dan tepat menurutNya. Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridla dan diridlaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu. QS; 89, 27-30.

دخَلَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ علَى أَبِي سَلَمَةَ وَقَدْ شَقَّ بَصَرُهُ، فأغْمَضَهُ، ثُمَّ قالَ: إنَّ الرُّوحَ إذَا قُبِضَ تَبِعَهُ البَصَرُ، فَضَجَّ نَاسٌ مِن أَهْلِهِ، فَقالَ: لا تَدْعُوا علَى أَنْفُسِكُمْ إلَّا بخَيْرٍ؛ فإنَّ المَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ علَى ما تَقُولونَ، ثُمَّ قالَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأَبِي سَلَمَةَ، وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ في المَهْدِيِّينَ، وَاخْلُفْهُ في عَقِبِهِ في الغَابِرِينَ، وَاغْفِرْ لَنَا وَلَهُ يا رَبَّ العَالَمِينَ، وَافْسَحْ له في قَبْرِهِ، وَنَوِّرْ له فِيهِ. [وفي رواية]: نَحْوَهُ، غيرَ أنَّهُ قالَ: وَاخْلُفْهُ في تَرِكَتِهِ، وَقالَ: اللَّهُمَّ أَوْسِعْ له في قَبْرِهِ، وَلَمْ يَقُلْ: افْسَحْ له.

الراوي : أم سلمة أم المؤمنين | المحدث : مسلم | المصدر : صحيح مسلم

الصفحة أو الرقم: 920 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح]

Rangkaian jari tangan tanda membawa berkah…
Mulai dari niat yang baik & lakukan dengan baik

Asa… Karsa… Karya…
Menjadi tumpuan Tuk tingkatkan ibadah…
Yakin pada Yang Kuasa Hilangkan prasangka
Jalani yang telah ada…
Nikmati yang tersedia
Tuk sebuah Cita-cita Kembali kepadaNya….
berUsaha dan terus berUsaha menjadi kata kunci utama
raih bersama rahmah dan ridlaNya

  طوبى لمن مات وماتت معه ذنوبه  ……  

Semoga bermanfaat,