Berita

@Komunikasi dan Penyiaran Islam

Wednesday, 18 May 2022

Dosen KPI UINSA Jadi Keynote Speaker di Workshop Internasional Lebanon

LSM yang berbasis di Lebanon “iCademy” menyelenggarakan workshop international secara daring. Workshop bertajuk “The Power of Journalism” ini mengundang Fikry Zahria Emeraldien, seorang dosen Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), sebagai narasumber utamanya. Workshop ini dihadiri oleh lebih dari 80 peserta yang berasal dari berbagai negara, mulai Lebanon, Yunani, hingga Indonesia sendiri.

Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, yaitu 29-30 Maret 2022. Pada hari pertama, Fikry menyampaikan materi seputar tujuan, dan cakupan jurnalistik. Dia juga membahas tentang alasan yang seringkali menjadi landasan kuat bagi seseorang untuk menjadi seorang jurnalis. Adapun pada hari kedua, materi yang dipaparkan berkaitan dengan dampak dan betapa powerful-nya berita bagi masyarakat.

“Di satu sisi, seorang jurnalis dituntut untuk menuliskan fakta. Di sisi lain, jurnalis juga harus bisa menggiring pembaca atau penikmat berita ke arah yang positif,” tutur perempuan yang tengah menjalani studi S3 di Universitas Airlangga itu.

Hal ini penting, karena berita di media massa memiliki dampak yang luar biasa bagi masyarakat. Salah satu contoh yang Fikry sampaikan adalah ketika ada seorang penjaga keamanan Richard Jewell yang dicurigai sebagai tersangka utama pengeboman di Centennial Park, Atlanta, pada 1996. Dituduh menjadi penjahat, nama Jewell menjadi buruk dan keluarganya sangat tertekan karena setiap saat “diteror” oleh media massa yang hendak mewawancarainya.

Dampak lainnya adalah violent desensitization. Ini adalah konsep yang ada dalam teori kultivasi yang berarti penumpulan kepekaan terhadap kekerasan. Ketika seseorang menonton tayangan berita yang banyak menampilkan kekerasan, seseorang tersebut bisa saja menganggap hal tersebut menjadi sesuatu yang lazim.

Ketika publik menganggap bahwa kekerasan tersebut adalah realitas yang sesungguhnya, perilaku kekerasan dilegalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dulu banyak yang takut melihat pertumpahan darah, dengan gejala desensitisasi kekerasan, kemudian darah dan kekerasan menjadi hal biasa. Anak-anak yang asyik menonton tayangan kekerasan ini, terkadang malah ikut-ikutan.

Kegiatan workshop ini ditutup dengan pengisian post test bagi peserta. Panitia acara yang berasal dari iCademy Lebanon pun mengajak semuanya untuk berpartisipasi dalam acara-acara lain yang mereka selenggarakan. Informasi lebih lanjut bisa disimak di Instagram @icademy_edu. (El Haanim Nur Diny)