Berita

Tak terasa sudah hampir dua minggu sejak pelaksanaan kick-off MBKM UIN Sunan Ampel Surabaya. Para mahasiswa yang ikut program itu telah tersebar di pelbagai instansi lokal maupun lintas daerah dalam skema yang cukup beragam. Salah satunya seperti magang di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Tuban, yang diikuti oleh sejumlah mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UINSA. Antara lain Ahmad Syifak Udin, Washfa Alfiyatul Khoiriyah, dan Putri Rahmaning Tyas.

Syifak mengatakan bahwa mereka sudah mulai magang di sana sejak 1 Februari 2024, seminggu sebelum kick-off resmi MBKM UINSA. “Di sini kita sudah masuk magang sebelum kick-off resmi oleh Pak Rektor, kira-kira jaraknya semingguan lah,” ujarnya.

Sebelum pemilu berlangsung, mereka telah disibukkan oleh beberapa hal terkait persiapan pelaksanaan. Mulai dari melipat surat suara hingga melakukan pendistribusian surat suara via jasa logistik. “Seminggu sebelum pemilu itu sudah sibuk banget, mulai melipat surat suara sebegitu banyaknya sama juga bantu-bantu mengurus pengiriman paket surat suara,” jelas Syifak saat diwawancarai via telepon.

Tugas mereka tak berhenti sampai di sini, justru masih ada banyak hal yang telah menantinya. Kesibukan tampak lebih nyata setelah pelaksanaan pesta demokrasi pada tanggal 14 Februari 2024 dan proses rekapitulasi suara mulai dilakukan. Proses rekap ini membutuhkan waktu cukup lama, bahkan sampai saat ini rekap suara masih belum selesai seratus persen. Baik itu suara calon legislatif maupun suara calon presiden.

Syifak mengaku bahwa terkadang ia harus lembur sampai malam hari untuk menyelesaikan pekerjaannya, meski hal itu tak disuruh oleh pihak KPU Tuban. “Saya kadang-kadang lembur kalau banyak data yang harus diinput, ya inisiatif saja sebetulnya, pihak KPU juga nggak nuntut buat lembur, cuma saya nggak enak aja kalau nanti pekerjaan saya ada yang nggak selesai,” terangnya.

Ternyata tak mudah dalam mengawal kesuksesan Pemilu 2024. Ditambah lagi dengan mencuatnya isu kecurangan oleh KPU. Menanggapi hal ini, Syifak menyampaikan sebuah argumen. Ia menyatakan, menurut pengalamannya, hal itu tidak terjadi.

Melanjutkan argumennya, ia lalu menceritakan kejadian yang pernah ia alami. Ia mengatakan bahwa suatu ketika tiba-tiba suara dari salah satu paslon capres-cawapres mendadak menggelembung. Hal ini ternyata disebabkan oleh sistem yang error.

“Orang-orang di KPU, termasuk saya, waktu itu kaget, loh kok bisa gitu suara salah satu paslon capres-cawapres mendadak menggelembung pas waktu scanner dokumen suara, ternyata setelah diperiksa ndilalah sistemnya error, tapi alhamdulillah sekarang sudah normal dan juga masih terus dilakukan pengecekan, kontrol, dan validasi data,” lanjutnya menjelaskan.

Terakhir, mahasiswa prodi Pemikiran Politik Islam (PPI) itu mengatakan bahwa ia merasa sangat bangga dan senang bisa berpartisipasi dalam mengawal kesuksesan pesta demokrasi kali ini mulai dari awal sampai tuntas. Meski di lain sisi ia juga mengaku merasa lelah, letih, dan lesu, namun ia tetap tersenyum simpul atas kerja kerasnya. “Saya merasa sangat bangga dan senang kali ini bisa ikut berpartisipasi menyukseskan Pemilu 2024, memang lelah itu pasti tapi tetap bahagia pokoknya,” ujarnya sambil tertawa sumringah.

Dari sini kita bisa tahu betapa banyak waktu dan tenaga yang harus dikorbankan untuk menyukseskan agenda lima tahunan itu. Oleh karena itu, mari kita mengambil hikmah dari semua itu untuk selalu menghargai dan menghormati apapun hasilnya kelak. Semoga slogan “Pemilu Damai” terlaksana dengan baik di setiap lini. (Ahmad Fariza Abdullah – Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Filsafat)