Berita

Abdul Chalik

Guru Besar dan Dekan FISIP UIN Sunan Ampel Surabaya

Bahwa di balik organisasi terdapat manusia yang memikirkan dan mengendalikan. Man behind the gun. Istilah yang terbiasa didengar untuk menjelaskan bahwa di balik kesuksesan dan kegagalan tergantung pada siapa yang mengatur, menjalankan dan mengendalikan. Sistem yang baik diciptakan oleh manusia, dan kembali pada manusia yang akan mengatur dan menjalankannya. Sistem tidak akan bekerja dengan baik manakala tidak dijalankan oleh orang-orang yang punya komitmen.

Investasi terbesar saat ini adalah bagaimana mencetak manusia yang hebat dan unggul. Organisasi dan perusahaan berusaha menyiapkan sumber daya manusia untuk menjalankan visi-misinya. Konsep human capital, resource person atau human resources investment begitu kental dalam dunia bisnis bahwa sukses tidaknya organisasi tergantung pada kekuatan personal pengelola. Dalam beragam riset dinyatakan bahwa 80 % lebih keberhasilan organisasi tergantung pada kekuatan dan kehebatan pemimpinnya.

Bagaimana kita bisa menjadi bagian dari kelompok 80 % itu tentu saja tergantung cara dan strategi masing-masing. Ada kalanya melalui jenjang pendidikan dan training, dan ada pula dengan memperluas dan memperbanyak pengalaman berorganisasi. Keduanya dapat dilakukan secara berbeda, atau secara bersamaan tergantung pada kesempatan. Namun bisa saja keduanya tidak berarti apa-apa manakala tidak kesadaran dan komitmen yang kuat dalam mengelola diri yang pada akhirnya berdampak pada pencapaian organisasi. Kesadaran dan komitmen menjadi kunci dari semangat perubahan.

Untuk memperkuat komitmen, setidanya ada tiga langkah menuju perubahan besar. Saya menyingkatnya dengan sebutan DKS yakni D berarti ‘diri’, K berarti ‘kecil’, dan D berarti ‘sekarang’. Bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri atau kita sendiri, bukan orang lain. Jika menginginkan orang lain mengikuti cara pandang kita, maka memulailah dengan menjadi contoh yang baik. Jika pemimpin berkemauan agar anak buah disiplin bekerja, maka dimulailah dengan dirinya sendiri. Contoh, Jika standar pegawai jam 07.30 berada di kantor, maka pemimpin sudah berada di kantor pada jam itu atau sebelumnya. Begitu pula seterusnya. Ajaran memulai yang baik dengan diri sendiri merupakan ajaran Islam. Kata Nabi “Ibda’ binafsik tsumma man ta’ulu, mulailah dari diri sendiri baru sekitarmu. Apalagi bagi seorang pemimpin yang menjadi concern adalah keteladanan.

Menjaga dan memperkuat komitmen menuju perubahan dimulai dari dari hal-hal kecil (K). Orang menejemen menyatakan bahwa hal kecil bisa berdampak pada hal besar, atau perubahan kecil dapat mempengaruhi perubahan besar. Merapikan kasur dan kamar tidur adalah urusan kecil dan sepele, tetapi tidak semua orang dapat melakukannya secara cepat saat bangun tidur. Begitu pula mengembalikan baju, celana, sepatu, kaos kaki, topi dan songkok pada tempat yang sebenarnya. Hal yang sama juga terjadi pada meja kerja dan ruangan. Beberapa contoh tersebut seringkali tidak menjadi perhatian karena dianggap urusan kecil dan sepele. “Hidup terdiri dari hal-hal kecil. Jarang sekali ada kesempatan ditawarkan untuk melakukan banyak hal sekaligus. Kebesaran sejati terdiri dari menjadi hebat dalam hal-hal kecil, begitu kata  Charles Simmons seorang motivator terkemuka.

Sementara ‘S’ berarti sekarang. Ketika ada waktu dan kesempatan, dan sudah saatnya dilakukan maka tidak boleh menunggu besok, lusa, minggu depan atau bulan depan. Bangun tidur saat mata masih berat, maka tidak boleh menunda untuk merapikan kasur dan bantal. Sesampai di tempat kerja, hal utama yang dilakukan oleh seorang pegawai adalah merapikan meja, kursi dan ruang kerja. Seorang mahasiswa  tidak perlu menunggu mau berangkat untuk menyiapkan tas dan keperluan lain untuk di bawa ke kampus. Perubahan soal waktu, kesempatan dan momen. Jika dapat dilakukan sekarang, maka jangan menunda besok, lusa atau minggu depan. Kata orang bijak, menunda sama dengan menambah beban lebih besar untuk hari esok.

Memimpikan perubahan? Ya, itu pasti. Tiap individu menggunakan semua kemampuan menuju impian masa depan. Anak-anak sekolah berangkat pagi pulang ke rumah petang. Bahkan menjelang maghrib masih ikut ngaji di TPQ. Anak-anak pesantren jauh lebih ekstrim. Belajar dari bada subuh hingga di atas jam 9 malam. Orang tua juga tidak kalah hebohnya. Semua dilakukan untuk keluarga menuju perubahan itu. Pada intinya semua orang berlomba untuk menuju titik kehidupan yang lebih baik.

Bagaimana dengan organisasi? Sama juga  seperti yang dilakukan pada masing-masing individu. Semua organisasi akan melakukan semua hal untuk menuju perubahan itu. Organisasi pemerintah berusaha mencapai tujuan dengan menyusun  dengan memperkuat visi-misi dan restrukturisasi. Perusahaan berusaha untuk mencapai target penjualan dalam rangka manaikkan profit dengan melakukan rebranding. Industri jasa juga berusaha meyakinkan konsumen dengan beradaptasi dengan cepat melalui intervensi pasar. Begitu pula organisasi non-profit juga melakukan beragam cara untuk berubah agar tidak ditinggal dan terbelakang. Pada intinya semua bergerak menuju pada perubahan.

Jika anda bermimpi untuk menggapai perubahan besar maka mulailah dengan langkah sederhana yakni DKS. Tidak perlu sekolah dan pelatihan dengan waktu dan biaya yang besar, tetapi memulailah dengan pengetahuan sederhana dan pengalaman yang anda miliki. Melatihlah dengan kebiasaan yang baik dengan berjanji pada diri anda sendiri, lalu lakukan  sekarang jangan menunda waktu lagi. Selamat mencoba!

Loading