Surabaya, 24 Juni 2025 – Dalam sebuah inovasi penelitian yang menarik, Syahrul Tsabita Ramadhan, mahasiswa Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, berhasil menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Analisis Praktik Perbudakan dalam Serial Anime One Piece”. Skripsi ini telah dipertahankan dan dinyatakan lulus di hadapan tim penguji pada 10 Juni 2025.
Penelitian ini berangkat dari ketertarikan Syahrul terhadap isu-isu sosial yang dikemas dalam media budaya populer, khususnya anime. Ia berharap penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi masyarakat umum, terutama generasi muda, untuk lebih sadar terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan pentingnya melawan segala bentuk ketidakadilan sosial, baik dalam bentuk nyata maupun simbolik, seperti yang ditampilkan dalam anime.
Keunikan skripsi ini terletak pada objek kajiannya yang tidak biasa diangkat dalam studi sosiologi, yaitu serial anime populer “One Piece”. Syahrul menganalisis praktik perbudakan yang digambarkan dalam anime ini menggunakan pendekatan analisis wacana kritis Teun A. van Dijk. Fokus utamanya adalah bagaimana sistem perbudakan digambarkan dalam struktur naratif dan bagaimana wacana tersebut membentuk pemahaman penonton terhadap kekuasaan, dominasi, dan nilai moral.
Skripsi ini secara khusus membedah Arc Dressrosa, sebuah bagian cerita di “One Piece”, yang secara eksplisit menggambarkan berbagai bentuk perbudakan. Syahrul menemukan bahwa perbudakan di Dressrosa tidak hanya berbentuk fisik, di mana individu dipaksa bekerja atau diubah menjadi mainan oleh kekuatan antagonis, melainkan juga mengambil bentuk yang jauh lebih meresahkan: penghapusan memori. Ini berarti korban perbudakan tidak hanya kehilangan kebebasan ragawi mereka, tetapi juga keberadaan mereka secara keseluruhan dihapus dari ingatan orang-orang terdekat, bahkan oleh keluarga dan teman-teman mereka. Bentuk perbudakan ini menunjukkan dimensi penindasan yang lebih dalam, mencabut identitas dan eksistensi sosial korban.
Lebih lanjut, penelitian Syahrul mengungkapkan bagaimana anime “One Piece” membangun struktur wacana yang kompleks untuk menggambarkan sistem perbudakan. Melalui penggunaan simbol, bahasa, dan alur cerita, narasi ini secara progresif memperkuat pemahaman tentang ketimpangan kekuasaan. Penonton secara emosional dan intelektual diarahkan untuk bersimpati dengan para korban perbudakan, merasakan penderitaan mereka, dan pada akhirnya menolak sistem yang menindas. Skripsi ini menyoroti bagaimana One Piece menggunakan alegori dan metafora untuk menyampaikan kritik sosial yang tajam terhadap isu-isu dunia nyata seperti kolonialisme, rasisme, eksploitasi ekonomi, dan penghapusan identitas budaya atau individu. Ini adalah bukti bagaimana cerita fiksi dapat menjadi cerminan dan komentar kuat terhadap masalah-masalah sosial fundamental.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana anime tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai media yang mampu mengangkat isu-isu sosial yang relevan dan memberikan dampak positif bagi penontonnya. Meskipun objek kajiannya adalah anime, skripsi Syahrul memiliki relevansi yang sangat kuat dan sesuai dengan core studi sosiologi.
Penggunaan analisis wacana kritis Teun A. van Dijk menunjukkan pendekatan metodologis yang kokoh dalam disiplin ilmu sosiologi untuk membongkar struktur kekuasaan dan ideologi di balik teks atau media. Penelitian ini secara fundamental berfokus pada dinamika kekuasaan, struktur sosial, ketidakadilan, dan dampak media terhadap konstruksi realitas sosial—semua adalah pilar utama kajian sosiologi.
Kemampuan Syahrul dalam mengkaji fenomena perbudakan, baik yang eksplisit maupun yang terselubung seperti penghapusan ingatan, melalui lensa sosiologis, menunjukkan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep seperti dehumanisasi, alienasi, kontrol sosial, dan hegemoni. Dengan menganalisis bagaimana “One Piece” merepresentasikan isu-isu ini, skripsi ini tidak hanya memperluas batas-batas objek kajian sosiologi ke ranah budaya populer, tetapi juga memberikan kontribusi signifikan dalam memahami bagaimana nilai-nilai sosial dan politik diseminasikan melalui media massa dan bagaimana mereka dapat membentuk kesadaran kritis khalayak. Ini adalah contoh nyata aplikasi teori sosiologi untuk menganalisis fenomena kontemporer.
Melalui analisis representasi kekuasaan, penghapusan identitas, serta manipulasi memori dan wacana dalam cerita fiksi ini, Syahrul Tsabita Ramadhan telah menunjukkan bagaimana media populer dapat menjadi titik awal untuk berdiskusi dan merefleksikan kondisi sosial aktual. Penelitian ini menegaskan bahwa karya budaya populer memiliki potensi besar sebagai refleksi dan kritik terhadap fenomena sosial nyata, termasuk praktik dehumanisasi dan ketidakadilan. Hal ini diharapkan dapat membentuk warga yang lebih peduli, adil, dan berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan. (Dhimas/ ed.FyP)
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program FISIP UINSA, silakan kunjungi dan ikuti media sosial kami di Instagram.