Bagaimana sebuah perusahaan menjadi hebat sedangkan perusahaan lain biasa-biasa saja? Jim Collins dalam bukunya yang berjudul Good to Great memperkenalkan sebuah metafora unik yang berasal dari mitologi Yunani, Landak dan Rubah. Landak dan Rubah memiliki karakter yang berbeda. Rubah tahu banyak hal sedangkan Landak tahu satu hal besar. Untuk menjawab pertanyaan di atas, kita bisa melihat dan belajar dari metafora ini.
Rubah digambarkan sebagai karakter yang gesit, memiliki banyak ide, rencana dan strategi. Kepribadian ini membuat Rubah cenderung flexibel dan mampu beradaptasi. Akan tetapi, Rubah seringkali tidak memiliki visi jangka panjang, strateginya dangkal dan kurang fokus. Landak di sisi lain mencoba fokus pada satu hal yang benar-benar mereka kuasai. Landak cenderung menghadapi dunia secara lebih tawadhu’, mengabaikan distraksi-distraksi dan hanya mengejar tujuan ini. Meskipun terkesan sederhana, pendekatan Landak ini mengindikasikan konsistensi dan menghasilkan kesuksesan yang lebih signifikan.
Sebagaimana Jim Collins, saya sering mengajak mahasiswa di kelas saya untuk refleksi. Kira-kira bagaimana strategi mereka untuk pengembangan diri. Bahwa menghadapi dunia pasca campus, strategi yang tepat saya kira diperlukan. Kadang saya bertanya: “coba Anda pikirkan! Kira-kira apa value yang membedakan Anda dengan teman Anda sendiri?”. Kalau kita mengikuti Jim Collins, dia mengindikasikan bahwa perusahaan atau individu-individu yang hebat adalah mereka yang menggunakan strategi Landak: mereka memahami dengan sangat jelas apa yang menjadi inti kekuatan mereka dan mereka mendasarkan seluruh strategi mereka pada hal itu. Collins menyebut konsep Landak ini sebagai strategi untuk mencapai apa yang dinamakan competitiveness advantage. Konsep Landak lebih lanjut dijabarkan bisa dicapai dengan irisan tiga lingkaran besar: minat (passion), kompetensi (competence), dan mesin ekonomi (economic engine).
Di kampus, katakanlah di prodi Ilmu Kelautan, mahasiswa dikenalkan dan diajarkan banyak bidang ilmu. Mulai dari mempelajari makhluk mikroskopis hingga karakter masyarakat pesisir. Tentunya tidak semua bidang bisa dikuasai oleh mahasiswa, maka mahasiswa perlu benar-benar menemukan apa yang dia minati (passion). Semakin awal mereka menemukan passionnya akan cukup banyak waktu untuk mengasah keterampilan (competence) hingga bisa menemukan mesin ekonomi (economic engine) yang bisa menjadi sumber penghidupannya.
Salah satu tugas dosen sebagai pembimbing akademik adalah membantu mahasiswa menemukan jati dirinya, baik itu melalui proses perwalian di awal semester atau di kesempatan-kesempatan lain. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana dosen sebagai anggota organisasi kampus menerapkan konsep Landak dan Rubah untuk pengembangan organisasi?
——-