Berita

Sebanyak 4 orang mahasiswa/i FSH UINSA kembali menorehkan prestasi yang membanggakan. Pasalnya, mereka berhasil mengikuti seleksi dalam progam Internasiomal Outbound Mobility ke Thailand. Kegiatan ini diselenggarakan mulai 14 Juli – 8 Agustus di Bangkok, Thailand. Internasiomal Outbound Mobility diselenggarakan oleh kantor Internasional UINSA yang berada di Gedung Twin Tower A Lantai 2 dengan berbagai macam seleksi yang ketat.

Mahasiswa FSH International Outbond Mobility 2023
Mahasiswa FSH International Outbond Mobility 2023

Culture Shock

Selain itu, ada banyak persyaratan yang harus disiapkan oleh para peserta. Seperti membuat motivation letter dalam bahasa inggris, memiliki IPK minimal 3.5, Curriculum Vitae (CV), rekomendasi dekan fakultas, dan masih banyak lagi. Empat orang mahasiswa/i FSH yang terpilih tersebut langsung terbang ke Thailand dengan diberikan fasilitas seperti tiket pesawat, pasport, dan konsumsi. Syafik Abdullah Prodi IF semester 6, R. M. Ibrahim Prodi HTN semester 6, Lintang Putri Prodi IF semester 6, dan Amina Qotrotun Prodi HPI semester 2 merasa senang. Para mahasiswa/i FSH tersebut tidak menyangka bisa memiliki kesempatan untuk terbang ke Luar Negeri. Karena tahapan seleksi tidaklah mudah. Seleksi tersebut ada penyisihan berkas dan apabila lolos maka langsung ke tahap wawancara. Kegiatan dimulai dengan mengajar anak Tk dan Anak SD seputar bahasa inggris.

Keberangkatan Mahasiswa FSH di Bandara

“Ada sedikit culture shock yang saya alami ketika disini, yaitu orangnya benar-benar disiplin. Bahkan kegiatan sholat dhuha berjamaah itu diwajibkan untuk murid-murid di sekolah,” ucap Lintang dari Prodi IF semester 6. “Ada lagi yang membuat saya kaget, disini para murid benar-benar dilatih mandiri. Bahkan ketika selesai makan siang mereka cuci piring sendiri dan disusun dengan rapih setelahnya, padahal mereka masih kanak-kanak,” sambung Lintar. Lintang berkata, di lingkungan sini memang mayoritas warganya muslim jadi untuk soal agama memang tidak jauh berbeda. Namun, secara garis besar perbedaannya terletak di cara mendidiknya. Para murid dituntut untuk aktif dan saling bekerjasama satu dengan yang lainnya. “Saya tidak punya persiapan khusus saat mengikuti seleksi, cuma belajar sedikit dan mengevaluasi dari interview yang telah lalu,” tutur Lintang menegaskan.