Teknologi digital hadir begitu dekat dalam lingkungan kita, bahkan telah merasuki semua sendi kehidupan manusia. Manusia tidak hanya menjadi homo faber tapi juga menjadi homo digitalis, yaitu manusia yang mempunyai ketergantungan pada internet sebagai “jiwa dan nafas” era dunia digital. Eksistensi manusia tidak lagi membahas being in its self dan Being for its self, sebagaimana diperbincangkan kalangan eksistensialisme, seperti Sartre, Marcel, Nietzsche, Buber, Heidegger maupun Keirkegard, tetapi eksistensi manusia juga pada ekstension dan intensionnya. Secara sederhana, teknologi digital merupakan era industri yang memungkinkan seluruh entitas di dalamnya untuk saling berkomunikasi kapan saja secara real time dengan memanfaatkan teknologi internet.
Term digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa, maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1 (akar puluhan) dan 0 (akar satuan).Digital merupakan penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya atau disebut juga dengan istilah Bit (Binary Digit).
Peralatan canggih, seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian perhitungan biner yang rumit. Dalam gambaran yang mudah-mudah saja, proses biner seperti saklar lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu Off (0) dan On (1). Problematika bit ini sudah dianggap klasik semenjak muncul Qubits atau Quantum Komputasi dengan memakai pendekatan fisika kuantum, matematika kuantum yang bersumber dari Mekanika Kuantumnya Max Planx. (tentang Qubit aka nada tulisan berikutnya)
Konsep digital ini ternyata juga menjadi gambaran pemahaman suatu keadaan yang saling berlawanan. Pada gambaran saklar lampu yang ditekan pada tombol on, maka ruangan akan tampak terang. Namun apabila saklar lampu yang ditekan pada tombol off, maka ruangan menjadi gelap. Kondisi alam semesta secara keseluruhan menganut sistem digital ini. Pada belahan bumi katulistiwa, munculnya siang dan malam adalah suatu fenomena yang tidak terbantahkan. Secara psikologis, manusia terbentuk dengan dua sifatnya, yaitu baik dan buruk. Konsep Yin dan Yang ternyata juga bersentuhan dengan konsep digital ini.
Era digital bisa juga disebut dengan globalisasi. Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya yang banyak disebabkan oleh kemajuan infrastruktur telekomunikasi, transportasi dan internet. Dikutip dari New York Times, Thomas L Friedman dalam The World is Flat membagi globalisasi kedalam 3 tahapan yaitu globalisasi 1.0, globalisasi 2.0 dan globalisasi 3.0. Nah, sekarang ini kita telah memasuki era globalisasi 3.0 dimana kehidupan manusia dikelilingi oleh teknologi digital. Semua manusia saling terhubung dengan adanya internet. Media digital menjadi perpanjangan dari kita dan pada saat yang sama kita menjadi perpanjangan dari media digital kita adalah lingkaran umpan balik sibernetik di mana kita terjebak dan di bawah belas kasihan pencipta dan pengontrol sistem informasi digital yang berinteraksi dengan kita. Media atau alat yang memiliki kendali tertentu atas kita sebagai penggunanya seperti yang dijelaskan oleh McLuhan, merupakan Extension of man.
Revolusi industri ini yang dikenal dengan revolusi digital sebagai kelanjutan dari era cetak menurut Mc Luhan dalam buku ‘The Gutenberg Galaxy’ diawali dari Tribal age dan Literacy age. Revolusi digital merupakan perkembangan peradaban manusia sepanjang sejarah. Setiap zaman tersebut, berbagai peradaban terus berubah dan sangat dekat dengan perilaku komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku dan komunikasi. Jika ditinjau dari sejarah manusia McLuhan, masing-masing era memiliki budaya, perilaku, pola-pikir, serta komunikasi.
Munculnya revolusi industri 4.0 mempunya tantangan dan peluang yang sangat besar. Satu hal yang sudah pasti, bahwa industri 4.0 datang dan tidak mungkin bisa menolak atau menghindarinya. Proses ini akan terus berjalan dan kitapun harus mati-matian menepis dampak negatifnya karena tidak ada lagi yang mampu menghentikanya. Teknologi digital menjadikan dunia bagai dilipat karena locus dan tempus tidak menjadi masalah utama lagi.
Teknologi Digital sebagai produk Revolusi Iindustri 4.0 menurut Lee, J. Lapira, et.al bahwa kehadirannya karena didorong oleh empat faktor. Pertama, peningkatan volume data, kekuatan komputasi, dan konektifitas. Kedua, munculnya analisis, kemampuan dan kecerdasan bisnis. Ketiga, terjadinya bentuk interaksi baru antara manusia dengan mesin. Keempat, perbaikan intruksi transfer digital ke dunia fisik, seperti robotika dan 3D printing.
Hermann menambahkan, ada empat desain prinsip Industri 4.0. 8 Pertama, interkoneksi yaitu kemampuan mesin, perangkat, sensor, dan orang untuk terhubung dan berkomunikasi melalui Internet of Things atau Internet of People. Kedua, transparansi informasi merupakan kemampuan sistem informasi untuk menciptakan salinan virtual salinan fisik dengan memperkaya modal digital dengan data sensor termasuk analisis data dan penyediaan informasi. Ketiga, bantuan teknis yang meliputi kemampuan sistem bantuan untuk mendukung manusia dengan menggabungkan dan mengevaluasi informasi secara sadar. Keempat, keputusan terdesentralisasi yang merupakan kemampuan sistem fisik maya untuk membuat keputusan sendiri dan menjalankan tugas seefektif mungkin.
Teknologi Digital berkembang menurut Gerard O’Regan dalam bukunya, “A Brief History of Computing,” dimulai dari hadirnya komputer sebagai teknologi digital pertama, termasuk komputer Atanasoff-Berry yang dikembangkan di Amerika Serikat; komputer ENIAC dan EDVAC yang dikembangkan di Amerika Serikat; komputer Colossus yang dibuat di Inggris; Komputer Zuse dikembangkan di Jerman; dan komputer Manchester Mark I yang dirancang di Inggris.
Selanjutnya teknologi kumputer mengalami perkembangan dengan adanya penemuan revolusioner mikroprosesor, yang mengarah pada pengembangan komputer rumah dan pribadi (home computer dan PC), seperti mikroprosesor awal seperti Intel 4004, Intel 8080 8-bit dan Motorola 6800 8-bit. Intel 8086 16-bit diperkenalkan pada tahun 1978, dan Intel 8088 8-bit (varian 8-bit yang lebih murah dari Intel 8086) diperkenalkan pada tahun 1979, dan dipilih sebagai mikroprosesor untuk komputer pribadi IBM
Gerard O’Regan selanjutnya menjelaskan munculnya revolusi Internet dari ARPANET, jaringan packet-switched, ke TCP/IP, yang merupakan seperangkat standar jaringan untuk interkoneksi jaringan dan komputer. Perkembangan ini menyebabkan lahirnya Internet, dan pekerjaan Tim Berners-Lee di CERN menyebabkan lahirnya World Wide Web. Gelembung dot com dan ledakan berikutnya pada akhir 1990-an/awal 2000 dibahas, dan kami membahas beberapa perkembangan yang lebih baru, termasuk Internet of Things dan Internet of Money.
Dari hadirnya revolusi internet ini, maka penemuan smartphone menyebabkan adanya kebangkitan media sosial. Ini menggambarkan evolusi smartphone dari PDA dan teknologi ponsel, dan smartphone pada dasarnya adalah komputer berbasis sentuhan di telepon. Dampak dari Facebook dan Twitter di jejaring sosial dibahas. Facebook adalah situs media sosial terkemuka di dunia, dan telah menjadi cara bagi kaum muda untuk mendiskusikan harapan dan aspirasi mereka serta alat untuk protes dan revolusi sosial. Twitter telah menjadi alat yang populer dalam komunikasi politik, dan juga merupakan cara yang efektif bagi bisnis untuk mengiklankan merek mereka kepada audiens target mereka. (Gerard O’Regan, 2021: 71-78, 113-118, dan 237-265.
Makna digital jika dikaitkan dengan otomatisasi, maka pertama, makna digital cenderung identik dengan mekanistis. Teknologi digital sebagai produk cybernetik (epistemologi terapan) merupakan upaya manusia melakukan memesis (Plato), tiruan atau copy dari alam semesta yang diciptakan Tuhan secara mekanistis. Epistemologi terapan (cybernetics) baik orde pertama maupun orde kedua mencoba merangkai suatu sistem yang terdiri dari rangkaian sirkuit dengan model dan cara kerja alam semesta. Sehingga dunia digital merupakan copy dari alam semesta.
Kedua, Digital sebagai produk cybernetics lebih bermakna bahwa Semesta tercipta teratur karena ada juru kemudinya (arti awal cybernetics). Ini diperkuat dengan rrgumen argumen kosmologi dan teleologis klasik. Keteraturan sistem kosmos yang berjalan sesuai dengan garis edarnya dan tidak berbenturan merupakan suatu argumen yang melihat bahwa kosmos berjalan tidaklah dengan sendirinya tetapi ada yang mengatur, yaitu juru kemudi. Begitu pula teknologi digital diciptakan melalui sistem, singularitas, logika, algoritma dan sirkuit mesin menjadikan semua berjalan saling melengkapi dan ada umpan balik yang saling ketergantungan antar bagian dalam sistem tersebut, semua berjalan secara kosmologik (teratur) yang identik dengan alam. Campbell menyebut cybernetika dan teknologi digital sebagai suatu micro kosmos.
Referensi
Lee, J. Lapira, E., Bagheri, B., Kao, H., Recent Advances and Trends in Predictive Manufacturing Systems in Big Data Environment. Manuf. Lett. 1 (1), 2013, 38– 41.
Mcluhan, Marshall, Understanding Media : The extension of man, (USA: 1st MIT Press ed. 1994)
McLuhan, Marshall. The Gutenberg Galaxi: the making typhograpic man, edition@estate of Corinne Mc Luhan, (Canada: Univerity of Toronto, 2011)
Thomas L Friedman, The World is Flat A Brief History of the Twenty-first Century (New York: Picador I Farrar, Straus and Giroux 2005),
Hermann, M., Pentek, T, & Otto, B. Design Principles for Industrie 4.0 Scenarios. Presented at the 49th Hawaiian International Conference on Systems Science. 2016
Gerard O’Regan, A Brief History of Computing, (Edition Switzerland: Springer, 2021)
[Suhermanto Ja’far; Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat]