Baru baru ini kita dikejutkan dengan rilis kampus PTKIN terbaik di Indonesia versi rangking Webometrics PTKIN edisi 2024 yang menempatkan UIN Sunan Ampel tidak masuk dalam 10 besar, jauh tertinggal dengan anak anak IAIN yaitu UIN Malang dan IAIN Ponorogo. Pada saat yang sama, Kita juga mendapatkan rangking PTKIN terbaik nomor 1 versi Unirangks. Kenapa ini bisa berbeda?
Webometrics merupakan salah satu perangkat metode riset Digital, sedangkan Unirank merupakan suatu institusi pemerangkingan yang berpusat di Australia berdasarkan algoritma 5 metrik yang independen dan tidak bias bersumber dari 5 web intelligence. Webometrics melakukan riset digital berdasarkan pada website resmi PT, sedangkan Uinrank berdasarkan pada website diluar website PT. Webometrics menggunakan ndikator, Impact (20%), presence (50%), excellence (15%) dan opennes (15%) terhadap masing-masing website.
Tulisan ini lebih memokuskan pada Webometrics sebagai salah satu metode penelitian digital dari sekian puluh macam metode riset digital atau MRD (Tulisan berikutnya menyusul). Sebagaimana dijelaskan di atas, setidak tidaknya ada 4 kriteria atau indikator yang digunakan Webometrics dalam menilai kinerja perguruan tinggi, yaitu presence, visibility impact , openness, dan excellence.
Untuk masing-masing indikator tersebut memiliki bobot penilaian yang berbeda. Indikator presence atau kehadiran memiliki bobot 5% yang menghitung setiap halaman web dari perguruan tinggi yang terdaftar oleh mesin pencari; visibilitas atau visibility impact memiliki bobot 50% yaitu kualitas konten yang dievaluasi dengan menghitung semua eksternal link yang diterima oleh webdomain perguruan tinggi dari pihak ketiga.
Lalu indikator opennes atau keterbukaan memiliki bobot 10% yaitu jumlah file dokumen Adobe Acrobat (.pdf), Adobe PostScript (.ps, .eps), Microsoft Word (.doc,.docx) dan lain sebagainya yang online/open di bawah domain website perguruan tinggi yang tertangkap oleh mesin pencari; dan keunggulan atau excellence dengan bobot 35% yaitu jumlah artikel ilmiah publikasi perguruan tinggi yang bersangkutan yang terdaftar di Scimago Institution Ranking dan di Google Scholar.
Webometrics merupakan istilah yang diciptakan oleh Almind dan Ingwersen (1997) untuk menggambarkan studi kuantitatif World Wide Web, yang sering disingkat WEB. Saat ini kita telah memasuki Web 2 dan Web 3 sdah siap diluncurkan. Web ini berkembang mengikuti perkembangan algoritma yang ada dalam epistemologi terapan atau Cybernetics (Sibernetika) yang sudah memasuki sibernetika orde ke 2 (Tulisan tentang ini menyusul).
Sibernetika ini menjadi inti utama dalam webometrics yang melahirkan term cyber-metrik dan cyberspace. Istilah cyber-metrik ini terkadang digunakan secara bergantian, meskipun secara teknis istilah ini mencakup keseluruhan internet dan mencakup komunikasi dan jaringan non-web atau cyberspace seperti email, newsgroup, dan pesan instan (World Wide Web adalah cara mengakses informasi melalui media internet: itu adalah layanan, sedangkan internet adalah keseluruhan jaringan komputer).
Webometrics berakar pada disiplin ilmu informasi, khususnya bibliometrik (studi kuantitatif terhadap buku dan media komunikasi lainnya), saintometri (studi kuantitatif aktivitas ilmiah dan sejarah sains) dan informetri (studi kuantitatif mengenai aktivitas ilmiah dan sejarah sains). informasi dan pengambilan). Semuanya melibatkan penerapan metode matematika dan statistic juga digunakan dalam webometrics untuk mempelajari pola penggunaan, jumlah dan jenis hyperlink, struktur web dan teknologi media sosial, misalnya.
Webometrics dapat melibatkan berbagai teknik dan prosedur, seperti,a. analisis blog; b. analisis kata kunci; c. analisis relasi, analisis dampak relasi dan analisis relasi antar objek; d. analisis file log; e. evaluasi mesin pencari; f. analisis jaringan sosial; g. analisis video atau vlog; h. analisis kutipan web; i. analisis data web; j. penambangan data web; k. penilaian dan analisis dampak web; l. analisis konten halaman web; m. analisis teknologi web; dan n. analisis penggunaan web. Inilah yang menjadi standar penilaiannya, sehingga Ketika UINSA tidak termasuk dalam 10 besar PTKIN versi Webometrics karena pemanfaatan dan pemberdayaan website kita kurang maksimu, sehingga dengan menghidupkan ini merupakan strategi cerdas.
Webometrics berkaitan erat dengan analisis web (atau metrik web). Keduanya berbeda dalam fungsi dan tujuannya: webometric dan analisis web sama sama dikembangkan dari ilmu informasi untuk tujuan kuantifikasi, pengukuran, dan/atau deskriptif, Hanya saja, analisis web tidak hanya itu, tetapi juga menyangkut rekayasa perangkat lunak, ilmu komputer dan bisnis untuk penelitian, pengembangan dan/atau tujuan komersial.
Webometrics berkonsentrasi pada penerapan model matematika dan statistik untuk menangkap, menganalisis, memvisualisasikan dan melaporkan data. Teknik webometrik semakin banyak diterapkan pada situs web komersial untuk tujuan intelijen kompetitif, untuk mengidentifikasi dan menganalisis pesaing serta mengidentifikasi tren masa depan, sehingga menyelaraskan webometrik lebih dekat dengan analisis web. Webometrics merupakan seperngkat metodologi dalam perspektif teori epistemology terapan (cybernetics), sekalipun berakar secara epistemologis pada ilmu informasi dan kepustakawanan, namun telah dikembangkan lebih lanjut untuk mengukur dan mengkuantifikasi dokumen terkait akademik di web juga.
Dengan demikian, secara sederhana pemeringkatan versi Webometrics merupakan pemeringkatan yang menggunakan perangkat metode riset digital versi Webometrcis. Untuk itu pemberdayaan website UINSA dengan segala objek penilaian versi Webometrics kita kembangkan, maka tidak menutup kemungkinan tahun depan kita bisa masuk dalam 10 besar PTKIN, jika kita ingin mengejarnya. Tulisan tulisan di website harus bisa menjadi rujukan dan merupakan refleksi kehidupan dan POV core keilmuan UINSA yang ditulis scara popular. Web Pemeringkatan Perguruan Tinggi (www.webometrics.info/en) merupakan pemeringkatan akademik Perguruan Tinggi yang dimulai pada tahun 2004 dan dilakukan setiap enam bulan oleh Cybermetrics Lab, sebuah kelompok penelitian milik Consejo Superior de Investigaciones Científicas (CSIC), yang merupakan badan penelitian publik di Spanyol. (Suhermanto Ja’far adalah dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsaat UIN Sunan Ampel)
Referensi
Almind, T. and Ingwersen, P. ‘Informetric Analyses on the World Wide Web: Methodological Approaches to “Webometrics”’, Journal of Documentation, 53(4) 1997, 404–26, 10.1108/EUM0000000007205
Figuerola, C. and Berrocal, J. ‘Web Link-Based Relationships among Top European Universities’, Journal of Information Science, 39(5), 629–42, first published April 9, 2013, 10.1177/0165551513480579.
Ingwersen, P. and Björneborn, L. () ‘Methodological Issues of Webometric Studies’. In Moed, H., Glänzel, W. and Schmoch, U. (eds.) Handbook of Quantitative Science and Technology Research, (Dordrecht: Springer. 2004), 339-369
Thelwall, M. ‘Bibliometrics to Webometrics’, Journal of Information Science, 34(4), 605–21, first published June 13, 2008, 10.1177/0165551507087238.
Thelwall, M. (2009) Introduction to Webometrics: Quantitative Web Research for the Social Sciences (Synthesis Lectures on Information Concepts, Retrieval, and Services).San Rafael, CA: Morgan and Claypool.
Peter Ingwersen and Lennart Björneborn, Methodological Issues Of Webometric Studies, in Handbook of Quantitative Science and Technology Research, (Springer, 2005), 340-350 ISBN : 978-1-4020-2702-4
Chellappandi, P.; Vijayakumar, C. S. Bibliometrics, Scientometrics, Webometrics/Cybermetrics, Informetrics and Altmetrics — An Emerging Field in Library and Information Science Research, Shanlax International Journal of Education, v7 n1 p5-8 Dec 2018