Setelah membedah bedah buku “Sosiologi Haji” karya Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA, Phil. Ph.D di kampus, saya menuju RSUA (10/12/24). Sejak awal, dokter yang amat cekatan dan santun, dr. Tri Asih Imro’ati SpPD, K-GEH, FINASIM mengingatkan untuk menjalani endoskopi tiga bulan sekali. Rabo (11/12/24) ini, endoskopi ketujuh berjalan sukses.
Pada enam kali endoskopi sebelumnya, menjelang bius total, saya tegang, cemas, sedih, takut, campur aduk, seperti antre di depan Izrail. Untuk endoskopi kali ini, saya lebih rileks. Bisa jadi karena sudah kebal, atau karena pengaruh nasihat Ibnu Athaillah,
رُبَمَا اسْتَحْيَا الْعَارِفُ اَنْ يَرْفَعَ حَاجَتَهُ اِلَى مَوْلَاهُ، لِاكْتِفَائِهِ بِمَشِيْئَتِهِ
“Orang yang ‘arif malu meminta sesuatu kepada Tuhannya, sebab merasa puas dengan kehendak-Nya”. Atau karena wasiat Syekh Abdul Qadir Al Jailany,
وَمَااَحَبَّ الْبَلَاءَ وَالتَّلَذُّذَ بِهِ اِلَّا مَنْ عَرَفَ الْمُبْلِي
“Orang yang tidak menyukai cobaan dan tidak bersuka-ria dengannya, dipastikan ia TIDAK KENAL Tuhannya.” Nasihat ini muncul, karena Kamis besok (12/12), saya menguji disertasi tertutup tentang tafsir Abdul Qadir Al Jailany.
Sebulan silam, setelah membaca QS. Al Kahfi bersama istri, saya tiba2 terdorong merenungi ayat ke 18. Hati saya bergetar kegirangan menghayati kandungannya, “Engkau mengira mereka (yaitu tujuh orang dalam gua) itu terjaga, padahal mereka tidur (selama 309 tahun).” Lalu, saya mendiskusikannya dengan guru saya, ahli sastra Al Qur’an, Prof. Dr. Husein Aziz, M.A. “Bahasa ayat ini lembut dan indah untuk mayakinkan manusia, bahwa Allah bisa melakukan segalanya untuk menyelamatkan manusia dengan cara-Nya sendiri, di luar nalar manusia,” katanya dengan pendangan yang tajam meyakinkan. “Luar biasa kan?!,”tambahnya sambil membuka tafsir digital.
Sejak itu, saya sering membacanya sambil visualisasi, “Allah bisa menidurkan tujuh pemuda selama 309 tahun. Apa susahnya bagi Allah menidurkan selama 309 tahun virus perusak jaringan hati saya. Saya yakin, pasti, pasti, pasti lebih mudah bagi-Mu, oh Allah” Inilah yang disebut “magic words,” dalam buku tentang haji yang saya bedah kemarin hari. Ia adalah kata yang dipompakan dalam hati dan secara ajaib melipatgandakan kekuatan dan optimisme seseorang.
Inilah ayat yang melengkapi ayat penguat yang ditanamkan Allah dalam hati sebelum endoskopi sebelumnya (4/9/24), sebagaimana saya sebut dalam artikel “Dua Jantung yang Tersambung” saat itu. Ayat itu dalam Surat Yasin [36]: 81, “Apakah Allah yang menciptakan langit dan bumi tidak bisa menciptakan manusia yang serupa mereka (jasad yang hancur)? Pasti bisa (Balaa, Wahuwal khallaqul ‘aliim) “Saya yakin, pasti, pasti lebih mudah bagi-Mu ya Allah untuk mengganti hati saya yang jaringannya rusak (sirosis),” kata saya dalam hati.
Nah, berikut ini tausiyah untuk siapa yang minat, “Jangan menyikapi masalah dengan logika semata. Kau bisa susah dan menguras airmata. Sertakan iman, kau akan tegar, bahkan menginspirasi orang.” Ben Carson, ahli bedah saraf yang lahir tahun 1951, politikus Amerika, dan penulis beberapa buku mengatakan, “Faith is a sounder guide than reason. Reason can go only so far, but faith has no limits” (Keimanan adalah pegangan yang lebih kuat daripada akal. Akal hanya bekerja sejauh itu, sedangkan iman menjangkau tanpa batas.”
Maaf saya akhiri, sebab dokter menyarankan segera mengonsumsi ice-cream herbal Eropa yang super lezat untuk mendinginkan perut yang baru saja “diacak-acak”
Terima kasih, jazakillah, bu dokter: “You made me smile, so The Lord will do the same for you. (RSUA Surabaya, 11-12-2024)