@adminuinsa
Wednesday, 2 March 2022
UINSA Newsroom, Rabu (02/03/2022); Selasa 1 Maret 2022, rombangan ke-3 relawan UINSA Peduli Semeru kembali diberangkatkan ke Lumajang. Dilepas Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, Dr. Muhid, M.Ag., relawan bertolak ke Desa Oro-Oro Ombo Pronojiwo untuk berkoordinasi dengan Posko Relawan setempat. Pemberangkatan ini merupakan hasil dari koordinasi dan asesmen sebelumnya mengenai apa yang paling dibutuhkan penyintas erupsi Semeru pasca fase tanggap darurat.
Rombongan relawan yang terdiri dari 9 mahasiswa, 3 pendamping tenaga kependidikan, dan 1 pembina dari dosen ini fokus pada fasilitasi pemulihan sosial ekonomi komunitas. Bantuan alat serta material pendukung pertanian sebagian telah disiapkan dari kampus. Sebagian kebutuhan produktif penyintas lainnya baru akan disiapkan dari sumber daya setempat. Menurut Helmi Umam, dosen pembina relawan, sesuai tema service-learning on community recovery, setiap kegiatan kerelawanan UINSA selalu berarti pengabdian namun juga berarti kegiatan belajar. “Bahwa pada setiap aksi kemanusiaan yang dilakukan UINSA, selain ada bantuan ke luar, juga ada proses belajar demi pengembangan kapasitas ke dalam,” ujar Helmi.
Pemahaman timbal-balik seperti ini merupakan inti UCE, model khas pengabdian UINSA. Konsep UCE atau University Community Engagement, lanjut Helmi, adalah status kesepahaman bahwa perguruan tinggi bukan hanya dituntut mentransformasikan pengetahuan kepada masyarakat, tetapi juga punya hak mendapat pengetahuan dari masyarakat. Pada UCE, perguruan tinggi dan masyarakat adalah partner belajar yang seimbang. Termasuk pada penerjunan rombongan ketiga ini, menjadi relawan berarti mengabdi kepada masyarakat sekaligus belajar dari masyarakat.
Pemulihan komunitas dipilih karena pasca fase tanggap darurat, komunitas sudah waktunya kembali memulai menata kemandirian mereka. Karena mayoritas penyintas berprofesi petani, maka fasilitasi pertanian dan faktor sosial pendukungnyalah yang dipilih. Oleh karena kompetensi UINSA pada bidang ilmu pertanian dianggap belum memadai, maka kompetensi sosiologis pertanian dapat menjadi opsi cukup bagus sebagai sasaran belajar. “Hal ini justru menguatkan, bahwa pengembangan keilmuan UINSA dibangun atas dasar pengalaman humanis bersama masyarakat melalui kontak-kontak kemanusiaan seperti ini,” tukas Helmi. []