Berita

Dengan berkembangnya globalisasi dan meningkatnya minat internasional terhadap Indonesia, bahasa Indonesia semakin menarik perhatian dunia. Program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan ini, menyediakan sarana bagi orang asing untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia. Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan berbahasa, tetapi juga memperkenalkan kekayaan budaya, tradisi, dan nilai-nilai yang ada di Indonesia. Melalui BIPA, peserta didik dapat memahami lebih dalam karakter bangsa Indonesia dan bagaimana bahasa memainkan peran penting dalam interaksi sosial dan budaya sehari-hari.

Program BIPA telah berkembang pesat seiring dengan meningkatnya permintaan global untuk mempelajari bahasa Indonesia. Melalui berbagai lembaga pendidikan, BIPA menyediakan kurikulum terstruktur – mulai dari tingkat dasar hingga lanjutan – yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan berbagai latar belakang dan tujuan belajar. Dalam pelaksanaannya, program ini tidak hanya fokus pada aspek kebahasaan – seperti tata bahasa dan kosakata –, tetapi juga memperkaya peserta dengan pengetahuan tentang sejarah, seni, dan kebiasaan lokal. Dengan pendekatan pembelajaran komprehensif, BIPA membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berbahasa yang tidak hanya fasih tetapi juga kontekstual.

Sebagai jembatan budaya, BIPA berperan penting dalam mempererat hubungan antara Indonesia dan dunia internasional. Melalui program ini, peserta didik tidak hanya memperoleh kemampuan bahasa, tetapi juga menjadi duta budaya Indonesia di negara masing-masing. BIPA tidak hanya berfungsi sebagai media pembelajaran bahasa, tetapi juga sebagai alat diplomasi budaya yang memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia. Harapannya – melalui program ini – semakin banyak orang akan tertarik untuk mengenal dan memahami Indonesia lebih dalam, baik dari segi bahasa maupun budayanya.

Berdasarkan hal tersebut, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) di UIN Sunan Ampel Surabaya (Uinsa) mendelegasikan tiga (3) dosen Program Studi Sastra Indonesia (Prodi Sasindo) untuk mengikuti mengikuti Pelatihan Pengajaran BIPA 2 di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Senin 19 Agustus 2024. Pelatihan tersebut bertema Integrasi Budaya Lokal dalam Pengajaran BIPA: Strategi, Media, dan Kurikulum dengan narasumber Dr. Wati Istanti, M.Pd. (Unnes), Dr. Heny Subandiyah, M.Hum. (Unesa), dan Prof. Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. (UNS).

Narasumber pertama membawakan materi tentang pengembangan silabus BIPA tematik dengan menarik serta membahas pentingnya memahami standar bahasa asing seperti CEFR, ACTFL, dan SKL 2017 yang masih digunakan di Indonesia. Ia menekankan bahwa sebelum mengembangkan silabus, sangat penting bagi pemelajar BIPA untuk cermat dalam menganalisis karakter calon pembelajar karena ini adalah kunci utama dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Silabus yang disusun harus memprioritaskan strategi pembelajaran interaktif dan berorientasi pada kebutuhan pembelajar serta memastikan bahwa proses belajar-mengajar tidak hanya informatif tetapi juga menarik dan relevan bagi peserta didik.

Narasumber kedua mengungkapkan pentingnya seni budaya dalam pengajaran BIPA dengan menyoroti bagaimana karakteristik bahan ajar dan prototipe pengajaran dapat meningkatkan minat belajar. Ia mengamati bahwa pembelajaran BIPA yang memanfaatkan musik – khususnya lagu-lagu populer – sangat diminati oleh mahasiswa asing. Sebagai contoh, lagu Ibu karya Iwan Fals menjadi favorit di kalangan pembelajar BIPA yang ia gunakan dalam strategi baru berbasis menyimak lagu. Selain musik, narasumber juga memperkenalkan budaya Indonesia melalui baju adat dan pertunjukan wayang kulit. Ia bahkan membawa beberapa baju adat Indonesia untuk diperagakan oleh mahasiswa asing dalam pertunjukan drama yang dijadikan syarat nilai Ujian Tengah Semester (UTS). Dengan pendekatan ini, ia berhasil menggabungkan aspek pembelajaran bahasa dengan pengenalan budaya secara mendalam serta menciptakan pengalaman belajar yang kaya dan menyenangkan.

Narasumber terakhir memberikan wawasan berharga tentang menulis buku dan mengatasi rasa malas. Beliau menekankan bahwa pengajaran BIPA seharusnya tidak hanya berfokus pada strategi, budaya, dan kurikulum semata tetapi juga harus terus berinovasi dan memperhatikan pembaruan dalam cara belajar para siswa. Dengan menerapkan pendekatan segar dan kreatif, proses pembelajaran dapat menjadi lebih dinamis dan membangkitkan semangat belajar yang tinggi sehingga peserta didik tidak hanya sekadar memahami materi, tetapi juga termotivasi untuk terus berkembang.