Articles

Dr. Slamet Muliono Redjosari

Kiriman Kepala babi tanpa telinga kepada salah satu jurnalis Tempo, Cica dipandang publik sebagai sebuah ancaman kebebasan pers. Dikatakan mengancam kebebasan pers karena kiriman bangkai merupakan simbol ancaman kepada pihak-pihak yang dipandang sebagai ancaman. Publik pun memandang bahwa kiriman babi tidak lepas dari daya kritis yang ditunjukkan majalah Tempo yang secara konsisten mengkiritisi kebijakan rezim ini. Uniknya juru bicara pemerintah, Hasan Nasbi berkomentar tak simpati dengan menyarankan dimasak aja. Hal ini semakin menambah suasana panas sehingga meminta presiden untuk memecat atau meminta Hasan Nasbi mundur dari jabatannya. Fenomena pengiriman kepala babi jelas menjadi ancaman bagi kebebasan berpendapat, apalagi yang mengalami ancaman merupakan seorang jurnalis.

Teror Babi

Respon atas pengiriman babi kepada salah seorang jurnalis Tempo, merupakan ancaman bagi dunia pers. Oleh karena, teror kepala babi ini membuat respon kritis, di antaranya Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu. Dia mengatakan bahwa aksi teror kepala babi yang dikirim ke Kantor Tempo merupakan bentuk tindakan kekerasan terhadap pers atau media. “Pengiriman kepala babi dengan mengatasnamakan Cica BAP (Bocor Alus Politik) adalah tindakan kekerasan kepada pers. Dia menuturkan, pengiriman kepala babi yang kedua telinganya sudah terpotong itu jelas merupakan aksi teror dan intimidasi. “Ini jelas teror, intimidasi yang secara langsung untuk menakut-nakuti,” Ninik menyatakan bahwa aksi teror seperti ini dilakukan oleh pihak-pihak yang terpojok, tetapi tidak mau bertanggung jawab. “Sebagai ketua Dewan Pers, saya mengimbau kepada semua pihak yang keberatan atas pemberitaan, mereka memiliki hak jawab. Gunakan hak jawab tersebut sebaik-baiknya,”

https://nasional.kompas.com/read/2025/03/20/21082581/teror-kepala-babi-di-kantor-tempo-dewan-pers-tindakan-kekerasan-dan

Sebagaimana menyebar di media massa bahwa kotak berisi kepala babi tersebut ditujukan kepada Cica, yang merupakan nama panggilan Francisca Christy Rosana, wartawan desk politik dan host siniar Bocor Alus Politik (BAP). Paket tersebut diterima satpam kantor Tempo sekitar pukul 16.15 WIB. Cica baru menerima paket pada Kamis (20/3/2025) sekitar pukul 15.00 WIB setelah pulang dari liputan bersama Hussein Abri Yusuf Muda Dongoran. Mendapat informasi ada paket kiriman untuknya, Cica lalu membawa kotak kardus tersebut ke kantor. Ketika styrofoam terbuka, Hussein melihat isinya kepala babi.

Kejadian ini kemudian menjadi heboh karena kejadian ini dipandang sebagai bentuk teror kepada jurnalis. Hal ini tidak lepas dari apa yang disuarakan majalah Tempo yang bersuara kritis. Kritis dengan menyuarakan suara publik karena melihat kebijakan pemerintah yang seringkali tidak pro rakyat.

Yang unik dan membuat publik semakin marah ketika mendengar respon pihak istana sebagaimana disuarakan oleh Hasan Nasbi. Dia merupakan Kepala Kantor Kepresidenan. Ketika mendapat pertanyaan wartawan soal kiriman kepala babi kepada jurnal Tempo, dia menyarankan untuk memasaknya. https://www.tempo.co/politik/rekam-jejak-hasan-nasbi-yang-punya-ide-kepala-babi-di-kantor-tempo-untuk-dimasak-saja-1223530

Candaan Hasan Nasbi ini bukan hanya dipandang sebagai bentuk pelecehan terhadap dunia pers tetapi sebagai bentuk pembiaran terhadap kebebasan pers. Respon yang kurang simpatik itu, membuat publik meminta kepada presiden untuk memecatnya. Kalau pun tidak dipecata, Hasan Nabi disarankan untuk mengundurkan diri.

Munir dan Kepala Ayam

Kalau kiriman kepala babi dipandang sebagai hal biasa. Hal ini mengingatkan sejarah terbunuhnya aktivis HAM, Munir. Dia menerima kiriman kepala ayam. Sebagaimana dituturkan istrinya, Suciwati bahwa pada 20 November 2004, sekitar pukul 11.30 WIB, dia menerima teror berupa bangkai ayam yang dikirim melalui pos. Dalam bingkisan tersebut ditemukan tulisan “Awas jangan libatkan TNI dalam kematian Munir. Mau menyusul seperti ini?”. Pengirim bingkisan tersebut tertulis bernama Zulrizal Umar dengan alamat Jalan Semeru X/45, Bogor. Namun Suci mengaku, setelah ditelusuri oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), ternyata tidak ada alamat seperti yang dituliskan. “Setelah teman-teman KontraS menelusuri alamat tersebut, ternyata tidak ada Jalan Semeru X/45, Bogor,” kata juru bicara keluarga almarhum Munir, Rusdi Marpaung, dari Imparsial pada 20 November 2004. https://www.tempo.co/hukum/cerita-istri-almarhum-aktivis-ham-munir-pernah-diteror-dengan-dikirimi-bangkai-ayam-1223182

Bangkai ayam tersebut dibungkus dalam plastik dan diletakkan dalam styrofoam putih dengan ukuran panjang 18 sentimeter, lebar 19 sentimeter, dan tinggi 7 sentimeter. Kemudian terdapat kotak berwarna cokelat yang berisi kepala, ceker, jeroan, dibungkus dengan kertas semen.

Rusdi mengatakan ini bukan teror pertama yang diterima keluarga Munir. Sebelumnya dua atau tiga hari setelah kematian Munir, keluarga di Malang dikirimi surat berisi ledekan isinya “Selamat atas kematian Munir, itu karena dia LSM yang menerima dana dari negara asing”.  Menurut Rusdi bahwa Kepolisian Daerah Metro Jaya telah datang ke rumah Suci di kawasan Jakasampurna, Bekasi Selatan. Polisi menanyakan berapa kali ancaman yang diterima keluarga Munir. Namun keluarga belum bisa memperkirakan siapa pengirim teror tersebut. “Teror ini masih berkaitan dengan kematian Cak Munir. Teror ini memang mengejutkan bagi Mbak Suci. Namun itu justru semakin menguatkan kami.

Dengan demikian, pengiriman kepala babi merupakan bentuk teror terhadap pihak-pihak yang merasa terancam karena suara kritisnya. Oleh karenanya, wajar apabila kalangan jurnalis dan dunia pers sangat mengecam terhadap pengiriman babi. Mereka meminta kepada pemerintah untuk serius dalam menangani kasus ini sehingga tidak terjadi lagi tekanan, ancaman, dan teror terhadap pihak-pihak yang seharusnya memberitakan tanpa melakukan manipulasi. 

Surabaya, 25 Maret 2025