Berita

Surabaya, 19 Juli 2024 – Karakteristik unik dan keakraban Generasi Z dengan dunia digital telah menjadikan mereka fokus perhatian dalam lanskap politik kontemporer. Menyadari pentingnya memahami perilaku pemilih kelompok usia ini, Ajeng Widya Prakasita, MA., dosen Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, membawa hasil risetnya ke panggung internasional. Dalam kegiatan bertajuk Persidangan Antarabangsa Politik Malaysia-Indonesia yang digelar pada 17-18 Juli 2024 di Universiti Utara Malaysia, beliau mengungkap temuan menarik tentang bagaimana generasi digital native ini berinteraksi dengan proses demokrasi, khususnya dalam konteks Pilpres 2024 di Indonesia.

Dosen yang akrab disapa Bu Ajeng ini mempresentasikan artikel ilmiahnya bertema demokrasi di era digital, yang membahas kekuatan digital tools dalam meraih suara Generasi Z pada Pilpres 2024. Presentasinya tidak hanya menarik perhatian peserta, tetapi juga memicu diskusi hangat tentang penggunaan Big Data dalam riset politik.

“Pemahaman tentang perilaku pemilih Generasi Z sangat krusial dalam membentuk strategi politik yang efektif,” ujar Bu Ajeng. “Riset kami menunjukkan bahwa generasi ini memiliki pola konsumsi informasi dan pengambilan keputusan yang berbeda dari generasi sebelumnya, terutama dalam pemanfaatan platform digital.”

Kegiatan yang diselenggarakan di kota Sintok, negara bagian Kedah, Malaysia ini dihadiri oleh 38 akademisi dari Indonesia yang mewakili 18 instansi, termasuk universitas dan lembaga negara seperti Dewan Pers Indonesia. Selain sebagai ajang berbagi pengetahuan, program ini juga menjadi langkah awal untuk membangun kerja sama regional antara Indonesia dan Malaysia di bidang analisis politik.

“Ke depannya, kami berharap kerja sama regional ini dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak, baik kampus di Malaysia maupun FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya pada khususnya,” tambah Bu Ajeng. Beliau menekankan bahwa kerja sama ini dapat mencakup program pertukaran mahasiswa, riset kolaboratif, dan program visiting lecturer.

Mengenai dampak jangka panjang dari inisiatif ini, Bu Ajeng menambahkan, “Kolaborasi lintas negara ini tidak hanya akan memperkaya pemahaman kita tentang dinamika politik regional, tetapi juga berpotensi membentuk pendekatan baru dalam strategi kampanye dan kebijakan pemilu yang lebih responsif terhadap kebutuhan pemilih muda.”

Lebih lanjut, rencana kerja sama ini tidak hanya melibatkan FISIP UINSA dengan Malaysia, tetapi juga membuka peluang kolaborasi dengan program studi ilmu politik lainnya yang tergabung dalam Indonesian Malaysia Political Analysis Network (IMAPIN).

Acara yang berlangsung hingga 18 Juli 2024 ini merupakan hasil kolaborasi antara 14 universitas dari Indonesia dan 3 universitas dari Malaysia, termasuk Universitas Sumatra Utara, Universitas Andalas, Universitas Muhammadiyah Jakarta, Universitas Kristen Indonesia, Universitas Bangka Belitung, UIN Raden Fatah Palembang, UIN Walisongo Semarang, UIN Sumatra Utara, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Medan Area, Bitra Indonesia, The Electoral Institute for Development Quality (EDEV) Indonesia, Dewan Pers Indonesia, Universiti Utara Malaysia (UUM), Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM), dan Universiti Teknologi MARA (UiTM).

Partisipasi aktif FISIP UINSA dalam forum internasional ini menunjukkan komitmen fakultas dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan memperluas jaringan akademis di tingkat regional. Dengan fokus pada pemahaman perilaku pemilih Generasi Z, akademisi FISIP UINSA menunjukkan posisinya di garis depan penelitian politik kontemporer, memberikan kontribusi penting dalam memahami dinamika demokrasi di era digital. (WD)