Prodi Bahasa dan Sastra Arab
November 28, 2025

BELAJAR BERSAMA, BERTUMBUH BERSAMA: UINSA DAN KAWAN NETRA WUJUDKAN LITERASI AL-QUR’AN INKLUSIF

BELAJAR BERSAMA, BERTUMBUH BERSAMA: UINSA DAN KAWAN NETRA WUJUDKAN LITERASI AL-QUR’AN INKLUSIF

Surabaya — Suasana hangat terlihat pada Selasa pagi (13/11/2025) di Komunitas Kawan Netra, yang beralamat di Pucang Anom I No. 22Surabaya. Dalam sebuah ruangan sederhana, teman-teman Kawan Netra duduk melingkar bersama dosen dan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Mereka tampak antusias mengikuti sesi belajar membaca Al-Qur’an braille yang menjadi bagian dari rangkaian program Pengabdian Kepada Masyarakat  (PKM) bertajuk Pemberdayaan Literasi Al-Qur’an Inklusif. Di dalam foto yang diambil saat kegiatan berlangsung, tampak aktivitas belajar yang sangat hidup. Beberapa peserta Kawan Netra duduk bersila sambil memegang mushaf braille, sementara yang lain menyimak bacaan dari teman mereka. Seorang tutor dari komunitas tampak memberikan arahan secara lisan, menuntun peserta untuk memperbaiki makhraj huruf dan panjang-pendek bacaan. Meskipun sederhana, ruangan tersebut menjadi pusat semangat belajar Al-Qur’an yang inklusif.

Program pengabdian ini dipimpin oleh Lutfiyah Alindah, M.Hum, M.A, dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, sedangkan M. Zaky Rafif Nurkhafidi dan Sabrina az-Zahra Ramadhania sebagai anggota PKM. Ketiganya tidak datang sendiri, melainkan didampingi beberapa mahasiswa Program Studi Bahasa dan mahasiswa Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora yang juga turut berperan sebagai pendamping belajar diantaranya adalah Bima Achbar Pamungkas, Debby Endah Faiznawati dan Naura Maulika Khairunnisa. Kolaborasi antara dosen, mahasiswa, dan komunitas ini menjadi inti pendekatan Participatory Action Research (PAR), sebuah strategi pemberdayaan yang melibatkan masyarakat sebagai subjek aktif dalam proses pembelajaran dan perubahan sosial. Tidak hanya fokus pada keterampilan membaca Al-Qur’an braille, kegiatan ini juga mengintegrasikan pendampingan pemahaman tafsir. Setelah sesi membaca, para peserta diajak untuk menggali makna ayat melalui penjelasan verbal, dialog interaktif, serta diskusi singkat tentang nilai-nilai yang terkandung dalam ayat tersebut. Pendekatan ini muncul dari hasil refleksi bersama antara tim PKM dan anggota komunitas yang menyatakan bahwa mereka membutuhkan tidak hanya kemampuan membaca, tetapi juga pemahaman makna ayat-ayat Al-Qur’an .

Dalam praktiknya, pendampingan tafsir dilakukan secara adaptif. Para peserta mendengarkan penjelasan tafsir yang dibacakan oleh pendamping, lalu mengajukan pertanyaan terkait makna atau konteks ayat. Aktivitas ini membantu mereka tidak hanya melafalkan ayat dengan benar, tetapi juga menginternalisasi pesan-pesan Al-Qur’an yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Metode dialogis ini terbukti memperkuat motivasi spiritual peserta dan menumbuhkan pengalaman religius yang lebih mendalam. Sesi belajar bersama ini juga memperlihatkan kekompakan antara pengajar internal Kawan Netra dan tim PKM. Tutor dari komunitas, yang telah lama mendampingi aktivitas mengaji, berkolaborasi dengan mahasiswa UINSA dalam memastikan setiap peserta mendapatkan perhatian yang tepat. Pendekatan kelompok kecil memungkinkan peserta belajar tanpa tekanan, saling mendengarkan, dan membangun kepercayaan diri dalam membaca Al-Qur’an braille.

Selain peningkatan teknis, kegiatan ini juga memperlihatkan nilai sosial yang kuat. Melalui interaksi yang terjalin selama proses pendampingan, hubungan antara peserta, tutor, dan tim PKM berkembang menjadi relasi yang hangat dan egaliter. Para peserta merasa dihargai, didengarkan, dan diberi ruang untuk bertanya serta mengungkapkan pengalaman spiritual mereka. Hal ini sejalan dengan tujuan PAR yang menempatkan masyarakat sebagai mitra sejajar dalam proses perubahan. Dalam wawancara dengan para anggota komunitas, mereka mengungkapkan rasa syukur atas adanya pendampingan tersebut. Bagi sebagian peserta, kesempatan untuk belajar langsung bersama dosen dan mahasiswa membuka wawasan baru serta meningkatkan rasa percaya diri dalam membaca dan memahami Al-Qur’an. Kehadiran tim PKM dinilai tidak hanya memberi ilmu, tetapi juga memberi dukungan emosional dan spiritual yang sangat berarti bagi para difabel netra. Program ini diharapkan menjadi langkah awal dalam memperkuat literasi Al-Qur’an inklusif di Surabaya. Upaya pemberdayaan ini menjadi bukti bahwa pendidikan agama yang ramah difabel bukan sekadar wacana, tetapi dapat diwujudkan melalui kerja bersama, kepedulian, dan pendekatan yang humanis.

Spread the love

Tag Post :

#BanggaUINSA, #BSA, #BSAkeren, #BSAUINSA, #FAHUINSA, #FAHUMUINSA

Categories

Berita, News