Surabaya — Hari ini, Rabu 2 Oktober 2024, mahasiswa semester 5 Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya terjun ke lapangan di kawasan konservasi Hutan Mangrove Wonorejo, Surabaya. Sebagai bagian dari Mata Kuliah Politik Lingkungan, kegiatan ini bertujuan memberikan pemahaman langsung kepada mahasiswa tentang pentingnya konservasi lingkungan pesisir. Dipandu oleh dosen pengampu Mohammad Wahyu Diansyah dan Ajeng Widya Prakasita, M.A., para mahasiswa melakukan observasi lapangan serta wawancara dengan masyarakat setempat untuk menggali informasi mengenai pengelolaan hutan mangrove.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing mengamati aspek-aspek penting terkait pengelolaan kawasan mangrove, seperti kondisi sosial-ekologis, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat, keamanan lingkungan, pengelolaan sampah, hingga peran mangrove dalam mendukung kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Mereka juga mewawancarai warga dan pengelola untuk mendapatkan perspektif langsung mengenai upaya pelestarian hutan mangrove, termasuk inisiatif reboisasi dan dukungan pemerintah.
Hutan Mangrove Wonorejo: Ekosistem Vital di Pesisir Surabaya
Hutan Mangrove Wonorejo terletak di pesisir timur Surabaya dan merupakan salah satu kawasan konservasi yang penting bagi Kota Surabaya. Ekosistem pesisir timur Kota Surabaya ini berfungsi sebagai perlindungan alami dari abrasi pantai dan perubahan iklim. Selain itu, kawasan konservasi yang dikelola oleh masyarakat setempat ini juga membantu menjaga kualitas air dan menyediakan habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna, termasuk ikan, kepiting, dan udang yang menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat di sekitarnya.
Tidak hanya memiliki nilai ekologis untuk Kota Surabaya, Hutan Mangrove Wonorejo juga memberikan manfaat ekonomi bagi warga sekitar. Banyak penduduk yang memanfaatkan mangrove untuk mendukung kehidupan mereka. Melalui pemanfaatan hasil alam berupa ikan dan kepiting, ekowisata, dan produk lokal olahan buah mangrove seperti sirup, aktivitas ekonomi masyarakat sekitar sangat bergantung pada keberlanjutan ekosistem ini.
Namun, tantangan dalam menjaga kelestarian hutan mangrove masih ada, terutama dalam hal pengelolaan sampah dan tekanan dari aktivitas pariwisata yang belum sepenuhnya terkontrol. Mahasiswa juga menemukan bahwa meskipun wisata mangrove telah dipromosikan, beberapa aspek infrastruktur pariwisata masih perlu ditingkatkan agar tidak mengganggu keseimbangan ekosistem.
Mahasiswa sebagai Agen Perubahan
Melalui kegiatan lapangan ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya mampu mengaplikasikan teori yang telah dipelajari di kelas, tetapi juga dapat menyadari peran mereka sebagai agen perubahan dalam upaya pelestarian lingkungan. Dengan mengamati langsung dinamika konservasi di lapangan, mereka belajar mengenai kompleksitas hubungan antara pemerintah, masyarakat, dan lingkungan, serta bagaimana kebijakan lingkungan diimplementasikan di tingkat lokal.
Kegiatan kuliah lapangan ini menjadi salah satu bagian penting dari proses pembelajaran di FISIP UINSA, yang terus berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang peduli terhadap isu-isu lingkungan dan siap berkontribusi dalam upaya pelestarian alam di Indonesia. Hutan Mangrove Wonorejo menjadi contoh nyata bagaimana upaya pelestarian lingkungan dapat membawa dampak positif, baik dari segi ekologi maupun ekonomi, jika dikelola dengan baik dan berkelanjutan. (WD)