Column UINSA

MENUMBUHKAN RASA INGIN TAHU PESERTA DIDIK*

*Oleh: Prof. Dr. Abdul Muhid, M.Si.
Guru Besar Psikologi Pendidikan UIN Sunan Ampel Surabaya
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UINSA Surabaya

Baru-baru ini terjadi perbincangan hangat di ruang publik terkait adanya kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi yang dicetuskan oleh salah satu pimpinan daerah. Kebijakan tersebut memang memiliki tujuan yang mulia, yaitu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tetapi kebijakan tersebut banjir kritikan. Banyak yang menilai bahwa kualitas pendidikan tidak berkorelasi dengan semakin paginya kelas dimulai, melainkan berkaitan dengan sarana pra-sarana pembelajaran, kurikulum, maupun kualitas pendidik. Maka tidak heran, kebijakan yang seringkali diambil oleh pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah berkaitan dengan aspek-aspek tersebut. Tetapi, seringkali faktor psikologis peserta didik kurang mendapat sentuhan. Fasilitas, kurikulum dan kapasitas pendidik, maupun disiplin peserta didik adalah faktor yang dibangun dari luar. Maka, faktor psikologis internal peserta didik juga tidak kalah pentingnya untuk dibangun. Kegiatan sekolah harus menjadi hal yang menyenangkan, dan kondisi ini dapat diwujudkan jika pembelajaran di kelas mampu memuaskan hasrat ingin tahu peserta didik (curiosity).  

Sudah bukan rahasia lagi bahwa rasa ingin tahu (curiosity) memiliki manfaat yang luar biasa besar dalam pembelajaran. Bagi peserta didik, rasa ingin tahu membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan. Peserta didik yang memiliki keingin tahuan tinggi tidak hanya aktif bertanya di kelas, tetapi juga secara aktif mencari jawabannya. Tanpa adanya rasa ingin tahu, Sir Isaac Newton tidak akan pernah mampu merumuskan teori gravitasi. Begitu pula, Enstein mungkin juga tidak akan pernah berhasil mencetuskan teori relativitas. Karya-karya besar itu tidak akan lahir tanpa adanya rasa ingin tahu (curiosity).

Menanamkan keinginan kuat kepada peserta didik untuk mengetahui atau mempelajari sesuatu adalah tujuan hidup setiap pendidik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa ingin tahu (curiosity) sama pentingnya dengan intelegensi dalam menentukan prestasi akademik peserta didik di sekolah. Para peneliti di Universitas California Davis menemukan bahwa dengan keingintahuan yang didorong oleh pertanyaan yang tepat, peserta didik mempu belajar secara lebih baik dan mampu mengingat informasi segala informasi dengan cepat. Mereka menemukan bahwa rasa ingin tahu menempatkan otak dalam keadaan yang memungkinkannya untuk belajar dan menyimpan segala jenis informasi, seperti sebuah pusaran yang menyedot apa saja yang membuat seseorang termotivasi untuk belajar dan menyerap segala informasi tentang segala sesuatu di sekitarnya (Gruber, Gelman, & Ranganath, 2014).

Kemudian pertanyaannya adalah bagaimana menumbuhkan rasa ingin tahu para peserta didik? Ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh pendidik untuk memompa rasa ingin tahu mereka.

Menjadi Pendidik yang Antusias

Terlebih dahulu pendidik harus menjadi seorang yang mampu menikmati kegiatan mendidik. Peserta didik harus melihat dan merasakan bagaimana besar antusisasme kita sebagai pendidik terhadap apa yang kita ajarkan. Mereka harus menyaksikan sendiri keingintahuan dan passion kita. Sekalipun sebagai pendidik seringkali apa yang kita sampaikan ibarat “putar kaset” atau lagu lama, ketertarikan kita dalam menyampaikan harus tetap sama seperti hari pertama kita masuk kelas sebagai pendidik. Tidak peduli sudah berapa tahun kita mengajar bidang studi yang sama. Tentu pengetahuan semakin hari semakin berkembang, dan hal-hal baru muncul setiap hari. Kita sebagai pendidik harus bisa menangkap hal tersebut. Antusiasme juga akan muncul jika kita mendidik dengan mindfull atau pikiran yang hadir di kelas. Kita mungkin memiliki pekerjaan lain, menduduki jabatan lain di luar kelas, atau sedang bekerja untuk project lain yang tidak ada kaitannya dengan tugas utama kita sebagai pendidik, tetapi ketika berada di dalam kelas hati dan pikiran kita harus “hadir” bersama peserta didik di kelas.

Mendorong Pertanyaan

Keingintahuan paling sering dimulai dengan “mengapa?” Mengapa langit berwarna biru? Mengapa manusia di dunia ini beragam bahasa dan budaya? dan seterusnya. Jika kita ingin membangkitkan rasa ingin tahu peserta didik, kita perlu mendorong mereka untuk bertanya dan memancing mereka untuk mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Pelajaran di kelas tidak cukup hanya diisi ceramah saja. Tugas pendidik bukanlah menjelaskan semua hal atau bercerita, melainkan merancang kelas sedemikian rupa agar peserta didik tidak ragu untuk bertanya baik secara implisit maupun eksplisit. Pendidik perlu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dan mengajukan pertanyaan tentang apa yang mereka pelajari.

Tanggapi Pertanyaan Sekalipun Absurd

Sebagai pendidik, kita perlu menyadari bahwa tidak setiap pertanyaan yang diajukan peserta didik sesuai dengan ekspektasi kita. Bahkan terkadang ada pertanyaan yang cenderung absurd. Tetapi, perlu diingat semua pertanyaan menunjukkan rasa ingin tahu, sehingga jangan abaikan begitu saja pertanyaan-pertanyaan yang terdengar aneh atau lucu. Perlu adanya sesi yang tidak terstruktur di kelas untuk menjawab pertanyaan yang tidak terduga dari peserta didik. Selain memberi ruang untuk pertanyaan yang tidak terduga, pengajar juga harus memberi ruang bagi peserta didik untuk mengeksplorasi pertanyaan mereka. Siswa perlu diberi kesempatan untuk bereksperimen, berdiskusi, atau mengeksplorasi pertanyaan, sehingga rasa ingin tahu mereka akan berkembang.

Beri Tugas yang Menantang dan Kolaboratif

Terakhir, pembelajaran di era sekarang ini menuntut peserta didik untuk lebih aktif. Peserta didik menjadi pusat pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik perlu memberikan tugas yang tidak hanya menantang, tetapi juga harus berpusat pada kegiatan inkuiri kelompok seperti eksperimen, ekspedisi, dan penelitian lainnya yang didorong oleh pertanyaan tingkat tinggi yaitu pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana”. Misalnya pendidik dapat memberi tugas dengan merancang proyek seputar masalah lingkungan di sekitar sekolah. Peserta didik diberi tugas secara kelompok untuk meneliti masalah tersebut, memperdebatkan pro dan kontra, mengumpulkan data jajak pendapat sekolah, dan memberikan tanggapan akan masalah tersebut.

Tips-tips tersebut tampak sederhana, tetapi amat bermanfaat untuk mendorong rasa ingin tahu peserta didik. Dengan rasa ingin tahu yang tinggi pembelajaran akan menjadi lebih menyenangkan. Bagaimanapun, belajar butuh berpikir, sehingga belajar adalah kegiatan psikologis. Sudah saatnya membangun pendidikan dengan membangun psikologis peserta didik.

*Artikel ini telah diterbitkan di Harian Radar Jember Edisi Rabu, 08 Maret 2023 serta dipublish pada https://radarjember.jawapos.com/opini/08/03/2023/menumbuhkan-rasa-ingin-tahu-peserta-didik/