Kuala Lumpur, 29 Mei 2024 – Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (FISIP UINSA) melanjutkan rangkaian kegiatan International Student Mobility Program di Malaysia dengan menghadiri seminar di Universiti Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM). Seminar yang bertajuk “Radicalism and Deradicalization in Indonesia and Malaysia” menjadi agenda utama pada hari ketiga program tersebut.
Delegasi dari FISIP UINSA terdiri dari 20 mahasiswa yang didampingi oleh Wakil Dekan II, Dr. Aniek Noerhayati, M.Si., Sekretaris Jurusan Zaky Ismail, M.S.I., dan dosen Hubungan Internasional Mohammad Wahyu Diansyah, S.I.P., M.Env.Mgmt. Mereka tiba di UPNM pukul 10.00 waktu setempat dan disambut hangat oleh staf dan pimpinan Fakulti Pengajian dan Pengurusan Pertahanan (F3P) UPNM. Sambutan ini dipimpin oleh Dekan F3P, Letnan Kolonel Prof. Madya Ariffin bin Ismail, bersama Timbalan Dekan Akademik dan Prasiswazah, Dr. Salma binti Yusof, Timbalan Dekan Penyelidikan dan Pascasiswazah, Letnan Kolonel Prof. Madya Dr. Mohammad Daud bin Hj. Johari, Pengarah Kanan Jabatan Hal Ehwal Pelajar dan Alumni, Prof. Madya Kapten Ahmad Zaidi bin Sulaiman, Ketua Jabatan Pengurusan Logistik dan Pentadbiran Perniagaan, Prof. Dr. Mohd Abdullah bin Jusoh, Ketua Pegawai Psikologi, En. Sharizan Samad, K.B., P.A., Pegawai Psikologi Kanan, En. Muhamad Nurhafiz, K.B., P.A., dan Pegawai Psikologi Kanan, Puan Nor Faizah Ismail, K.B., P.A.
Seminar dibuka dengan sambutan dari Pengarah Kanan Jabatan Hal Ehwal Pelajar, diikuti oleh Dekan UPNM, dan dilanjutkan dengan sambutan dari Wakil Dekan II FISIP UINSA, Dr. Aniek Noerhayati.
Dr. Aniek kemudian mengawali seminar dengan presentasinya. Dalam materi yang disampaikan, beliau menekankan pentingnya peran civil society dalam upaya deradikalisasi melalui literasi. Beliau menyoroti Rumah Daulat Buku (Rudalku) sebagai upaya deradikalisasi di Indonesia. Melalui buku, Rudalku menjadi wadah bagi para eks-narapidana teroris menambah literasi dan ilmu mereka, sehingga dapat menjadikan mereka lebih toleran. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ulama, Dr. Aniek mengutip, ”jika seseorang bertambah ilmunya, maka akan sedikit keluhannya pada manusia.”
Seminar dilanjut oleh presentasi Prof. Dr. Mohd Mizan bin Mohammad Aslam yang berbagi pengalaman selama 20 tahun berkecimpung dengan isu radikalisme. Beliau telah mengunjungi daerah-daerah yang identik dengan radikalisme seperti Suriah, dan terlibat secara langsung dalam upaya deradikalisasi di Malaysia. Dalam paparannya, Dr. Mizan menyampaikan perlunya membedakan teroris dengan gerakan perjuangan, separatis dan insurgensi.
Pemateri ketiga, Letnan Kolonel Shaharudin bin Abd Rahman, kemudian melanjutkan dengan memberikan wawasan tentang radikalisme di Indonesia dan Malaysia, menyoroti kerawanan serta potensi kedua negara sebagai lahan subur bagi terorisme. Sesi ditutup dengan presentasi dari Kolonel Dr. Zulkarnain bin Haron yang mengulas pengalamannya dalam menangani dan mendalami isu radikalisme di kedua negara. Beliau berbagi tentang pengalamannya menemui Abu Bakar Ba’asyir, eks-narapidana teroris yang pernah berkiprah dalam aksi terorisme di Malaysia dan Indonesia.
Selama seminar berlangsung, mahasiswa FISIP UINSA aktif berpartisipasi dalam diskusi dan sesi tanya jawab. Keterlibatan mahasiswa FISIP UINSA dalam seminar menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk memahami isu radikalisme dan upaya serta tantangan deradikalisasi di kedua negara.
Pengalaman radikalisme dan upaya-upaya deradikalisasi di Malaysia dan Indonesia tentu berbeda. Kegiatan seminar di UPNM ini tidak hanya memberikan wawasan yang berharga tentang isu radikalisme dan upaya-upaya deradikalisasi di kedua negara, tetapi juga menjadi kesempatan yang langka bagi akademisi dari kedua institusi untuk menjalin persahabatan dan menambah jejaring internasional mereka. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan wawasan para akademisi dari kedua belah pihak, khususnya dalam menghadapi tantangan radikalisme global. (WD)