UINSA Surabaya– Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Sunan Ampel Surabaya baru saja menyelenggarakan kuliah umum integratif bertajuk Updates: Economic, Cultural, and Strategic Affair, Selasa, (06/06 2023).

Kuliah umum kali ini mengundang pembicara Fiona Hoggart, utusan Consul-Genderal of the Commonwealth of Australia to the Republic of Indonesia in Surabaya,  dan Fitriah, Ph.D, dari Pusat Layanan Internasional UINSA Surabaya.

Hadir membuka acara, Wakil Dekan II, Dr. Hj. Aniek Nurhayati, M.Si. Dalam pidatonya, Aniek Nurhayati  menyampaikan, bahwa hubungan Indonesai dan Australia sangat setrategis dan memiliki sejarah yang panjang. Oleh karena itu, pihaknya menyampaikan bahwa kerjasama yang dilakukan ini merupakan bentuk kolaborasi yang positif antara konsul Astralia dengan FISIP UINSA Surabaya. Dirinya juga berharap kerjasama ini menjadi kerjasama yang berkelanjutan.

Fiona dalam paparannya, menjelaskan dirinya sangat bangga bisa berkunjung ke Indonesia sebagai warga Australia. Menurutnya  kunjungan warga Austarlia ke Negara Indonesia dilangsungkan setiap tahun, yang jumlahnya begitu besar mencapai 100.000 warga Australia. Misalnya di bulan Februari yang lalu ada sekitar 225 penerbangan dari Australia ke Indonesia. Begitu juga sebaliknya kunjungan dari Indonesia ke Australia.

 “Sebagai warga Australia, kami sangat bangga dengan sistem pendidikan kelas dunia kami. Dan kami senang berbagi pengalaman pendidikan Australia dengan teman-teman di Indonesia,” ucap Mrs. Fiona di depan seluruh hadirin.

Hal itu terbukti dari banyaknya masyarakat Indonesia yang mengambil studi di berbagai perguruan tinggi yang ada di Australia, menurutnya saati ini kurang lebih ada 200 ribu orang Indonesia yang melanjutkan di Austaralia, mulai dari jenjang siswa, S2, high school, boarding school, undergraduate, master, short courses, et al. Bahakan, bial dihitung sejak memasuki awal tahun 2000-an, lebih dari 70.000 orang Indonesia belajar di Autralia. Sedangkan jika dihitung mulai tahun 2014, terdapat lebih dari 9.000 siswa melanjutkan studi maupun mendapat pengalaman bekerja di Indonesia.

Selain itu, Fiona, juga menjelaskan bahwa tahun 2023 merupakan momen yang istimewa karena dirinya dapat merayakan 70 tahun beasiswa Australia di tanah air Indonesia. Bersamaan dengan antusiasme tersebut, wanita asli Negeri Kangguru ini menyampaikan harapan pihak Australia yang ingin menghidupi serta memberdayakan seluruh kawasan meliputi negara besar maupun kecil dalam lingkungan terbuka, inklusif, dan berbasis hukum guna mencapai kesejahteraan bersama. Kemudian penting halnya untuk melakukan pendekatan pada kebijakan luar negeri masing-masing secara inklusif dan kooperatif, termasuk kerja sama dalam membela hak-hak perempuan dan anak yang menjadi prioritas penting bagi kedua menteri luar negeri, yaitu Ibu Retno Marsudi dan Ibu Senator Penny Wong. Teman-teman Australia berharap kemitraan dengan Indonesia dapat mempererat jalinan persahabatan di antara kedua belah pihak serta menjadi suatu simbol pengakuan yang lebih luas bahwasanya Indonesia memiliki tempat yang istimewa di kawasan Australia, meliputi wilayah kepemimpinan, peluang ekonomi, hingga kepentingan strategis. “Australia seperti halnya banyak negara lainnya memiliki kepentingan yang sangat nyata untuk melihat Indonesia berhasil dalam hal ini saya yakin hubungan kita akan terus meningkat dari tahun ke tahun di masa depan,” ucap wanita kebangsaan Australia tersebut sebelum menutup sesi penyampaian materi.

Materi kedua dibawakan oleh Ibu Fitriah terkait strengthening Indonesia-Australia relations in education (memperkuat relasi Indonesia-Australia dalam pendidikan). Sebagai seorang penerima beasiswa dari pemerintah Australia, Ibu Fitriah mendapat banyak manfaat positif dalam aspek pertumbuhan akademik (adanya ragam perspektif), peningkatan kepercayaan diri, serta pengembangan ilmu dan pengalaman selama berkarir. Dari sana terbentuklah gagasan bahwa pendidikan dapat menjadi sarana yang ampuh untuk memperkuat hubungan bilateral. Terdapat empat jenis program dari pemerintahan Indonesia untuk Australia, yaitu 1) Australia Awards Scholarships: beasiswa jangka panjang yang dibuka untuk pelajar, profesional, dan pejabat pemerintah Indonesia, 2) Capacity Building: memberikan pelatihan dan kesempatan untuk pengembangan profesionalitas bagi pendidik dan administrator Indonesia, 3) Institutional Partnerships and Collaborations: pemerintah Australia secara aktif mendorong kemitraan antara universitas Australia dan Indonesia, dan 4) Alumni Engagement: pemerintah Australia menjaga ikatan yang kuat dengan alumni universitas Australia dari Indonesia dengan menerapkan optimalisasi dukungan berkelanjutan, peluang untuk meningkatkan jejaring sosial, menumbuhkan kolaborasi satu sama lain, hingga pengembangan daya profesional. Keempat poin tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Australia berupaya mengedepankan peran penting dalam mengatalisasi standar pendidikan dan memberdayakan individu untuk berkontribusi pada sektor pendidikan Indonesia.

Terdapat sejumlah anjuran yang dapat dilakukan bagi para mahasiswa/i yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri (study overseas), yaitu 1) Memperdalam pengetahuan dan keahlian akademik di bidang masing-masing, 2) Melakukan pengondisian dengan berbaur dalam lingkungan belajar yang menjunjung ragam perspektif dan multikultural, 3) Meningkatkan jaringan dan kolaborasi dengan para sarjana internasional, peneliti, hingga profesional, 4) Memperbanyak pembelajaran terkait tren pendidikan, inovasi, paparan kebijakan, dan lain sebagainya, baik melalui agenda lokakarya, konferensi, atau pun seminar, serta 5) Memberikan kontribusi yang bermanfaat kepada institusi asal. Untuk memfasilitasi kolaborasi dengan negara luar, mahasiswa/i dapat mengikuti beberapa asosiasi dan jaringan internasional seperti konsorsium/consortium (WAEJUC), kedutaan/embassy, pameran pendidikan/education expo, program pertukaran/exchange program, kunjungan profesor/visiting professor, hingga konferensi/conference.

Fitriah juga menjelaskan bahwa kolaborasi integratif antara Indonesia dan Australia membutuhkan segenap upaya konsisten, komunikasi efektif, rasa saling percaya, serta fondasi tujuan bersama yang kuat. Adapun lima tahap penting yang perlu dilakukan untuk mencapainya yaitu 1) Identifikasi minat dan tujuan bersama pada individu atau lembaga tertentu, 2) Membangun hubungan dengan kolaborator potensial, 3) Menjaga komunikasi efektif, 4) Mengembangkan kepercayaan dalam hubungan, serta 5) Senantiasa melakukan pengembangan kualitas pembelajaran dan kolaborasi. “If you want to go fast, go alone. If you want to go far, go together,” ucap Ibu Fitriah saat melafalkan salah satu pepatah Afrika kondang tersebut. 

(Irena)