Column

Dr. Mierrina, M.Si., Psikolog
Koordinator Pusat Konseling Lembaga Penjaminan Mutu UIN Sunan Ampel Surabaya

Setiap hari kita mengalami berbagai peristiwa yang membentuk pengalaman hidup kita. Ada peristiwa yang membawa kebahagiaan dan kesenangan, seperti meraih prestasi, merayakan momen spesial bersama keluarga dan teman, atau mengejar impian yang diidamkan. Namun, di sisi lain, kita juga menghadapi peristiwa yang tidak menyenangkan, seperti kehilangan orang yang dicintai, konflik dalam hubungan, atau kekecewaan dalam karier.  Padahal setiap individu pastinya  menginginkan hidup yang damai, tenang, bahagia, dan sehat mental. Bagaimana kita bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa tersebut, serta perlakuan orang lain terhadap kita, dapat menjadi penentu utama kesejahteraan mental kita.

Peristiwa tidak menyenangkan dan perlakuan orang lain yang mengecewakan seringkali memicu rangkaian emosi negatif, seperti kekecewaan, kemarahan, dan rasa dendam. Akibatnya, tubuh dan pikiran kita menjadi tidak sehat. Gejala fisik seperti jantung berdebar, pusing, nyeri lambung, letih, dan sesak napas sering kali muncul. Di sisi psikis, kita bisa menjadi mudah tersinggung, lesu, gelisah, takut, sulit tidur, bahkan depresi.

Adapun salah satu hal terberat yang harus kita hadapi adalah perlakuan orang lain yang mengecewakan dan menyakitkan hati kita. Ketika kita merasakan kekecewaan, marah, atau dendam terhadap orang lain, itu adalah beban yang sangat berat bagi kesehatan mental kita. Bila kita menginginkan tetap sehat mental, memaafkan adalah kunci untuk melepaskan beban tersebut.

Namun demikian, memaafkan memang bukanlah hal yang mudah, utamanya apabila kita mengatasnamakan “harga diri” dan “gengsi” sebagai alasan. Padahal dengan memaafkan justru beban pikiran kita menjadi lebih ringan. Dalam hal ini memaafkan dalam proses memaafkan kita sedang mengijinkan diri  untuk melepaskan kekeliruan masa lalu yang menyakitkan. Kita tidak lagi mencari nilai dalam amarah dan kebencian, dan menepis keinginan untuk menyakiti orang lain atau diri sendiri.

Proses memaafkan melibatkan beberapa komponen penting, yaitu: 1)Penerimaan: Menerima bahwa kejadian yang menyakitkan telah terjadi dan membiarkannya pergi; 2)Merubah Cara Pandang: Melihat kejadian dari sudut pandang yang lebih positif atau mencari sisi manis dari kejadian tersebut; 3)Pengelolaan Emosi: Belajar mengendalikan emosi negatif seperti sakit hati dan kebencian; dan 4)Rasa Kasih Sayang: Memiliki empati dan rasa kasih terhadap diri sendiri dan orang lain.

Dalam memaafkan tidak hanya memaafkan orang lain, namun juga memaafkan diri sendiri dan meminta maaf kepada orang lain.  Proses memaafkan melibatkan langkah-langkah seperti memaafkan kejadian itu sendiri, merubah perspektif, meredakan sakit hati dan kebencian dengan menggunakan afirmasi positif, dan belajar dari tauladan kisah-kisah Rasulullah yang penuh kasih sayang dan pemaaaf. Dalam hal ini Rasulullah Muhammad SAW telah memberikan teladan dalam memaafkan.

Memaafkan bukanlah tanda kelemahan, tetapi tindakan penuh keberanian dan kedewasaan. Dengan memaafkan, kita tidak hanya memberikan kedamaian bagi diri sendiri, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi orang lain. Mari kita hadapi kehidupan dengan hati yang lapang dan berdamai, karena dengan memaafkan, kita membuka pintu menuju hidup yang lebih bahagia dan sehat mental.

Dalam Islam, memaafkan juga tidak hanya terbatas pada memaafkan orang lain, tetapi juga memaafkan diri sendiri dan meminta maaf kepada orang lain. Baginda Rasulullah Muhammad SAW selalu mengajarkan umatnya untuk memaafkan dan berbuat baik bahkan kepada yang berbuat jahat. Dengan demikian, memaafkan adalah tindakan yang penuh keberkahan dan pahala dalam pandangan Allah SWT.

Dengan mengikuti ajaran Islam tentang memaafkan, kita tidak hanya membuka pintu menuju hidup yang lebih bahagia dan sehat mental bagi diri sendiri, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi orang lain. Oleh karena itu, mari kita praktikkan nilai-nilai Islam tentang memaafkan dalam kehidupan sehari-hari kita, karena dengan itu kita akan mendapatkan mental sehat, kedamaian dan berkah dari Allah SWT.