Pengalaman magang di Balai Bahasa Jawa Timur merupakan perjalanan berharga yang membuka wawasan Ahmad Fatih F.R, atau yang lebih akrab dipanggil Fatih, tentang dunia penerjemahan secara lebih mendalam. Sebagai mahasiswa yang menekuni bidang sastra dan bahasa, ia memperoleh pengalaman langsung dalam mengolah bahasa secara profesional. Penerjemahan, menurut Fatih, bukan hanya sekadar mengalihkan kata dari satu bahasa ke bahasa lain, melainkan juga tentang memahami makna, konteks, dan budaya yang melingkupi teks tersebut. Setiap kata dan kalimat memiliki nuansa tersendiri yang harus dipertimbangkan dengan cermat agar makna yang dihasilkan tetap sesuai dengan pesan aslinya.
Di Balai Bahasa Jawa Timur, Fatih lebih banyak berfokus pada penerjemahan teks dari bahasa Indonesia ke bahasa lain, atau sebaliknya. Teks yang diterjemahkan pun beragam, mulai dari artikel ilmiah, dokumen kebahasaan, hingga teks sastra yang menuntut kepekaan terhadap gaya bahasa dan estetika. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah menemukan padanan kata yang tepat tanpa menghilangkan esensi dari teks aslinya. Banyak istilah khas dalam bahasa Indonesia sulit untuk diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa lain, sehingga diperlukan pemahaman mendalam tentang konteks budaya yang melatarbelakangi teks tersebut. Selain itu, perbedaan aspek gramatikal antara bahasa membuat Fatih harus menyesuaikan struktur kalimat agar hasil terjemahannya tetap terbaca alami bagi pembaca dalam bahasa target.

Selama proses magang, Fatih juga mempelajari peran penting penerjemah dalam menjembatani komunikasi lintas bahasa. Ia menyadari bahwa penerjemah tidak hanya sekadar pengalih bahasa, tetapi juga fasilitator dalam penyebaran informasi dan pemahaman antarbudaya. Setiap teks yang diterjemahkan memiliki tujuan dan audiens yang berbeda, sehingga pendekatan yang digunakan pun harus disesuaikan.
Misalnya, dalam teks ilmiah, kejelasan dan ketepatan istilah menjadi prioritas utama, sedangkan dalam teks sastra, pemeliharaan gaya bahasa dan nuansa emosional dari teks asli lebih diutamakan. Hal-hal inilah yang membuat pekerjaan penerjemahan menjadi tantangan yang menarik sekaligus mengasah keterampilan berpikir kritis dan kreatif Fatih.
Selain keterampilan teknis dalam menerjemahkan, magang di Balai Bahasa Jawa Timur juga mengajarkan Fatih tentang pentingnya kerja sama dalam tim. Penerjemahan bukanlah pekerjaan yang dilakukan secara individual, melainkan melibatkan proses revisi dan diskusi dengan rekan kerja maupun pembimbing. Setiap teks yang diterjemahkan biasanya melalui beberapa tahap penyuntingan untuk memastikan bahwa hasil akhirnya benar-benar akurat dan berkualitas. Fatih banyak berdiskusi dengan para ahli bahasa di Balai Bahasa yang dengan sabar membimbingnya dalam memahami berbagai strategi penerjemahan serta memberikan masukan yang sangat berharga. Menurut Fatih, “Diskusi intensif dengan para ahli benar-benar membuka mata saya tentang pentingnya etika dan keakuratan dalam setiap terjemahan. Ini membantu saya memahami bagaimana setiap detail harus diperhatikan untuk menjaga keutuhan pesan teks.“

Secara keseluruhan, pengalaman magang Fatih di Balai Bahasa Jawa Timur telah memberinya wawasan dan keterampilan yang sangat berharga. Ia semakin memahami bahwa penerjemahan adalah seni yang membutuhkan ketelitian, pemahaman mendalam, serta sensitivitas terhadap bahasa dan budaya.
Pengalaman ini juga semakin menguatkan minatnya dalam bidang bahasa dan sastra, serta membuka peluang untuk mengembangkan karier di dunia kebahasaan di masa depan. Fatih meyakini bahwa penerjemahan memiliki peran besar dalam membangun komunikasi yang lebih luas dan inklusif, serta membantu memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia ke dunia internasional. Ia menyatakan, “Saya merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan belajar langsung di Balai Bahasa Jawa Timur. Pengalaman ini tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis saya, tetapi juga mempersiapkan saya untuk tantangan di dunia kerja.“