
UINSA Newsroom, Rabu (30/04/2025); UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya resmi menambah tiga guru besar pada Rabu, 30 April 2025. Pengukuhan tiga Guru Besar ini digelar di Gedung KH. Syaifuddin Zuhri Sport Centre and Multipurpose Kampus UINSA A. Yani Surabaya. Saat ini, total UINSA resmi miliki 103 Guru Besar di berbagai bidang keilmuan.
Adalah Prof. Imas Maesaroh, M.Lib., Ph.D., dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-101 Bidang Ilmu Manajemen Informasi dan Komunikasi Dakwah. Guru Besar ke-102 yakni Prof. Dr. H. Achmad Zuhdi, DH., M.Fil.I., Guru Besar Bidang Sejarah Intelektual Islam Klasik. Serta Prof. Dr. H. M. Sulthon, M.A., yang dikukuhkan sebagai Guru Besar ke-103 Bidang Kajian HAM Pidana Islam.

Dalam prosesi pengukuhan yang dihadiri segenap dosen dan tenaga kependidikan serta tamu undangan eksternal ini, Rektor UINSA, Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D., menyampaikan, bahwa dikukuhkan sebagai Guru Besar adalah hal yang patut untuk disyukuri. “Tapi syukur saja tidak cukup. Guru Besar harus ditunaikan,” ujar Prof. Muzakki membuka sambutan.
Rektor menegaskan, bahwa pengukuhan Guru Besar patut untuk disyukuri karena tidak semua orang mampu dan memiliki kesempatan untuk menjadi Guru Besar dengan kepakaran tertentu. Gelar jabatan akademik tertinggi ini, lanjut Rektor, bukan hanya tentang bertambahnya gelar, pendapatan, tapi juga tanggung jawab moral sebagai akademisi.

Karenanya, menurut Rektor, menjadi Guru Besar harus ditunaikan dengan berbagai cara. Pertama, tidak menjadi petinju alias kikir. Karena UINSA memiliki misi menjadi kampus yang pro poor university, kampus yang peduli pada mahasiswa dengan kemampuan akademik baik tapi memiliki kekurangan di bidang ekonomi.
Kedua, hilangkan temuan Guru Besar yang dimiliki universitas tidak sama dengan jumlah Guru Besar yang mengajar di kelas. “Mari kita balik, Guru Besar harus ngajar S1, Karena ngajar S1 tidak membuat marwah kita menjadi turun. Begitupun kalau dibutuhkan di S3 jangan ditinggalkan,” tegas Prof. Muzakki.

Ketiga, mari menjadi contoh untuk menggalakkan kembali semangat ‘one semester one article.’ Karena menjadi Guru Besar, menurut Rektor, harus menjadi references individual. “Harus menjadi orang yang menjadi referensi bagi banyak orang,” imbuh Prof. Muzakki.
Dalam kesempatan ini, Rektor secara tegas juga men-challenges para Guru Besar sesuai dengan kepakaran masing-masing. Prof. Imas misalnya, dalam kajian manajemen informasi dakwah saat ini tantangan besar yang sedang dihadapi adalah tentang Disinformasi. Yakni informasi tidak benar yang sengaja diproduksi untuk kepentingan konten semata.

“Di era post truth, bukan lagi tentang obyektif yang dimunculkan. Tapi subyektifitas. Semakin banyak dishare, direview, difollow rating naik yang buruk pun dianggap baik, yang salah pun akan dianggap kebenaran, itulah tantangan Prof. Imas,” jelas Prof. Muzakki.
Prof. Zuhdi dalam orasinya yang menyoroti terkait dalil musik dan nyanyian di kalangan intelektual klasik. Rektor pun menegaskan, penting bagi intelektual muslim saat ini agar bisa memadukan Dakwah Islam dalam culture studies yang akrab dengan hal terkait film, food, and fun.

“Hari ini budaya klik itu penting. Bagaimana Islam berkontribusi untuk memperkuat budaya klik, memperkuat konsumsi Islam di ruang publik. Itu tantangan Prof. Zuhdi supaya persoalan kontroversi yang kuat dalam Tradisi Intelektual Islam bisa menemukan kata kuncinya,” terang Prof. Muzakki menyoroti.
Terakhir, orasi Prof. Sulton terkait Transformasi Hukum Pidana Islam ke Tata Hukum Nasional. Rektor menjelaskan, ada satu instrumen penting dalam banyak penelitian. Yakni dimana dunia Islam dihadapkan pada tantangan ratifikasi universal human right. “Karena itu Prof. Sulthon, sebagai Guru Besar di bidang HAM pada Pidana Islam, saya berfikir mulai perlu memasukkan komponen HAM global. Untuk mendiskusikan antara yang nasional, Pidana Islam, dan Hak Asasi Manusia,” jelas Prof. Muzakki.

Menutup sambutan, Rektor kembali menyampaikan ucapan selamat kepada Ketiga Guru Besar yang sudah dikukuhkan. “Ini sebuah kemuliaan. Mari kita bayar kemuliaan yang sudah Allah berikan kepada kita semua dengan kemuliaan berikutnya yang kita berikan untuk bangsa dan negara,” tukas Prof. Muzakki. (Nur/Humas)
Redaktur: Nur Hayati
Desain Foto: Kamal/Cahaya
Highlight: Mualam
