FISIP UINSA – Suasana lobi Gedung Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya, Senin pagi (24/11/2025), tampak lebih hidup dari biasanya. Puluhan pegawai dan dosen berkumpul mengikuti apel pagi rutin, yang pada kesempatan ini dipercayakan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sebagai petugas pelaksana.
Bertindak sebagai pembina apel adalah Prof. Dr. Abdul Chalik, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UINSA. Dalam amanatnya, ia menyampaikan pesan moral yang menukik pada jantung etika aparatur sipil negara: rasa malu. Bukan malu dalam arti negatif, melainkan sebagai akhlak Islam yang menjadi benteng integritas.

Mengawali pidato, Prof. Chalik mengutip sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana diriwayatkan Ibnu Majah:
“Sesungguhnya setiap agama memiliki etika, dan etika agama Islam adalah rasa malu.”
Menurutnya, prinsip yang diajarkan Rasulullah itu relevan dan sangat dibutuhkan dalam konteks kinerja ASN masa kini.
Prof. Chalik menegaskan bahwa rasa malu harus hadir ketika pekerjaan dilakukan tidak maksimal. Bagi seorang ASN, rasa malu bukan sekadar urusan pribadi, tetapi bagian dari pertanggungjawaban profesional yang melekat pada jabatan publik.
“Kalau kita bekerja biasa-biasa saja, atau bahkan di bawah standar, kita seharusnya malu,” ujarnya tegas. “Malu karena kualitas pelayanan publik menurun. Malu karena kita digaji oleh negara, tetapi tidak bekerja sebaik yang seharusnya.”
Ia mengingatkan bahwa setiap ASN telah menerima amanah publik, dibayar dari uang rakyat, dan karenanya wajib menunjukkan kinerja terbaik. Menurutnya, rasa malu menjadi rem moral agar pegawai tidak terjebak pada rutinitas yang longgar, sikap abai, atau zona nyaman yang mengikis profesionalitas.

Dalam bagian lain amanatnya, Prof. Chalik juga menekankan bahwa apel pagi bukan sekadar rutinitas administratif, tetapi ruang edukasi dan pembentukan karakter kerja.
“Kita membutuhkan ruang seperti ini untuk saling mengingatkan. Apel bukan hanya soal baris-berbaris, tetapi upaya menjaga ritme kedisiplinan dan etika ASN,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa etos malu harus disertai kesadaran bahwa pegawai ASN bekerja untuk republik, bukan untuk diri sendiri. Karena itu, setiap penugasan sekecil apa pun adalah bentuk pengabdian kepada negara.
Selain menjadi pembina apel, pada kegiatan apel pagi ini FISIP UINSA juga bertugas penuh sebagai pelaksana acara. Tim protokol, pemimpin apel, petugas doa, hingga koordinator lapangan seluruhnya berasal dari unsur dosen dan tenaga kependidikan FISIP. Hal ini menjadi bentuk praktik kedisiplinan, kerja sama, dan keteladanan yang hendak ditunjukkan fakultas tersebut kepada seluruh jajaran universitas.
Pelaksanaan apel berlangsung tertib, singkat, namun sarat pesan moral. Setelah amanat, kegiatan dilanjutkan dengan pembacaan doa, menyanyikan lagu Bagimu Negeri dan penutup. Para peserta tampak khidmat mengikuti rangkaian kegiatan hingga selesai.
Amanat Prof. Chalik pada apel pagi ini menjadi pengingat penting bahwa birokrasi bukan hanya persoalan sistem, tetapi juga karakter. Pesannya tentang rasa malu sebagai akhlak Islam menyentuh nilai-nilai dasar ASN: integritas, tanggung jawab, dan kesadaran moral sebagai pelayan publik.
Dalam penutupnya, ia menegaskan:
“Kalau kita sadar bahwa negara menggaji kita, maka bekerja dengan sepenuh hati bukanlah pilihan, melainkan kewajiban.”
Apel pagi ini tidak hanya memperkuat solidaritas antarunit di lingkungan UINSA, tetapi juga menghidupkan kembali spirit ke-ASN-an yang berakar pada nilai-nilai etik, agama, dan profesionalitas. Sebuah pesan yang relevan di tengah dinamika pelayanan publik yang menuntut kecepatan, ketepatan, dan ketulusan kerja. (BsR)
Untuk informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program FISIP UINSA, silakan kunjungi dan ikuti media sosial kami di Instagram.