Pusat Studi Agama dan Perdamaian (PSAP) UIN Sunan Ampel Surabaya kembali menunjukkan konsistensinya dalam mengangkat isu-isu kritis dan reflektif melalui Peace Talks Series #4, yang kali ini mengusung tema “Dehumanisme di Era Baru: Disrupsi, Transhumanisme, Manusia Satu Dimensi.” Kegiatan ini diselenggarakan di salah satu ruang diskusi akademik UINSA yang ditata secara formal dan kondusif, menciptakan suasana ilmiah yang mendukung dialog lintas disiplin.
Forum ini menghadirkan dua narasumber kompeten—sebagaimana ditampilkan dalam media visual latar acara—yang mengulas secara mendalam berbagai dimensi tantangan kemanusiaan di tengah perkembangan teknologi dan transformasi digital yang masif. Tema besar yang diangkat tidak hanya menyentuh aspek filsafat dan etika, tetapi juga merambah isu-isu sosial, budaya, hingga spiritualitas manusia modern. Diskusi menyoroti fenomena transhumanisme, yaitu gagasan tentang manusia yang ditingkatkan secara teknologi, dan dampaknya terhadap jati diri manusia, nilai-nilai luhur, serta relasi sosial di masyarakat.

PSAP Series 4: Dehumanisme di Era Baru: Disrupsi, Transhumanisme, Manusia Satu Dimensi. (Sumber: Dokumentasi PSAP)
Para pembicara menekankan bahwa kemajuan teknologi, meskipun membawa banyak kemudahan, juga berpotensi mengikis aspek-aspek kemanusiaan apabila tidak diimbangi dengan kesadaran etis. Dalam konteks ini, muncul apa yang disebut sebagai “manusia satu dimensi”—manusia yang tereduksi hanya pada aspek fungsional dan utilitarian, tanpa mempertimbangkan kedalaman spiritual dan nilai-nilai luhur. Oleh karena itu, forum ini menjadi ajang penting untuk menggugat narasi-narasi dominan yang mengesampingkan makna hidup, relasi sosial yang autentik, dan tanggung jawab moral dalam dunia yang terdigitalisasi.
Antusiasme peserta terlihat sejak awal acara. Mahasiswa dari berbagai program studi, dosen, dan pemerhati isu kemanusiaan memenuhi ruangan dan terlibat aktif dalam sesi diskusi. Beberapa pertanyaan kritis dilontarkan, mulai dari bagaimana menjaga eksistensi nilai-nilai agama di tengah era transhumanisme, hingga peran perguruan tinggi dalam membentuk kesadaran etis generasi muda. Interaksi yang intens ini menunjukkan bahwa topik dehumanisasi tidak hanya relevan, tetapi juga mendesak untuk terus dikaji secara mendalam dan lintas perspektif.
Melalui Peace Talks Series #4 ini, PSAP UINSA kembali menegaskan peran strategisnya sebagai ruang akademik yang tidak hanya membincangkan isu-isu perdamaian secara normatif, tetapi juga membuka ruang refleksi kritis terhadap tantangan zaman. Forum ini diharapkan dapat menjadi pemantik lahirnya kesadaran baru dalam memahami kemanusiaan secara utuh—bukan hanya sebagai konsep abstrak, tetapi sebagai komitmen praksis di tengah arus perubahan global yang kian cepat dan tak menentu. (Redaksi)