Berita

Kamis, 30 Mei 2024 – Hari keempat International Student Mobility Program di Malaysia diisi dengan kegiatan sit-in class di Universiti Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM). Peserta program sit-in class ini terdiri dari 20 mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (FISIP UINSA). Melalui pengalaman berharga ini, mereka merasakan langsung bagaimana menjadi mahasiswa di UPNM dengan mengikuti perkuliahan yang ada. Mahasiswa FISIP UINSA terbagi menjadi dua kelompok untuk mengikuti dua mata kuliah berbeda, yaitu “International Security and Globalization” dan “Nationhood in World Politics.”

Marcerino Restu Putra Lianto, salah seorang mahasiswa dari program studi Sosiologi FISIP UINSA yang mengikuti kelas “International Security and Globalization”, menyampaikan pandangannya tentang kelas yang diajarkan oleh Prof. Hajjah Ruhanas binti Harun tersebut.

“Saya ditanya mengenai definisi globalisasi dan apa bentuk dari globalisasi. Saya menjelaskan perspektif sosiologi, termasuk teori Habitus oleh Pierre Bourdieu dan teori budaya oleh Anthony Giddens,” ujar Marcerino. Ia mengungkapkan bahwa Prof. Ruhanas sangat tegas dan keras dalam mengoreksi kesalahan mahasiswa, sesuatu yang jarang ditemuinya di FISIP UINSA. Namun, di luar kelas, Prof. Ruhanas sangat ramah dan terbuka, sehingga memberikan kesan positif pada mahasiswa FISIP UINSA.

Marcerino juga mencatat bahwa pendidikan di Malaysia lebih terbatas dibandingkan di Indonesia, terutama dalam mempelajari ideologi seperti marxisme dan komunisme, yang diawasi ketat oleh pemerintah.

Sementara itu, Wahyu Agung Nuril Fahmi, mahasiswa Ilmu Politik FISIP UINSA yang mengikuti kelas “Nationhood in World Politics”, juga berbagi pengalamannya. Kelas yang diikutinya ini diajarkan oleh Datuk Profesor Emeritus Wan Hashim, yang juga penulis buku dengan judul yang sama.

“Profesor Wan Hashim mengajarkan bagaimana membangun nasionalisme melalui pengenalan budaya dan pahlawan nasional. Salah satu metode yang digunakan adalah melalui pentas seni dan lagu,” kata Wahyu. Selama kelas, mahasiswa FISIP UINSA diajak untuk menyanyi lagu “Anak Waton”, yang diciptakan oleh Profesor Wan Hashim untuk mengenalkan budaya Melayu. Wahyu juga menyoroti metode pengajaran yang interaktif dan komunikatif di kelas Prof. Wan Hashim.

Para mahasiswa UPNM menerima kedatangan mahasiswa FISIP UINSA dengan hangat, menciptakan hubungan yang baik dan aktif di kelas. Wahyu merasa sangat dihargai dan terkesan dengan kehangatan yang ditunjukkan oleh para mahasiswa dan dosen UPNM.

Pengalaman untuk mencicipi kelas di UPNM ini memberikan wawasan berharga bagi mahasiswa FISIP UINSA, baik dari segi akademis maupun sosial. Mereka berharap dapat mengimplementasikan hal-hal positif yang dipelajari selama program ini saat kembali ke UINSA. Di samping itu, hubungan baik yang terjalin dengan mahasiswa dan dosen UPNM juga membuka peluang untuk kolaborasi lebih lanjut di masa depan.

Dengan berbagai pengalaman dan pembelajaran yang didapatkan, program International Student Mobility ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan wawasan mahasiswa FISIP UINSA, sekaligus memperkuat kerja sama internasional antara UINSA dan UPNM. (WD)